3 Alasan Edy Rahmayadi Layak Dipertahankan Sebagai Ketua PSSI
INDOSPORT.COM - Dunia sepak bola Indonesia saat ini tengah digaduhkan dengan prestasi Timnas Indonesia. Sebab, dari beberapa level kelompok umur yang mengikuti turnamen resmi internasional, gagal mendulang prestasi yang membanggakan.
Hal tersebut membuat induk sepak bola negeri ini, PSSI menjadi sorotan khususnya sang ketua umum, Edy Rahmayadi. Pria yang pernah menjabat sebagai Pangkostrad itu dianggap gagal memimpin, dan menciptakan Timnas yang tangguh.
Publik pun ramai-ramai meminta Edy untuk mundur dari kursi pimpinan, yang akhir-akhir ini ramai digaungkan di media sosial dengan tagar #EdyOut.
Namun hal tersebut sulit terwujud, lantaran dalam prosedur FIFA setiap pergantian Ketua PSSI harus melalui Kongres Luar Biasa (KLB) yang dihadiri oleh Exco dan para klub sebagai pemilik suara (voter).
Edy Rahmayadi sendiri terpilih sebagai Ketua PSSI pada November 2016 lalu, dan akan menjabat selama empat tahun ke depan atau hingga 2020 mendatang.
Ditengah desakan untuk mundur, karena minimnya prestasi sepak bola Indonesia khususnya bagi Timnas, namun ada beberapa alasan Edy Rahmayadi layak memimpin hingga masa jabatannya berakhir. Berikut INDOSPORT merangkumnya:
1. Pembinaan Usia Dini yang Berjalan Baik
Sadar pembinaan usia dini sangat penting, membuat PSSI fokus melakukan pembenahan di sektor ini untuk menyiapkan Timnas Indonesia yang tangguh.
Salah satu langkah konkritnya adalah menggelar kompetisi domestik level umur berjenjang, seperti Liga 1 U-16 dan Liga 1 U-19 yang sudah berjalan saat ini.
Keseriusan PSSI dalam melakukan pembinaan usia dini, berbuah hasil saat Timnas Indonesia U-16 meraih gelar juara di ajang Piala AFF U-16 2018 beberapa waktu lalu.
"Inilah bibit-bibit pemain muda Indonesia ke depan, kita kawal terus mulai kedepannya, mulai usia 14 tahun kemudian lanjut ke 15 tahun dan sekarang 16 tahun," kata Edy usai final Piala AFF U-16 2018.
2. Mampu Mendatangkan Pelatih Kelas Dunia
Di awal kepemimpinannya sebagai Ketua PSSI, Edy Rahmayadi membuat gebrakan dengan mendatangkan pelatih kelas dunia, Luis Milla untuk membesut Timnas Indonesia menggantikan Alfred Riedl.
Meski belum memberikan prestasi untuk Timnas Indonesia, pelatih asal Spanyol itu pun berhasil membawa perubahan permainan Skuat Garuda di U-23 dan senior.
Sayang, kerja sama Milla dengan PSSI harus berakhir pada Agustus 2018 lalu karena gagal mencapai target di ajang Asian Games 2018 yakni tembus semifinal. Belakang bahkan kedua bahkan terlibat konflik, karena masalah kontrak.
3. Kepemimpinan yang Tegas
Berlatar belakang sebagai militer, membuat Edy Rahmayadi mempunyai sikap tegas dalam memimpin PSSI. Hal tersebut terlihat dari kasus meninggalnya seorang anggota Jakmania, Haringga Sirla di laga Persib vs Perija beberapa waktu lalu.
Atas kasus tersebut, pria yang juga menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara itu memutuskan untuk menghentikan sementara Liga 1.
Bahkan Edy tak segan untuk membubarkan kompetisi sepak bola Indonesia kasta tertinggi tersebut, jika kasus meninggalnya suporter kembali terulang.
"Anda para wartawan juga awasi saya. Itulah tadi mengapa kita membentuk tim investigasi untuk mengambil keputusan. Ya kalau memang perlu jika sudah merugikan bangsa dan negara ini dibubarkan saja kompetisinya," kata Edy di salah satu Hotel di Jakarta, Selasa (25/09/18).