Wajarkah Kaum Lesbian Merambah dalam Dunia Sepak Bola?
INDOSPORT.COM – Akhir pekan lalu, jagat sepak bola digemparkan dengan adanya kabar pernikahan yang terjadi antar pemain sepak bola.
Sesuatu yang tentunya menggembirakan karena dapat melihat kedua insan berikrar untuk sehidup semati dengan orang yang paling dicintainya.
Akan tetapi pernikahan tersebut mendadak menjadi perbincangan publik karena hal itu terjadi antara Tameka Butt dan Kirsty Yallop yang merupakan sesama pemain sepak bola perempuan di klub Norwegia, Klepp IL. Dengan kata lain, pernikahan itu terjadi di antara kaum lesbian.
Secara harafiah, lesbian merupakan istilah untuk perempuan yang orientasi seksualnya lebih menyukai sesama perempuan. Kesukaan itu dapat berupa secara fisik, seksual, emosional, bahkan bisa juga dari sisi spiritual.
Di Indonesia sendiri pembahasan mengenai lesbian masihlah tabu dan jarang diperbincangkan dalam kehidupan sosial, apalagi sepak bola. Meski begitu, tetap saja selalu timbul pertanyaan apakah wajar kaum lesbian merambah dalam dunia sepak bola?
Tanpa bermaksud mendiskreditkan kaum lesbian atau membenarkan hal tersebut di tengah masyarakat, INDOSPORT mencoba untuk melihat bagaimana lesbian dalam dunia sepak bola serta apakah fenomena itu diterima dari sisi psikologi?
1. Contoh-contoh Pesepak Bola Lesbian
Sebelum mengetahui lebih jauh tentang pro kontra kaum lesbian dalam dunia sepak bola, ada baiknya untuk mengenal lebih dekat tentang para pesepak bola lesbian.
Siapa sangka di sepak bola perempuan, ternyata jumlah pesepak bola lesbian tidak bisa dibilang sedikit.
Berbeda dengan pesepak bola pria yang gay yang cenderung untuk menutup diri dan menyembunyikan kecenderungan orientasi seksualnya, para pesepak bola perempuan yang lesbian sudah lebih banyak yang terang-terangan mengaku mengenai orientasi sesksualnya.
Dengan kata lain reaksi masyarakat mengenai lesbian dalam dunia sepak bola terlihat seperti lebih diterima ketimbang para kaum gay.
Oleh karena itu perempuan lesbian banyak yang sudah buka-bukaan mengenai hal itu bahkan sampai melangsungkan pernikahan seperti Tameka dan Kirsty.
Selain pasangan baru yang baru menikah di Selandia Baru itu, nyatanya ada banyak pesepak bola perempuan yang mengaku lesbi.
Contohnya adalah Megan Rapinoe Anna yang merupakan gelandang serang timnas Amerika Serikat. Megan Rapinoe pada tahun 2015 mengunggah foto mesra dengan perempuan yang diakuinya merupakan pacarnya, namanya Sera Cahoone.
Tak hanya pemain, lesbian ternyata terjadi pada seorang pelatih yakni Pia Sundhage yang menahkodai timnas sepak bola perempuan Swedia.
Sebelum melatih Swedia, Pia merupakan tokoh di balik kesuksesan Amerika Serikat meraih emas di Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012).
Fenomena lesbian juga terjadi pada timnas sepak bola perempuan Inggris pada tahun 2013, mereka adalah sang pelatih (Hope Powell), kapten (Casey Stoney) dan penyerang utama (Lianne Sanderson). Sang kapten Casey Stoney merupakan seorang pemain bertahan.
Jika memang pesepak bola perempuan begitu banyak, apakah para kaum lesbian masih dianggap tabu?
2. Pro Kontra Lesbian di Sepak Bola
Tentu untuk menjawab mengenai lesbian di dunia sepak bola itu tabu atau tidak, mendapatkan berbagai pro dan kontra yang menyertainya. Sejumlah pihak merasa ingin lesbian ditiadakan dalam sepak bola perempuan, tetapi tak sedikit juga yang mendukung hak lesbian.
Contoh sosok yang menentang lesbian di sepak bola adalah Wakil Presiden Federasi Sepak Bola Nigeria, Seyi Akinwunmi. Seperti yang dikutip dari SBS, Seyi menyebutkan bahwa lesbian telah membunuh tim pada tahun 2016.
Pernyataan yang begitu kontroversial itu nyatanya langsung diklarifikasi oleh Seyi sebagai kesalahan dalam pengutipan kata-katanya. Apapun itu, pernyataan itu sudah menciptakan sentimen negatif mengenai lesbian di sepak bola.
Sesungguhnya sebelum Seyi, pelatih Nigeria yang bernama Eucharia Uche pernah melontarkan kalimat yang tak kalah menggemparkan. Pelatih tim sepak bola perempuan Nigeria mengaku telah menyingkirkan pemain lesbi dari timnya.
“Tidak, mereka dikeluarkan bukan karena kualitasnya kurang baik. Melainkn dikarenakan mereka adalah lesbian,” ungkap James Peters yang merupakan asisten direktur teknik Federasi Sepak Bola Nigeria, seperti yang dikutip dari Outsports.
Mengenai pernyataan yang bertendensi diskriminatif itu, FIFA selaku induk sepak bola dunia dinilai tidak menganggap hal itu dengan serius. Padahal kaum lesbian pada dasarnya perlu mendapatkan perlakukan yang adil tanpa adanya diskriminasi.
Seperti yang diungkap dalam situs SBS, para pesepak bola lesbian nyatanya tetap dapat berprestasi. Contohnya seperti Megan Rapione, Katie Duncan, Nille Fischer, Hedvig Lindahl, Abby Wambach, Sarah Huffman, Natasha Kai, dan Meleane Shim.
3. Bagaimana Psikolog Memandang Fenomena Lesbian di Sepak Bola?
Jika kaum lesbian ternyata dapat begitu berprestasi, rasanya pelarangan para pemain lesbian untuk bermain sepak bola merupakan hal yang berlebihan. Lantas bagaimana sesungguhnya pandangan lesbian dari seorang psikolog?
“Dalam dunia psikologi, lesbian adalah hal yang wajar dan bukan merupakan gangguan mental (tidak ada di DSM V),” cerita Sandi Kartasasmita kepada INDOSPORT.
Sekadar informasi, DSM merupakan buku pedoman untuk diagnotik yang dipakai psikiater dan psikolog di dunia. Sandi yang merupakan seorang psikolog dan psikiater juga menjawab mengenai apakah lesbian merupakan hal yang wajar atau tidak.
“Apa bedanya pasangan beda jenis kelamin menikah? Sama saja kan,” lanjutnya.
Secara tidak langsung, lesbian sejatinya merupakan hal yang wajar di tengah masyarakat, apalagi sepak bola. Hal itu tentu sudah menjawab mengapa ada banyak pihak yang mengecam pernyataan kontroversial Seyi dan tindakan Uche.
Lebih lanjut, Sandi menuturkan kalau dalam satu tim ada yang menikah (seperti halnya Tameka dan Kirsty), tidak bisa dinilai itu bakal menggangu profesionalisme atau tidak. Hal itu dikarenakan pelarangan menikahi teman satu klub itu kembali lagi kepada budaya tim tersebut.
Pada akhirnya lesbian itu bukan merupakan gangguan mental dalam dunia psikologi sehingga tidak perlu ada diskriminasi terhadap mereka. Biar bagaimanapun setiap orang memiliki hak untuk menentukan orientasi seksualnya dan kita perlu menghargai itu.
Terus Ikuti Perkembangan Seputar Sportainment dan Berita Olahraga Lainnya di INDOSPORT.COM