PSM dan Piala AFC, Pembuktian Klub Indonesia Paling Sering Mentas di Level Asia
INDOSPORT.COM - PSM Makassar. Klub ini termasuk salah satu raksasa di jagat sepak bola Indonesia. Prestasi satu trofi Liga Indonesia (1999/00) plus lima kali menempati posisi runner-up (1995/96, 2001, 2003, 2004, 2018) menjadi bukti sahih keperkasaan Juku Eja (julukan PSM).
Pencapaian tersebut mengantarkan PSM menuju rekor fenomenal yang tanpa tanding di Liga Indonesia. Klub kebanggaan publik Sulawesi Selatan ini menjadi wakil Tanah Air tersering mentas di kompetisi antarklub Asia.
PSM melampaui catatan terdahulu milik Persipura Jayapura dan Arema FC yang sama-sama mengoleksi lima penampilan di kancah Asia. Piala AFC 2019 merupakan partisipasi keenam Juku Eja sepanjang sejarah.
Memang tak semuanya berakhir memuaskan, bahkan lebih sering mengecewakan, tapi setidaknya PSM pernah mengharumkan nama bangsa. Berikut INDOSPORT menelusuri lima penampilan mereka di kejuaraan antarklub Asia sebelum tahun ini.
1. Piala Winners Asia 1997/98
Penampilan perdana PSM Makassar di pentas Asia terjadi di Piala Winners Asia 1997/98. Mereka berhak mewakili Indonesia di kompetisi kasta kedua Benua Kuning (sebelum Piala AFC) itu berkat keberhasilan menempati posisi runner-up Liga Indonesia 1995/96.
Sempat mengejutkan saat menyingkirkan wakil Thailand, Royal Thai Air Force (RTAF) di putaran kedua, langkah PSM terhenti di perempat final akibat ditekuk oleh jagoan Korea Selatan, Suwon Bluewings.
Yang menyakitkan, PSM mental dari Piala Winners Asia setelah menelan kekalahan supertelak 0-13 secara agregat. Mereka keok 0-1 di kandang sendiri, lalu hancur-lebur digelontor selusin gol di markas Suwon.
2. Asian Club Championship 2000/01
Berselang tiga musim kemudian, PSM naik level ke Asian Club Championship (sekarang Liga Champions Asia) berkat kesuksesan menjuarai Liga Indonesia Bank Mandiri 1999/00 usai menggulung PKT Bontang di partai puncak.
Lagi-kali PSM mampu menjejak perempat final sebelum mengepak koper akibat kalah bersaing dengan para raksasa Asia seperti Jubilo Iwata (Jepang), Suwon Bluewings (Korea Selatan), dan Shandong Luneng (China).
Perempat final kala itu menggunakan sistem round-robin dalam dua grup terpisah. PSM yang masuk Grup Asia Timur terbenam di dasar klasemen setelah menelan tiga kekalahan beruntun dari Shandong Luneng (1-3), Suwon Bluewings (1-8), dan Jubilo Iwata (0-3).
Cukup mengejutkan lantaran skuat PSM kala itu berisikan pemain lokal top sekaliber Hendro Kartiko, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Miro Baldo Bento plus pemain asing berkualitas seperti Carlos De Mello (Brasil), Charles Lionga (Kamerun), dan Joseph Lewono (Kamerun).
3. Piala Winners Asia 2001/02
PSM kembali bertarung di kompetisi antarklub Asia semusim kemudian. Kekalahan tipis 2-3 dari Persija Jakarta di final LIBM 2001 memaksa Juku Eja harus puas mewakili Indonesia di Piala Winners Asia 2001/02.
Performa PSM tidak sebagus edisi terdahulu. Kurniawan Dwi Yulianto dkk. langsung tersingkir akibat gagal menjungkalkan kampiun Liga Maladewa, Victory SC, di putaran pertama Piala Winners Asia musim itu.
Kemenangan 2-1 di kandang sendiri tak cukup untuk melunasi defisit tiga gol tanpa balas dari leg pertama di Maladewa. Gol-gol PSM kala itu disumbangkan oleh Kurniawan dan Miro Baldo Bento.
4. Liga Champions Asia 2004
PSM edisi 2004 adalah klub bertabur bintang yang hampir saja menjuarai LIBM 2003. Keberadaan Cristian Gonzales, Ronald Fagundez, serta pemain-pemain lokal berlabel timnas seperti Syamsul Chaeruddin, Charis Yulianto, dan Ponaryo Astaman menjadi alasannya.
Meski gagal juara, PSM tetap berhak mewakili Indonesia di Liga Champions Asia (LCA) 2004 menemani Persik. Waktu itu koefisien Indonesia masih tinggi sehingga AFC memberi jatah dua untuk juara dan runner-up liga domestik.
Pada LCA 2004, PSM tergabung di Grup F bersama Dalian Shide (China), Hoang Anh Gia Lai (Vietnam), dan Krung Thai Bank (Thailand). Nasib apes menimpa Juku Eja yang akhirnya harus rela berstatus juru kunci klasemen akhir.
PSM cuma mengantongi enam poin berkat dua kemenangan yang diraih atas Hoang Anh Gia Lai (3-0) dan Krung Thai Bank (2-1) dalam dua pertandingan pamungkas Grup F. Sisanya berujung kekalahan, termasuk dua kali keok dari Dalian Shide.
5. Liga Champions Asia 2005
Inilah terakhir kalinya PSM berlaga di kompetisi antarklub Asia sebelum menyabet tiket Piala AFC 2019. Ronald Fagundez dkk. tergabung di Grup F LCA 2005 bareng Shandong Luneng Taishan (China), Yokohama Marinos (Jepang), dan BEC Tero Sasana (Thailand).
Secara posisi di klasemen akhir grup, perfoma PSM terlihat mengalami peningkatan, tapi tidak secara poin. Mereka cuma bisa mengantongi empat poin yang dihasilkan dari kemenangan plus imbang dengan BEC Tero.
PSM masih tak berdaya menghadapi kekuatan Asia Timur. Juku Eja keok lima gol tanpa balas dalam dua pertemuan (kandang-tandang) dari Yokohama, serta bertekuk lutut 1-7 di kaki Shandong Luneng.
Ikuti Terus Perkembangan Sepak bola Indonesia dan Olahraga Lainnya Hanya di INDOSPORT