Termasuk Kevin Sanjaya, 4 Pemain Bulutangkis dengan Servis Kontroversial yang Bikin Lawan Mati Kutu
INDOSPORT.COM - Servis adalah bagian yang paling krusial dalam permainan bulutangkis. Sedikit saja melenceng, poin akan dihadiahkan untuk lawan.
Sebaliknya, jika si pemain mampu memanfaatkan momen servis dengan teknik yang baik, poin sudah pasti didapat hanya dengan satu pukulan.
Namun tetap saja, melakukan servis bukan hal yang mudah apalagi untuk para pemain ganda. Jika terlalu tinggi, mudah saja bagi lawan untuk membalasnya dengan smash tajam.
Maka dari itu, ada beberapa pemain yang melatih bahkan menciptakan teknik servis tertentu yang bikin pemain lawan mati kutu.
Tak jarang teknik tersebut membuat lawan kesal dan melakukan protes ke wasit. Bahkan ada pula teknik yang dianggap ilegal sehingga dinilai sebagai pelanggaran oleh wasit.
Namun tetap saja, teknik-teknik servis inilah yang membuat bulutangkis menarik untuk disaksikan karena membuat permainan sulit ditebak.
Bahkan sejumlah pemain Indonesia juga terkenal dengan teknik servisnya yang bikin lawan geleng-geleng kepala.
Siapa saja mereka? INDOSPORT telah merangkumnya dalam tiga pemain badminton yang memiliki teknik servis unik nan mematikan.
1. Kevin Sanjaya Sukamuljo
Kevin Sanjaya Sukamuljo terkenal dengan sifat tengilnya, baik dalam bermain maupun sikapnya dalam menghadapi lawan-lawannya.
Ia terkenal dengan pukulan serobotannya yang unik dan kecepatannya yang mengagumkan. Salah satu yang menjadi ciri khasnya adalah ketika Kevin melakukan servis.
Pasangan Marcus Fernaldi Gideon ini terkenal dengan flick serve yang menipu lawan-lawannya, bahkan membuat pemain dari negara lain melakukan protes kepada wasit.
Teknik servis kedua yang sering dilakukan Kevin adalah tumbling serve atau servis memutar. Dalam tekniknya itu, Kevin melakukan chopping atau memoles shuttlecock sehingga memutar ke arah depan ketika mengarah ke lapangan lawan.
Umumnya lawan memang bisa mengembalikan shuttlecock tersebut, namun arahnya pasti tak beraturan, hingga melebar dan justru menghasilkan poin buat Kevin dan pasangannya.
Sedikit berbeda dari dua teknik sebelumnya, servis Kevin Sanjaya ketiga yang sering membuat lawan kesal ini mengedepankan soal timing. Timing atau waktu memukul menjadi krusial di teknik servis ini, karena Kevin Sanjaya berusaha memanfaatkan kelengahan lawan yang tak menduga bahwa dirinya akan melakukan servis saat ini.
Dalam servis ini, ada dua pilihan yang biasanya dilakukan Kevin. Pertama memukul shuttlecock saat lawan belum benar-benar siap. Atau kedua memukul tiba-tiba di situasi tak terduga saat sebelumnya telah melakukan ancang-ancang.
Sidek Bersaudara
Sidek Bersaudara merupakan legenda di bulutangkis Malaysia. Ayah mereka, Sidek Abdullah Kamar, mulai melatih putra-putranya di bulutangkis dari usia amat muda.
Tak heran jika kelima putranya itu tumbuh sebagai pemain kelas dunia yang merengkuh banyak medali, termasuk di turnamen bergengsi seperti All England, Olimpiade, dan Kejuaraan Dunia.
Misbun Sidek, yang tertua dari Sidek Bersaudara, mempopulerkan teknik servis yang disebut S-serve. Servis ini sanggup membuat bingung lawan untuk mengembalikannya dan akhirnya berbuah banyak poin untuk Sidek.
Untuk menggunakan teknik ini, si pemain harus memegang kok secara terbalik dan ketika dipukul, bulu kok akan sedikit teriris raket.
Efeknya, arah tembakan kok ini akan sulit ditebak. Karena sering membuat kok rusak dan membuat pemain lawan mati kutu, banyak pemain yang meminta teknik ini dilarang.
Pada akhirnya, Federasi Bulutangkis Internasional (IBF) memutuskan untuk melarang S-serve karena dianggap melanggar kontak ganda pada kok. Servis ini memang membuat raket dua kali bersentuhan dengan kok, yakni di bagian bulu dan dasar kok.
2. Greysia Polii
Servis gaya forehand ala Greysia Polii berbuah medali emas Olimpiade. Teknik tersebut sebetulnya jarang dilakukan oleh para pemain ganda yang biasanya lebih umum memakai servis backhand.
Teknik servis backhand membuat kok tipis-tipis melewati net sehingga dianggap lebih aman. Sebaliknya, servis forehand membuat kok melewati net dengan lebih tinggi dan jika tanggung bisa langsung berbuah smash untuk lawan.
Namun tidak dengan Greysia Polii yang melatih servis teknik forehand sejak ia cedera bahu di tahun 2011. Ketika itu, Greysia menganggap servis backhand menjadi kelemahannya dan membuat performanya anjlok.
Maka dari itulah ia menerima saran dari sang pelatih, Eng Hian, untuk mulai melatih sevis dengan teknik forehand.
Christinna Pedersen
Christinna Pedersen adalah salah satu pemain yang kerap menggunakan teknik servis delay. Legenda ganda campuran dan putri asal Denmark ini bisa lebih dari sepuluh detik sebelum benar-benar melakukan servis.
Hal tersebut membuat lawan kesal dan tak jarang berbuah peringatan dari wasit. Salah satunya ketika ia dianggap melakukan pelanggaran oleh wasit di Kejuaraan Bulutangkis Eropa 2018.
Ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti juga pernah menjadi korban dari keganasan Christinna Pedersen saat berduet dengan Mathias Christiansen.
Bahkan dengan salah satu senjata servis delay itu, eks ganda putri Indonesia, Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii juga menjadi salah satu korban Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl.