Polemik Pebulutangkis Top Meninggalkan Indonesia
Memang hal itu sudah terjadi dalam dunia olahraga Indonesia, di mana ada beberapa atlet memilih hengkang dan berpindah kewarganegaraan. Sebut saja dalam cabang olahraga sepakbola.
Indonesia seakan mengambil jalan singkat dengan menaturalisasi beberapa pemain untuk dapat membela panji Merah Putih dan menggunakan Jersey Garuda di Dada. Tujuannya, bisa cepat meraih prestasi di kancah sepakbola internasional.
Mereka antara lain, Cristian Gonzales, Irfan Bachdim, Kim Kurniawan, Diego Michiels, Greg Nwokolo, dan masih banyak lagi. Di antara mereka ada yang menjadi warga negara Inonesia karena memiliki faktor garis keturunan, atau menikahi wanita asal Indonesia.
Lain sepakbola, lain pula di cabang bulutangkis. Dalam cabang tepok bulu ini, justru bintang-bintang pebulutangkis handal Indonesia memilih hengkang dari Indonesia dan berganti kewarganegaraan.
Sebut saja, Albertus Susanto Njoto, Halim Haryanto Ho, Mia Audina, dan Tony Gunawan memilih menanggalkan kewarganegaraan Indonesia.
Berdasarkan masalah tersebut, INDOSPORT mencoba mengulas atlet-atlet bulutangkis yang melepas warga negara Indonesia.
1. Berbagai Alasan Tinggalkan Indonesia
Berbagai macam alasan menjadi dasar para atlet untuk pindah kewarganegaraan. Seperti yang didapat INDOSPORT dari beberapa sumber menjelaskan bahwa berbagai alasan mengenai keputusannya hijrah dari Indonesia.
Seperti Albertus Susanto dia lebih memilih membela panji negara Hongkong karena ketatnya persaingan di Indonesia.
Sementara Tony Gunawan dan Halim Haryanto memilih membela Amerika Serikat saat keduanya melanjutkan pendidikan dan menetap hingga akhirnya memilih membela Amerika Serikat. Bahkan saat keduanya sudah pensiun sebagai pemain, kini mereka meenjadi pelatih bulutangkis di Negeri Paman Sam ini.
Lain halnya dengan Srikandi Bulutangkis Indonesia, Mia Audina, lebih memilih menjadi warga negara Belanda setelah dirinya diboyong oleh sang Suami, Tylio Arlo Lobman ke Negeri Kincir Angin itu.
2. Tanggapan Pemerintah
Sementara itu dari kacamata pemerintah, mereka tak dapat berbuat banyak dengan keputusan para atlet untuk pindah warga negara. Seperti diutarakan oleh Bidang Komunikasi dan Harmonisasi Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S. Dewa Broto, itu merupakan salah satu bentuk Hak Asasi Manusia.
"Semua itu adalah Hak Asasi Manusia, di mana kebebasan untuk berpindah kewarganegaraan. Bahkan di Eropa dengan alasan profesionalisme banyak terjadi di sana," ucap Gatot.
"Kalau di sini sebenarnya perpindahan kewarganegaraan bukan kali ini saja terjadi. Tapi sudah dari dulu, dan itu merupakan hak masing-masing," sambung ia.
Sementara itu, dia juga menambahkan tak dapat berbuat banyak sebelum pemerintah dapat memberikan hak yang layak bagi atlet.
"Selama pemerintah atau pun pihak-pihak terkait tak mampu memberikan reward kepada atlet mungkin hal perpindahan kewarganegaraan akan terus berlangsung,"
"Namun kini kita mencoba lebih menjamin dengan mencoba memberikan dana pensiun bagi atlet-atlet kita nantinya," tandas Gatot.
3. Menghormati Hak Atlet
Mungkin masih banyak lagi atlet berprestasi Indonesia lainnya yang lebih memilih hijrah ke negara lain. Namun kita tak dapat menghakimi alasan mereka untuk lebih memilih membela negara lain.
Seperti diutarakan oleh petinju Indonesia, Daud Yordan, yang lebih menyerahkan persoalan ini kepada individu masing-masing. Daud menilai, hanya mereka yang tahu akan alasan dirinya meninggalkan Indonesia.
"Semua pasti tergantung pada individunya masing-masing. Dan, pasti mereka memiliki permasalahan dan persoalan serta alasannya tersendiri," ucap Daud kepada INDOSPORT.
Namun saat ditanya apakan dirinya akan mengikuti jejak para atlet yang lebih memilih hengkang dari Indonesia. Dengan tegas, petinju yang baru saja mempertahankan gelar juara kelas ringan WBO Asia-Pasifik dan WBO Afrika itu, menolak dan mengatakan masih cinta Indonesia.
"Saya ini orang yang sangat cinta dengan bangsa dan Tanah Air ini. Dan saya sangat bangga dengan Indonesia. Hingga tetes darah terakhir saya tak akan pindah dari Indonesia," tegas petinju asal Kalimantan itu.