4 Masalah Serius yang Harus Segera Diperbaiki Timnas Indonesia U-19
INDOSPORT.COM - Timnas Indonesia U-19 memang berhasil meraih kemenangan atas Chinese Taipei di laga perdana kejuaraan sepak bola Piala Asia U-19 kemarin.
Akan tetapi bukan berarti permainan skuat asuhan Indra Sjafri sudah masuk dalam tahap memuaskan.
Guna melangkah jauh setidaknya hingga semifinal, jajaran tim pelatih bersama Indra Sjafri harus segera memutar otak untuk mengatasi kelemahan timnas saat menang atas Chinese Taipei.
Lawan selanjutnya bisa dikatakan kualitasnya berada satu hingga dua level di atas Timnas sepak bola Chinese Taipei.
Timnas sepak bola Qatar dan Uni Emirat Arab adalah lawan tangguh yang sudah memiliki reputasi bagus di kancah sepak bola Benua Asia.
Qatar bahkan pernah menjadi juara pada edisi 2014 lalu, sedangkan Uni Emirat Arab telah mengirim sinyal ke pesaing lain kalau mereka tidak bisa diremehkan setelah mampu kalahkan Qatar di laga perdana.
Tidak ada tim yang benar-benar sempurna, sehingga wajar jika Garuda Nusantara masih memiliki kelemahan yang harus dipelajari.
Satu hal yang menjadi masalah adalah jika kelemahan tersebut tidak diperbaiki dan justru mampu dieksploitasi oleh lawan.
Ada banyak masalah yang tentunya sudah diidentifikasi dan sedang dicari obatnya oleh Indra Sjafri dan kawan-kawan. Mereka akan berpacu dengan waktu karena Qatar sudah menunggu di partai selanjutnya lusa nanti.
Lantas, apa saja kelemahan Timnas Indonesia? Berikut INDOSPORT rangkum empat masalah serius yang harus segera diperbaiki Timnas Indonesia U-19.
1. Permainan Terlalu Bergantung Pada Egy Maulana Vikri
Tak bisa dipungkiri, kehadiran pemain Lechia Gdansk itu telah memberikan dimensi lain atas penyerangan Indonesia U-19.
Tapi di sisi lain itu juga menjadi pedang bermata dua karena terlihat rekan-rekan yang lain terlalu bergantung kualitas individu Egy Maulana Vikri yang memang diatas rata-rata.
Pada laga melawan Chinese Taipei, nyaris sejumlah serangan selalu berasal dari manuver dan aksi individu Egy yang menerobos pertahanan gerendel milik Chinese Taipei.
Bahkan, pada pertandingan itu, Egy mampu menyumbangkan gol pembuka dan asisst terhadap gol ketiga.
Ini jelas menjadi alarm berbahaya karena jika pertandingan selanjutnya Egy dimatikan oleh lawan, maka Indonesia U-19 tidak akan bisa berbuat apa-apa.
Jika berkaca pada Piala Dunia lalu, tim yang terlalu bergantung pada satu pemain biasanya tidak akan melangkah jauh. Anda bisa melihat dalam diri Timnas Portugal dan Argentina.
Justru tim yang mengandalkan kolektivitas seperti Prancis dan Kroasia-lah yang mampu melaju hingga partai puncak.
Witan Sulaeman yang berhasil mencetak dua gol dan satu asisst sudah berusaha membantu Egy dalam permainan, tapi dukungan dari Rafli Mursalim dan Saddil Ramdani masih kurang.
2. Lini Pertahanan Tidak Mampu Menjaga Fokus
Jika lini serang tidak mampu mencetak banyak gol, maka sebaiknya pertahanan harus kuat dan tidak kebobolan jika ingin menang.
Selain lini serang yang alami masalah terlalu bergantung dengan Egy, pertahanan yang digalang oleh Rachmat Irianto juga dalam sorotan tajam.
Bagaimana tidak, setelah unggul dengan susah payah atas Chinese Taipei lewat gol Egy Maulana Vikri, Indonesia langsung kebobolan setelah Chung Yu Wang berhasil memanfaatkan lemahnya koordinasi pertahanan tim tuan rumah.
Masalah pertahanan Indonesia yang tidak fokus sudah terlihat saat laga uji coba terakhir melawan Yordania. Saat sudah unggul 3-0, Indonesia U-19 harus kebobolan dua gol dalam waktu 10 menit menjelang bubaran.
3. Indonesia Telat Panas
Pada pertandingan kemarin, meskipun Indonesia mampu menguasai jalannya pertandingan dari awal babak pertama, tetap saja gol baru tercipta di babak kedua. Artinya Indonesia Tidak mampu ‘membunuh’ pertandingan dengan cepat.
Pada pertandingan kontra Chinese Taipei di babak pertama, terlihat serangan yang dibangun oleh Indonesia sangatlah sporadis dengan mengandalkan sepakan jarak jauh yang sifatnya spekulatif.
Barulah pada babak kedua Indonesia bangkit, para pemain mulai bisa berimprovisasi dalam menyerang.
Ini sangat berbahaya ketika harus menghadapi lawan yang lebih tangguh, bisa-bisa Indonesia tidak dibiarkan untuk bangkit di babak kedua karena sudah ‘dihabisi’ sejak awal pertandingan.
Jika hal ini bisa diperbaiki, akan menjadi keuntungan bagi anak-anak Indra Sjafri karena moral akan naik akibat unggul cepat.
4. Lini Serang Sangat Tumpul
Peran ujung tombak yang diemban oleh Rafli Mursalim tampaknya benar-benar gagal ia lakoni di laga lawan Chinese Taipei. Pergerakan pemain bernomor punggung 9 itu terisolasi oleh bek lawan sehingga tidak bisa berbuat banyak.
Tak hanya itu, penyelesaian akhir yang dilakukan oleh Rafli juga tidak mematikan, bahkan cenderung tumpul. Bukan hanya Rafli, banyak pemain yang melakukan tendangan dari luar kotak penalti yang masih sangat jauh dari target seperti yang dilakukan oleh Firza Andika dan Asnawi Mangkualam.
Dalam waktu yang singkat, perlu dicari solusi untuk lebih klinis dalam mengeksekusi peluang karena di laga yang lebih sulit, peluang yang hadir sangatlah minim.
Kebiasaan membuang-buang peluang harus dihilangkan jika tidak ingin tersingkir lebih awal.
Ikuti Terus Berita Sepak Bola Piala Asia U-19 2018 dan Timnas Indonesia U-19 Lain Hanya di INDOSPORT.COM