Antara Benfica atau Lechia Gdansk, 3 Pertimbangan untuk Egy Maulana
Belum satu detik pun merumput di lapangan hijau dalam balutan seragam klub asal Polandia, Lechia Gdansk, talenta muda Indonesia telah dikaitkan dengan transfer ke klub Eropa lain.
Egy Maulana Vikri, yang resmi diumumkan sebagai seorang pemain Lechia Gdansk pada 11 Maret lalu, memang masih harus menunggu hingga pergantian musim untuk menjalani debutnya.
Aturan FIFA melarang klub manapun untuk mengontrak pemain di bawah usia 18 tahun dari negara lain (di luar Uni Eropa untuk negara-negara Eropa), kecuali orang tua dari sang pemain memang bermigrasi ke negara tersebut karena alasan yang tidak berhubungan dengan sepak bola.
Egy, yang saat ini masih berusia 17 tahun, baru akan berulang tahun ke-18 pada 7 Juli mendatang. Karenanya, Egy tidak dapat turun ke lapangan hingga musim 2018-19 mendatang.
Namun kabar terbaru dari media Portugal, Record, menyebutkan bahwa salah satu raksasa Portugal, SL Benfica, akan memboyong Egy dengan status pemain pinjaman. Bukan hanya itu, tawaran peminjaman ini juga mengikutsertakan opsi transfer pemain asal Medan tersebut.
Meskipun, jika memilih untuk hengkang ke klub berjuluk As Aguias tersebut, Egy tidak akan langsung berlatih bersama skuat utama. Ia harus memulainya dari tim B yang berkompetisi di LigaPro, divisi kedua Portugal.
Keputusan akhir tetap berada dalam genggaman Egy -- apakah ia memilih untuk menetap di Lechia Gdansk yang saat ini berpotensi turun ke divisi kedua Polandia atau terbang ke Portugal dan mengadu nasib di tim kedua Benfica.
Terdapat beberapa pertimbangan penting yang seharusnya dicamkan oleh penggawa Timnas Indonesia U-19 ini sebelum menggoreskan tinta di dalam buku perjalanan kariernya.
1. Kampus Sepakbola
Benfica bukanlah nama baru dalam jajaran produsen pesepakbola-pesepakbola terbaik dunia. Bahkan, bisa dibilang, akademi Benfica adalah salah satu yang terbaik di dunia saat ini.
"Sepakbola usia muda adalah area fundamental bagi Benfica, dengan keuntungan dalam hal keolahragaan, sosial dan finansial," ujar Luis Nascimento, pelatih kepala tim Benfica U-15, seperti dikutip dari Thesefootballtimes.
"Kami tidak hanya berbicara mengenai 'melatih', kami juga berbicara tentang 'mendidik'. Performa akademik dari pemain-pemain kami juga dimonitor dan didorong di seluruh level."
Berdasarkan kutipan dari Nascimento tersebut, tidak aneh bila area latihan Benfica disebut dengan nama Caixa Futebol Campus -- Kampus Sepakbola Caixa.
Kampus Sepakbola Caixa ini memiliki rating 'state of art' yang juga merupakan level tertinggi dalam penilaian suatu fasilitas.
Meskipun bukan sebuah jaminan, dengan bantuan deretan pelatih-pelatih yang telah begitu berpengalaman dalam mengembangkan bakat-bakat muda, teknologi mutakhir dan lingkungan yang memadai begitu berdampak dalam pertumbuhan seorang atlet.
2. Batu Loncatan yang Lebih Tinggi
Seperti yang diucapkan oleh Nascimento, mengembangkan pemain merupakan salah satu pintu Benfica untuk menunjang kekuatan finansialnya. Sederhananya, Benfica siap melepaskan pemain-pemain muda yang telah dibimbing ke klub-klub lain.
Bukan dengan harga murah tentunya. Menurut Thesefootballtimes, Benfica telah menghasilkan sekitar 250 juta euro atau setara dengan 4,4 triliun rupiah dari penjualan pemain-pemain akademi.
Beberapa di antaranya adalah: Andre Gomes (Barcelona), Nelson Semedo (Barcelona), Renato Sanches (Bayern Munchen - saat ini dipinjamkan ke Swansea City), Victor Lindelof (Manchester United), Bernardo Silva (Manchester City), Ederson (Manchester City) dan masih banyak nama-nama lainnya.
Dengan reputasinya sebagai penghasil pemain-pemain kelas dunia, klub-klub raksasa Eropa yang memiliki kekuatan finansial besar tidak akan ragu untuk menengok ke bakat-bakat muda Benfica.
Tentunya, dibandingkan dengan Lechia Gdansk, merumput bersama Benfica -- meskipun di tim B -- memberikan peluang lebih besar bagi Egy untuk menarik perhatian pencari-pencari bakat tim-tim elite.
3. Level Kompetisi
Badan statistik sepakbola Internasional, IFFHS (International Federation of Football History & Statistics), merilis daftar peringkat kompetisi liga domestik di dunia untuk tahun 2018.
Divisi utama Polandia, Ekstraklasa, kompetisi di mana Egy akan berlaga jika memutuskan untuk tetap berada di Lechia, berada di peringkat ke-35 di seluruh dunia.
Berdasarkan daftar dari IFFHS tersebut, Liga Polandia masih berada di bawah Liga Korea Selatan (28), Liga Arab Saudi (29), bahkan Liga Jepang (31).
Level kompetisi di Liga Polandia, meskipun tidak buruk, juga tidak lebih baik dari beberapa liga-liga top Asia di atas.
Perlu diingat, bagi sebuah tim yang berlaga di divisi utama, kemenangan adalah orientasi utama.
Egy tidak akan selalu memiliki kesempatan untuk bereksperimen, mengekspresikan dirinya di lapangan sebagai bagian dari pembelajaran. Ia akan berada di lapangan untuk memenangkan pertandingan.
Sedangkan di Benfica B, meskipun Egy belum akan merasakan divisi utama Portugal, ia akan memiliki waktu untuk berbuat kesalahan di atas lapangan dan belajar dari kesalahan tersebut. Sebab mengembangkan dan menyiapkan pemain adalah tujuan utama dari tim B.
Belum lagi di usianya yang masih belia, Egy juga berpeluang untuk memperkuat Benfica U-19 di UEFA Youth League, sebuah versi muda dari kompetisi Liga Champions Eropa.