Kisah Sang Raja Viktor Axelsen, Pengagum Berat Bao Chunlai yang Nyaris Jadi Pesepak Bola
INDOSPORT.COM – Raja tunggal putra dunia, Viktor Axelsen, rupanya pengagum berat legenda China, Bao Chunlai. Bukan hanya itu, Axelsen nyaris jadi pemain sepak bola jika saja mau menerima kekalahan saat timnya kalah.
Pebulutangkis Denmark, Viktor Axelsen, mengukuhkan diri sebagai ‘alien’ karena belum ada satu pun pemain tunggal putra yang mampu menandingi dominasinya.
Bisa dibilang, Axelsen menjadi tunggal putra terbaik saat ini. Total delapan gelar juara dari delapan final yang berhasil dicapai peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 tersebut tahun ini.
Menurut data BWF, Juara Dunia dua kali pada 2017 dan 2022 tersebut sudah memenangkan 47 dari 49 pertandingan yang dimainkan sejauh musim 2022.
Hanya tiga kekalahan yang dia alami musim ini yakni dari Lakshya Sen (German Open), Loh Kean Yew (Denmark Open), dan Prannoy HS (BWF World Tour Finals 2022).
Axelsen menyempurnakan torehannya itu dengan menjuarai turnamen akhir tahun, BWF World Tour Finals yang digelar di Bangkok, Tailand 07-11 Desember.
Tampil di Nimibutr Arena, Bangkok, Thailand, Viktor Axelsen sukses menghentikan perlawanan pemain nomor 6 asal Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, dalam dua gim langsung 21-13, 21-14.
Berbicara mengenai betapa dominannya Axelsen tentu saja tak lepas dari dua sosok legenda yang jadi inspirasinya untuk menjadi pemimpi di dunia tepok bulu.
Selain itu, Viktor Axelsen menjadi atlet bulutangkis sebesar sekarang ini karena keputusan egoisnya untuk meninggalkan sepak bola karena takut dengan kekalahan tim.
1. Idolakan Peter Gade dan Bao Chunlai
Melansir dari laman Denmark, Udogse.dk, mimpi besar Viktor Axelsen untuk menjadi juara dunia datang dari legenda Denmark, Peter Gade, dan legenda China, Bao Chunlai.
Peter Gade, yang merupakan salah satu member Big Four bersama Taufik Hidayat, Lin Dan dan Lee Chong Wei, adalah pahlawan pertama Viktor Axelsen.
Dia juga menjadi tunggal putra Denmark terakhir yang berhasil menduduki peringkat teratas dunia, tepatnya pada 1997 silam, sebelum Viktor Axelsen melakukannya untuk pertama kalinya pada 2017.
Masih ingat dalam benak Peter Gade, Viktor Axelsen di usia 9 tahun mendatanginya dan mengulurkan buku untuk dia tanda tangani. Tak sampai di situ, Axelsen remaja juga sempat merasakan berlatih bersama Peter Gade yang mulai melemah karena cedera.
“Dia memiliki api (semangat) di matanya yang belum pernah saya lihat dari pemain Denmark lainnya. Saya mengenali api Viktor seperti diri saya sendiri,” kenang Peter Gade.
“Ini semangat yang tidak dimiliki banyak orang.”
Selain Peter Gade, Viktor Axelsen juga sangat mengagumi Bao Chunlai. Bahkan, Axelsen rela menonton berjam-jam tayangan ulang pertandingan sang legenda China.
Bao Chunlai pada jamannya merupakan pebulutangkis yang digandrungi banyak wanita di China karena ketampanannya. Tetapi, setiap detail gerakan Bao Chunlai saat mengayunkan raket justru menyihir Axelzen.
Bersama Lin Dan, Bao Chunlai merupakan salah satu andalan China untuk merajai berbagai turnamen sektor putra kala itu. Mulai dari dua kali juara Asian Games, empat juara Thomas Cup, termasuk juga empat kali juara turnamen beregu campuran dunia, Sudirman Cup.
Dengan tinggi menjulang 191cm dan juga ciri khasnnya bermian kidal, Bao Chunlai saat itu sangat mudah untuk menjadi perhatian di atas lapangan.
Hal inilah yang diserap oleh Axelsen, yang rela menonton cuplikan pertandingan idolanya di YouTube meski dengan bahasa China yang saat itu belum pernah dia pahami.
2. Viktor Axelsen Pelajari Kehebatan Bao Chunlai
Dengan Axelsen memiliki postur tubuh mencapai 194 cm, maka permainan Bao Chunlai menjadi rujukan untuknya baik dari aspek gerakan kaki, pukulan tangan hingga teknik-tenik mematikan sang legenda.
Viktor Axelsen tidak hanya mempelajari apa yang bisa dilakukan Bao yang berkarakter menyerang, namun juga apa yang tidak bisa dia lakukan.
Ini dibuktikan saat Axelsen bertemu dengan pemain Cina lainnya, Lin Dan, di final Kejuaraan Dunia Bulutangkis Glasgow pada Agustus 2017.
Pemain Denmark tersebut memamerkan permainan yang lebih kuat dari Bao Chunlai dan akhirnya mampu menaklukkan Lin Dan untuk merengkuh gelar Juara Dunia pertamanya.
Nyaris Jadi Pemain Sepak Bola
Jauh sebelum memutuskan fokus mengembangkan kariernya di bulutangkis, Viktor Axelsen sama seperti anak-anak Odense, Denmark lainnya yang bermain sepak bola.
Namun, permainan tim agaknya tidak cocok dengan Axelsen. Dia kerap kesal dan merajuk tiap kali tim yang dia mainkan mengalami kekalahan.
Akhirnya, Viktor Axelsen diperkenalkan ayahnya dengan bulutangkis dan disekolahkan di sebuah klub bulutangkis di kampung halamannya.
Namun sisi lain Axelsen yang ingin menang sendiri masih belum hilang dari dirinya. Pasangan ganda campuran Denmark, Frederik Colberg dan Mette Poulsen sempat mengklaim meskipun ViktorAxelsen pemain terbaik, dia bukan partner terbaik.
“(Rasa) frustrasi tentang permainan pasangannya keluar dari matanya. Itu membuatnya cepat marah, Mette Poulsen. “Saya hanya kalah dua kali dari Viktor Axelsen di ganda campuran.”