Ferrari Kubur Impiannya Pasca Kematian Jules Bianchi
Oktober tahun lalu, pembalap kelahiran 3 Agustus 1989 ini mengalami kecelakaan hebat saat berlomba di GP Jepang, Sirkuit Suzuka.
Bianchi pun tak bisa mengendalikan mobilnya di atas jalan yang basah akibat hujan, hingga akhirnya menabrak sebuah recovery truck dengan kecepatan 200 kilometer per jam. Ia pun mengalami cedera otak parah akibat kejadian itu.
Rumah sakit tempat Bianchi dirawat hanya berjarak sekitar 20 kilometer dari Circuit de Monaco, tempat ia mencetak poin pertamanya dalam kompetisi balap mobil bergengsi Formula 1. Saat itu, ia finis di posisi kesembilan. Itu bukan hanya poin pertama bagi Bianchi, tapi juga bagi timnya, Marussia, yang menggunakan mesin Ferrari. Ia pun disebut-sebut sebagai salah satu pembalap masa depan Ferrari, tim idamannya.
"Jules selalu berada di Maranello. Setiap hari, ia datang ke pabrik untuk menumbuhkan dan memelihara mimpinya menjadi pembalap Ferrari," kata mantan kepala tim Ferrari, Stefano Domenicali.
"Ide kami saat itu, setelah Marussia, ia akan pergi ke tim lain dan menyiapkan diri untuk melakukan lompatan besar. Itu yang kami rencanakan beberapa tahun lalu. Tapi sayangnya takdir membawanya pergi."
Rencana menjadikan Bianchi sebagai pembalap Ferrari itu juga diungkapkan mantan presiden Ferrari, Luca Di Montezemolo, yang posisinya digantikan Sergio Marchionne setelah kecelakaan yang dialami Bianchi terjadi. Di Montezemolo mengatakan pihaknya ingin mengontrak Bianchi setelah kerja sama dengan Kimi Raikkonen selesai. Jika tak ada kecelakaan itu, tahun depan mungkin Bianchi akan menggantikan posisi Raikkonen.
"Jules adalah salah satu dari kami, bagian dari keluarga Ferrari," ujar Di Montezemolo soal Bianchi, yang dibina di Ferrari Driver Academy sejak 2009.
“Insiden Suzuka merebut orang berkualitas tinggi dari kami. Ia pendiam, cepat, sangat berpendidikan, dan sangat dekat dengan Ferrari, sangat tahu bagaimana berinteraksi dengan teknisi."
Bianchi adalah pembalap Formula 1 pertama yang meninggal akibat kecelakaan di lintasan balap sejak kejadian yang menimpa Ayrton Senna, juara dunia tiga kali, di San Marino pada 1994. Di pemakaman Bianchi, rival utama Senna, Alain Prost, juga hadir di antara orang-orang yang berduka.