Pemilik Bangkrut, 3 Hal Buruk Ini Bakal Menimpa AC Milan
Beberapa waktu lalu pemilik AC Milan, Yonghong Li, dikabarkan tengah mengalami masalah keuangan alias bangkrut, dan seluruh asetnya akan dilelang di Taobao atau eBay versi China. Dilansir dari Corriere della Sera, kabar kebangkrutan sang pebisnis asal China ini juga tersebar setelah New York Times dan media keuangan Il Sole 24 Ore melakukan investigasi mendalam dan menemukan fakta bahwa, Yonghong Li mengalami pengurangan aset.
Namun, mengetahui hal ini, Yonghong Li buru-buru mengklarifikasinya melalui rilisan video di akun media sosial AC Milan. Dalam pernyataan itu, Li dengan tegas membantah isu miring itu. Ia juga menyesalkan tindakan media dan pihak-pihak yang menyebarkan.
Akan tetapi, kabar bangkrutnya Yonghong Li kembali menyeruak pada hari Rabu (21/03/18) waktu setempat. Penyelidikan Corriere della Sera mengungkapkan bahwa Jie Ande, perusahaan Li tidak membayar utangnya kepada dua bank di Tiongkok. Dikarenakan tak sanggup membayar kembali utangnya, pengadilan menyatakan Jie Ande bangkrut dan aset-asetnya akan dijual oleh bank kreditor. Jie Ande yang digunakan sebagai salah satu jaminan saat membeli Milan, kini diklaim sudah bukan lagi milik Li. Milannews melansir bahwa Li sudah menggantikannya dengan perusahaan lain sebagai penjamin.
Kabar ini tentunya tak mengenakan bagi fans AC Milan. Lalu, jika benar-benar pemilik Milan bangkrut, kira-kira hal apa yang akan terjadi dengan AC Milan? Berikut INDOSPORT telah rangkum tiga hal buruk yang bakal menimpa AC Milan jika mengalami kebangkrutan.
1. Ditinggal Pemain Bintang
Sudah barang tentu tiap pemain, terutama pemain berlabel bintang, ingin bermain di klub yang sehat dan bisa memberikannya prestasi. Milan yang sebelumnya sudah seret trofi bisa semakin terpuruk atas kebangkrutan sang pemilik baru.
Hal ini pun berpotensi besar menyebabkan eksodus para pemain bintang. Agen pemain berlomba-lomba membawa kliennya keluar dari Milan dan mencari klub lain. Saat ini di AC Milan terdapat bintang-bintang muda seperti Hakan Calhanoglu, Andrea Conti, Andre Silva, Patrick Cutrone, Manuel Locatelli hingga yang sudah cukup uzur seperti Lucas Bigilia.
2. Tak Belanja Pemain Mahal di Bursa Transfer
Di sepakbola modern saat ini, tim yang memiliki uang banyak adalah tim yang akan merengkuh juara. Dengan uang, mereka bisa membeli pemain-pemain top yang tentunya berharga sangat mahal. Liat saja Manchester City, Real Madrid, Manchester United, Barcelona, hingga PSG. Minimal, tiap tahun mereka selalu mendapatkan trofi, entah itu lokal atau level eropa.
Puluhan bahkan ratusan juta poundsterling digelontorkan untuk mendatangkan bintang-bintang seperti Coutinho, Dembele, Neymar, Sanchez, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana dengan Milan? Dengan kondisi finansial klub yang buruk, tentu saja mustahil membeli pemain-pemain mahal. Padahal, pemain-pemain mahal itulah yang bisa mengangkat prestasi klub. Ujung-ujungnya Milan hanya bisa belanja pemain medioker. Dengan modal pemain medioker, Milan lagi-lagi dipastikan mesti puasa gelar.
Sempat tersiar kabar mengenai keinginan mantan presiden AC Milan sebelumnya, Silvio Berlusconi, untuk membeli klub kesayangannya tersebut. Namun, hingga kini belum ada lanjutan kabar mengenai keinginan mantan perdana menteri Italia tersebut.
3. Ancaman Degradasi
Masih ingat dengan kasus yang menimpa Parma atau Fiorentina? Kedua klub tersebut pernah didegradasi ke Serie D karena dinyatakan bangkrut alias pailit. Tak ada investor yang langsung menyuntikan dana segar bagi tim. Menggaji pemain pun mereka tak mampu.
Hal itu bisa saja terjadi pada AC Milan. Jika I Rossoneri tidak segera mendapat suntikan dana segar, bisa jadi otoritas Liga Italia akan menyatakan Milan pailit alias bangkrut dan didegradasi ke Serie D. Tentunya hal ini tak diinginkan oleh semua pendukung Rossoneri.
Tahun lalu proposal Milan untuk mendapatkan keringanan perihal Financial Fair Play sudah ditolak oleh UEFA. Kini, Milan juga gagal melakukan restrukturisasi utang mereka kepada Elliott Management. Milan harus membayar tak kurang dari 350 juta euro kepada Elliott Management pada Oktober mendatang. Padahal, Elliott Management dikenal sebagai salah satu rentenir paling berbahaya di dunia.