3 Cara Agar Timnas Indonesia Bisa Juara Piala AFF di Masa Mendatang
INDOSPORT.COM - Timnas Indonesia tidak pernah juara Piala AFF. Berikut 3 hal yang dibutuhkan Timnas Indonesia agar juara Piala AFF.
Timnas Indonesia, sekali lagi mengalami kegagalan dalam turnamen sepak bola antar negara Asia Tenggara, Piala AFF. Timnas Indonesia dipastikan gagal lolos ke semifinal meski masih menyisakan satu pertandingan lagi di fase grup.
Kegagalan ini adalah untuk yang ke-12 kalinya bagi Timnas Indonesia di ajang Piala AFF. Sejak pertama kali digelar pada tahun 1996, dan sudah memasuki turnamen ke-12, Timnas Indonesia belum pernah sekalipun mencicipi mengangkat trofi Pial AFF.
Prestasi terbaik Timnas Indonesia di Piala AFF adalah 5 kali menjadi runner up. Berbeda 180 derajat dengan Thailand yang sudah mengoleksi 5 gelar juara.
Setiap Timnas Indonesia mengalami kegagalan di Piala AFF, berbagai hal disebut-sebut menjadi faktor pemicunya. Namun masalah-masalah tersebut selalu saja terulang setiap gelaran Piala AFF tiba.
Berikut INDOSPORT merangkum 3 hal yang dibutuhkan untuk Timnas Indonesia menjuarai Piala AFF.
1. Persiapan yang Tidak Setengah-setengah
Persiapan yang minim sering kali menjadi alasan ketika Timnas Indonesia gagal berprestasi di Piala AFF. Namun, alasan itu selalu diulang-ulang, meskipun Piala AFF sudah bergulir selama 22 tahun dan sudah terselenggara 12 turnamen.
Timnas Indonesia seperti tidak pernah belajar dari kesalahan dan pengalaman di masa lalu. Di Piala AFF 2018 ini, persiapan yang minim kembali terjadi.
Para pemain yang dipanggil membela Timnas baru diumumkan di akhir Oktober lalu, dan pemusatan latihan baru digelar pada 1 November, atau 8 hari sebelum laga perdana Timnas Indonesia di fase grup.
Hasilnya? Timnas tampil mengecewakan dan kalah 0-1 dari tuan rumah Singapura.
Untuk itu, kedepannya Timnas Indonesia membutuhkan persiapan yang tidak setengah-setengah. Pemusatan latihan sebaiknya dilakukan secara berkala, serta dengan fasilitas terbaik yang bisa digunakan.
2. Bebas dari Hal Kontroversial
Jelang Piala AFF 2018, hal-hal berbau kontroversial menghinggapi Timnas Indonesia.
Mulai dari kompetisi yang masih berjalan saat Piala AFF berlangsung, kontroversi Luis Milla yang batal melatih Timnas, hingga pemain yang tak diizinkan oleh klub, serta tak ada pemain asal Papua di daftar pemain Timnas, hingga salah seorang pemain yang terlibat kasus hukum.
Satu persatu hal kontroversial tersebut terjadi, sehingga Timnas Indonesia gagal memberikan penampilan terbaik di Piala AFF 2018. Hal-hal berbau kontroversial seperti ini sejatinya sudah berlangsung sejak lama, salah satunya adalah di Piala AFF 2010.
Saat itu, Timnas Indonesia tampil apik di fase grup dan akhirnya melangkah ke final menghadapi Malaysia. Lalu mulailah faktor non teknis menghinggapi para pemain Timnas Indonesia.
Timnas Indonesia yang kala itu tampil hebat di fase grup, tiba-tiba menjadi selebriti baru dan menjadi incaran infotainment. Timnas Indonesia kala itu juga menjadi primadona bagi kalangan pejabat dan satu persatu undangan datang ke penggawa Timnas.
Pelatih Alfred Riedl pun sempat mengkritik agenda-agenda di luar lapangan yang mengganggu persiapan Timnas, salah satunya adalah kunjungan ke rumah pejabat.
Dan benar saja, agenda-agenda non teknis itu akhirnya membuat Timnas Indonesia main loyo di leg pertama babak final, dan menyerah 0-3 dari Malaysia yang akhirnya keluar sebagai juara Piala AFF untuk pertama kalinya.
Hal-hal berbau kontroversial, serta kegiatan di luar lapangan yang tidak ada hubungannya dengan pertandingan, sebaiknya dihilangkan dari Timnas Indonesia jika tak ingin gagal lagi di Piala AFF mendatang.
3. Jangan Berpuas Diri Jika Sudah Mencetak Gol
Soal mencetak gol, Timnas Indonesia bisa dibilang sering berpuas diri jika sudah unggul. Padahal, untuk turnamen seperti Piala AFF di mana selisih gol menjadi salah satu faktor yang menentukan, hal itu bisa menjadi bumerang.
Di Piala AFF 2007 Timnas Indonesia gagal lolos ke semifinal karena kalah selisih gol. Dan di Piala AFF 2018 ini, Timnas Indonesia yang sudah unggul 1-0 atas Thailand, malah akhirnya kalah 2-4.
Para pemain Timnas Indonesia seolah sudah berpuas diri jika sudah unggul, padahal keunggulan tipis tersebut bisa langsung dibalikkan oleh lawan, apalagi jika masih banyak waktu yang tersisa.
Berpuas diri setelah unggul tersebut harus dihilangkan agar tak meraih kekalahan dengan cara menyakitkan, seperti kalah agregat atau kalah selisih gol.
Timnas Indonesia setelah unggul, seperti bermain tidak serius dan enggan berusaha memperbesar keunggulan, setelah lawan mencetak gol balasan, barulah para penggawa Timnas Indonesia ketar-ketir dan kebakaran jenggot. Sikap tersebut mirip dengan karakter fiksi Harry Potter.
Di saat musuhnya, Voldemort, menggunakan mantra untuk membunuh seperti Avada Kedavra, Harry Potter dan teman-temannya hanya menggunakan mantra untuk melukai seperti Expelliarmus dan Stupefy.
Timnas Indonesia sering kali puas setelah mencetak satu atau dua gol, padahal sang lawan siap membobol gawang Indonesia berapapun, selama masih ada sisa waktu.
Ikuti Terus Berita Piala AFF 2018 dan Sepak Bola Lainnya Hanya di INDOSPORT.COM