Perjuangan Alan Budikusuma Raih Emas Olimpiade 1992: Nyaris Batal ke Barcelona
INDOSPORT.COM - Legenda bulutangkis Indonesia sekaligus suami dari Susi Susanti, Alan Budikusuma, menceritakan perjuangan beratnya meraih medali emas di Olimpiade 1992, dimana kala itu ia hampir batal berangkat ke Barcelona, Spanyol.
Pada 1992, diselenggarakan perhelatan olahraga multi event Olimpiade yang memiliki nama resmi Games of the XXV Olympiad. Kompetisi itu berlangsung pada 25 Juli sampai 9 Agustus 1992 dan bertempat di Barcelona, Catalunya, Spanyol.
Dalam kejuaraan akbar tersebut, Indonesia berhasil menunjukkan taringnya lewat cabang olahraga bulutangkis di sektor tunggal putra. Ada tiga pebulutangkis tanah air yang sukses tembus semifinal. Mereka adalah Hermawan Susanto, Ardy Wiranata, dan Alan Budikusuma.
Hermawan yang melawan Ardy Wiranata di semifinal, harus tumbang setelah menelan kekalahan melalui rubber game dengan skor 15-10, 9-15, dan 9-15. Di semifinal lainnya, Alan sukses menumbangkan wakil Denmark, Thomas Stuer-Lauridsen dengan skor 18-14 dan 15-8.
Hasil tersebut membuat Ardy dan Alan melaju ke babak final dan menciptakan All Indonesia Final. Mereka bertarung satu sama lain di partai pamungkas. Namun ternyata, Alan sukses keluar sebagai pemenang sekaligus juara dengan skor 15-12 dan 18-13.
Prestasi gemilangnya itu mengantarkan dirinya untuk meraih medali emas Olimpiade pertama. Alan memang belum pernah meraih medali di Olimpiade sebelum ini. Bahkan, ia juga tidak meraih medali lagi di Olimpiade-Olimpiade selanjutnya. Sehingga, tentu prestasi di Barcelona ini sangat membanggakan.
Siapa sangka, perjuangan pebulutangkis yang kini sudah berusia 52 tahun asal Surabaya itu bukanlah hal yang mudah dan penuh dengan rintangan. Bahkan, ia sempat nyaris tidak bisa ikut ke Barcelona lantaran mengalami penurunan performa sebelum terbang ke Spanyol.
1. Perjuangan Alan Budikusuma Raih Emas Olimpiade 1992: Nyaris Batal ke Barcelona
"Tepatnya di bulan Mei 1991 dan pada saat itu jika dalam delapan besar masuk rangking dunia, bisa tiga pemain ikut Olimpiade, tapi kalau tidak delapan besar hanya mengirim dua. Akhirnya saat itu yang lolos ada tiga saya, Ardy dan Hermawan." kenang Alan seperti dilansir dari laman portal berita olahraga Badminton Indonesia.
"Memang waktu bulan Mei 1992 keadaan saya kurang baik. Performa saya berada di titik paling bawah, jadi itu yang membuat saya syok, kok begini ya. Padahal Olimpiade sudah dekat. Di piala Thomas, Indonesia kalah dari Malaysia. Saya yang saat itu diharapkan menyumbang poin, malah kalah," lanjutnya.
"Saya sampai hari ini juga masih bingung. Kenapa penampilan saya bisa sejelek itu. Ada yang cerita itu ada hal-hal non teknis, tetapi saya pikir kalah ya kalah. Kepercayaan diri saya menurun terus, padahal Olimpiade tinggal dua bulan."
Pada akhirnya, Alan tetap berlatih giat agar bisa tampil di Olimpiade Barcelona. Ia tak merasa berkecil hati atau putus asa lantaran mengalami penurunan performa. Bahkan, sang legenda bulutangkis itupun sampai melakukan latihan tambahan di luar jadwal.
"Saya merasa itu yang membantu saya tampil lebih baik lagi. Beda dengan di Pelatnas saat itu. Kami latihan di Senayan, begitu selesai latihan lapangannya disewakan ke orang jadi nggak bisa bebas pakai lapangan, latihan seenaknya. Jadi kalau perlu tambahan apa-apa, saya latihan di luar nyewa lapangan sendiri," lanjut Alan.
"Memang saya merasa persiapan Olimpiade waktu itu adalah yang terbaik. Saya merasa sebelum berangkat bisa betul-betul yakin. Dari ketidakyakinan dengan persiapan yang saya rasa mencapai 99 persen, akhirnya saya bisa maksimal dan yakin. Dari segi teknik, fisik dan percaya diri,"
"Sama sekali saya nggak menyangka bisa menang. Blank dan tidak ada firasat apa-apa. Yang pasti saya hanya berjalan, meyelesaikan perjalanan saya satu persatu di Olimpiade itu. Setiap babak, habis menang, saya baru lihat, oh ini lawan besok. Ya sudah dihadapi lagi," pungkasnya Alan.
Siapa yang menyangka dari penurunan performa yang ia alami dan upaya mati-matian untuk bisa tetap bertarung di Olimpiade, membuat Alan Budikusuma sukses menyingkirkan nama-nama seperti Donald Koh dari Singapura, Kim Hak-kyun dari Korea Selatan, dan lain-lain sampai ke final.
Sang megabintang bulutangkis Indonesia itu juga pernah memenangi kejuaraan IBF World Grand Prix seperti Thailand Open 1989, China Open 1991, German Ipen 1992, Indonesia Open 1993, Malaysia Open 1994, dan lain-lain.