3 PR yang Ditinggalkan Edy Rahmayadi untuk Joko Driyono sebagai Ketua PSSI
INDOSPORT.COM – Edy Rahmayadi baru saja menggemparkan dunia sepak bola Indonesia setelah memutuskan untuk mundur dari Ketua Umum PSSI. Keputusan tersebut diambil ketika dirinya menghadiri Kongres PSSI 2019 di Bali, Minggu (20/01/19).
Pria yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara tersebut menjelaskan alasan mengapa dirinya mengambil langkah ini. “Demi PSSI berjalan dan maju makanya saya nyatakan hari ini saya mundur dari Ketua Umum PSSI,” kata Edy Rahmayadi.
Dengan begitu, kursi kosong yang ditinggalkan Edy Rahmayadi pun akhirnya secara otomatis diisi oleh Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono. Pria yang akrab disapa Jokdri sendiri nantinya akan bertanggung jawab hingga tahun 2020 mendatang.
Jokdri pun dianggap memiliki tugas yang cukup berat untuk melanjutkan tugas Edy Rahmayadi. Karena Edy Rahmayadi masih meninggalkan beberapa pekerjaan rumah (PR) yang belum terselesaikan hingga saat ini.
Berikut INDOSPORT mencoba untuk merangkum 3 PR yang ditinggalkan Edy Rahmayadi, yang harus diselesaikan Joko Driyono sebelum masa jabatannya habis.
1. Kasus Pengaturan Skor
Kasus match fixing atau pengaturan skor memang menjadi perhatian tersendiri bagi para pecinta sepak bola nasional. Karena kasus tersebut saat ini mulai terungkap melalui Satgas Antimafia Bola yang dibentuk langsung oleh Polri.
Sejumlah nama yang terlibat dalam pengaturan skor di Liga Indonesia pun akhirnya berhasil diringkus. Setidaknya ada lima orang yang terlibat, yakni Ketua Asprov PSSI Jateng, Johar Lin Eng, Anik Yuni Artika Sari, Dwi Irianto alias Mbah Putih, Prijanto atau Mbah Pri, dan seorang wasit Nurul Safarid.
Meski sudah banyak sejumlah nama yang terungkap, namun tentunya masih banyak dalang sebenarnya pengaturan skor di Liga Indonesia. Ini pun menjadi PR yang cukup berat bagi Joko Driyono sebagai Ketua PSSI yang baru.
2. Kasus Kematian Suporter Persita Tangerang
Suporter setia Persita Tangerang, Banu Rusman, harus meregang nyawa ketika menyaksikan tim kesayangannya bertanding kontra PSMS Medan dalam lanjutan Liga 2 2017 di Stadion Mini Persikabo. Ia dikabarkan meninggal usai dipukuli oknum berseragam hijau dan berkepala cepak.
Mantan Ketua PSSI, Edy Rahmayadi pun pernah mengatakan jika PSSI masih menginvestigasi kasus kematian Banu Rusman tersebut. Karena Edy Rahmayadi mengakui bahwa kasus tersebut sulit diungkap.
"Dari investigasinya, sebelum permainan dimulai seluruh batu dan bambu sudah ada di lapangan. Itu yang terjadi. Itu (kejadian) sangat sulit untuk dicari kebenarannya," papar Edy dalam acara televisi beberapa bulan lalu.
Joko Driyono pun akan dicintai penikmat sepak bola nasional jika berhasil melanjutkan kasus yang ditinggalkan Edy Rahmayadi ini. Bukan tidak mungkin jika Joko Driyono akan mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia.
3. Prestasi Timnas Indonesia
Sebuah prestasi merupakan pekerjaan penting bagi Ketua Umum PSSI. Hal itulah yang belum bisa didapatkan oleh Timnas Indonesia. Jika berbicara Timnas Indonesia, maka yang dimaksud adalah skuat senior, bukan usia muda lainnya.
Karena yang tercatat dalam FIFA adalah prestasi Timnas Indonesia senior, bukan Timnas Indonesia U-16, U-19, atau usia muda lainnya. Artinya, keberhasilan Timnas U-16 di Piala AFF U-16 2018 lalu tak mempengaruhi peringkat Indonesia di ranking FIFA.
Timnas Indonesia sendiri saat ini memang belum pernah meraih trofi bergengsi sama sekali. Ini pun menjadi tugas yang harus diselesaikan Joko Driyono selama menggantikan peran Edy Rahmayadi. Atau setidaknya, Joko Driyono bisa meningkatkan peringkat Indonesia di ranking FIFA.
Terus Ikuti Berita Sepak Bola Liga Indonesia Lainnya di INDOSPORT