4 Fakta Menarik Sepakbola Timor Leste
Sejak resmi berpisah dari Republik Indonesia pada 1999 dan berdaulat sejak 2002, sepakbola di Timor Leste nyaris tak ada gaungnya. Timor Leste selalu dipandang sebelah mata oleh tim-tim yang pernah mereka hadapi. Faktanya, Timor Leste memang jarang meraih kemenangan baik di laga resmi maupun persahabatan tidak resmi.
Maklum, infrastruktur pendukung perkembangan sepakbola di negara yang pernah menjadi provinsi ke-27 Indonesia itu masih jauh dari kata cukup. Stadion paling megah di sana pun hanya ada satu. Yaitu Stadion Nasional di Kota Dili.
Stadion tersebut pada awalnya hanya berkapasitas 5.000 penonton saja. Pada 2011 dilakukan renovasi hingga mampu menampung 13.000 penonton.
Namun demikian, geliat sepakbola di Timor Leste kini tak bisa dipandang remeh. Apalagi mereka juga giat melakukan naturalisasi pemain, yang belakangan melahirkan masalah besar bagi Timor Leste.
Berikut ini INDOSPORT sajikan 4 fakta menarik soal sepakbola Timor Leste yang disarikan dari sejumlah sumber.
1. Memiliki Liga Profesional sejak 2016
Sejak resmi menjadi negara berdaulat pada 2002, Timor Leste akhirnya bisa memiliki Liga Sepakbola Profesional pertama mereka 14 tahun kemudian. Kompetisi bertajuk Liga Futebol Amadora itu resmi lahir pada awal 2016.
Sebelum gong kompetisi resmi dipukul, sebanyak 21 tim melakukan kualifikasi untuk menentukan tim mana yang berhak tampil di kasta utama dan siapa yang akan tampil di kasta kedua. Seluruh tim dibagi dalam empat grup di mana juara, runner-up, dan empat tim peringkat ke-3 terbaik yang berhak tampil di Divisi Primera.
Delapan tim tersebut pun melakoni kompetisi mulai 25 Februari hingga 24 Juli 2016. Sementara 12 tim peserta Divisi Segunda memulai kompetisi antara 8 Maret hingga 28 Juni 2016. Dari total 21 tim yang ikut mengawali liga sepakbola pertama di Timor Leste ini, 15 di antaranya berada di Kota Dili.
2. Kerja Sama dengan Klub-klub Portugal
Sejumlah nama klub yang ada di Timor Leste ini sekilas mengingatkan kita dengan klub-klub besar Eropa, khususnya dari Portugal. Seperti FC Porto Taibesi, FC Sporting De Timor, atau FC Sport Dili Benfica.
Tidak usah heran, nama-nama klub tersebut memang terinspirasi oleh tim-tim asal Portugal. Seperti Sporting Lisbon, Benfica, dan FC Porto. Tak hanya itu, klub-klub Portugal tersebut memang menjalin kerja sama dengan tim lokal Timor Leste.
Dukungan klub-klub Portugal salah satunya adalah dalam bentuk pelatihan bagi pemain-pemain bertalenta asal Timor Leste. Bagi pemain yang terpilih akan menjalani sesi latihan bersama klub-klub tersebut. Bahkan jika dianggap menyimpan potensi tinggi sangat mungkin direkrut masuk ke tim junior.
Brasil pun menjadi negara lain yang ikut mendukung perkembangan sepakbola di Timor Leste. Terutama dalam meningkatkan pengetahuan kepada para pelatih yang menangani tim-tim lokal.
3. Kompetisi di Satu Stadion
Minimnya infrastruktur terkait sepakbola, khususnya stadion, membuat kompetisi Liga Futebol Amadora berlangsung bak turnamen tarkam di Indonesia. Seluruh pertandingan pada musim perdana LFA tahun lalu dilangsungkan hanya di Stadion Nasional Dili saja.
Hal ini bisa dimaklumi. Pasalnya, saat itu hanya Stadion Nasional yang memiliki lapangan berumput. Di tempat lain, lapangan nyaris tidak ditutupi rumput. Suhu yang panas di wilayah Timor Leste memang membuat rumput menjadi tidak mudah tumbuh.
Baru pada musim kedua di 2017 ini kompetisi LFA mulai menggunakan stadion lebih banyak. Untuk kompetisi di Divisi Primera menggunakan dua stadion. Yaitu Bacau Municipal Stadium dan Malibaca Yamato Stadium. Untuk Divisi Segunda justru menggunakan satu stadion saja, National Stadium Dili.
4. Pemalsuan Dokumen Pemain
Inilah kasus yang paling kelam dalam sejarah sepakbola Timor Leste. Awal tahun ini Federasi Sepakbola Asia (AFC) memberi hukuman keras terhadap Timor Leste. Hukuman ini disebabkan adanya pemalsuan dokumen dari sejumlah pemain naturalisasi yang dilakukan Federasi Sepakbola Timor Leste (FFTL).
Melalui sebuah penyelidikan intensif, AFC mendapatkan fakta bahwa pihak FFTL telah melakukan pemalsuan dokumen dari 12 pemain hasil naturalisasi. Seluruh pemain yang dianggap memiliki data palsu oleh AFC adalah Ramon de Lima Saro, Paulo Helber Rosa Ribeiro, Diogo Santos Rangel, Rodrigo Sousa Silva, Patrick Fabiano Alves Nobrega Luz, Paulo Cesar da Silva Martins, Jairo Pinheiro Palmeira Net, Felipe Bertoldo do Santos, Junior Aparecido Guimaro de Souza, Jaime Celestino Dias Braganca, Heberty Fernandes de Andrade, dan Thiago dos Santos Cunha.
Total ada 29 pertandingan yang dimainkan Timor Leste dengan menggunakan pemain ilegal ini. Bahkan dalam satu pertandingan internasional setidaknya terindikasi ada 5 pemain ilegal yang diturunkan Timor Leste.
Atas pelanggaran tersebut, Timnas Timor Leste dilarang mengikuti Piala Asia 2023. Selain itu, Komisi Disiplin AFC mendenda FFTL sebanyak 56 ribu dolar AS (Rp748 juta). Sekjen FFTL, Amandio de Araujo Sarmento, pun terkena sanksi dilarang aktif dalam sepakbola di seluruh dunia selama tiga tahun. Seorang staf FFTL juga mendapat denda 3.000 dolar AS (Rp40 juta) karena mengetahui hal ini tapi tidak melaporkan.