x

AC Milan dan Manchester United, 2 ‘Pengabdi Setan’ yang Selalu Kompak

Kamis, 29 Agustus 2019 11:58 WIB
Editor: Coro Mountana
Logo AC Milan vs Manchester United.

INDOSPORT.COM – Sadarkah anda bahwa AC Milan dan Manchester United merupakan 2 ‘pengabdi setan’ yang selalu kompak di saat suka maupun duka?

Para pendukung Manchester United saat ini sedang mengalami kegamangan yang luar bisa.

Bagaimana tidak, keberhasilan merekrut Aaron Wan-Bissaka dan Harry Maguire tetap tak mampu menyelamatkan Manchester United dari kekalahan melawan Crsytal Palace di Liga Inggris pada Sabtu (24/08/19).

Tapi ternyata nasib Manchester United diikuti oleh AC Milan pada ajang Serie A Italia.

Baca Juga

Sebagai sesama klub pemilik julukan identik sebagai ‘pengabdi setan’ (The Reds Devils dan Il Diavolo Rosso), AC Milan ternyata mengikuti jejak Manchester United dengan kalah dalam giornata perdana Serie A Italia melawan Udinese.

Sontak kekalahan AC Milan itupun langsung ditanggapi oleh salah satu agen sepak bola terkemuka yang juga fans berat Manchester United, Liam Paul Canning di akun Twitter pribadinya.

“Aku yakin kalau Manchester United bisa bangkit dan menjadi lebih baik ketika AC Milan juga begitu. Peruntungan mereka (AC Milan dan Manchester United) memiliki keterkaitan,” tulis Liam Canning.

Baca Juga

Tak disangka, curahan hati dari Liam Canning mendapatkan banyak respon postif dari netizen akan pendapatnya mengenai AC Milan dan Manchester United. Tapi tunggu dulu, apakah benar jika AC Milan dan Manchester United punya peruntungan sama?


1. Kesamaan Nasib AC Milan dan Manchester United

Pertandingan ICC 2019 Manchester United vs Ac Milan, Minggu (04/08/19).

Setelah diselidiki, ternyata memang ada korelasi nasib yang dialami oleh Manchester United dengan AC Milan. Secara sederhana, kedua tim ini mengalami masa jaya pada era 1990-an hingga akhirnya redup setelah melewati tahun 2011 hingga 2013.

Seperti yang kita tahu, AC Milan adalah salah satu penguasa di Italia dan Eropa pada era 90-an, di mana 5 gelar Serie A Italia berhasil didapatkan pada masa itu. Namun kedigdayaan AC Milan mulai meredup pada era 2010-an.

Hingga akhirnya musim 2010/11 menjadi gelar Serie A terakhir yang berhasil dibawa AC Milan ke San Siro.

Di pentas Liga Champions, AC Milan juga mampu mengoleksi 3 gelar sejak era 90-an, tapi perlahan Setan Merah akhirnya mulai terpuruk dari 2010-an hingga kini.

Silvio Berlusconi saat diangkat para penggawa AC Milan usai meraih titel Liga Champions.

Percaya atau tidak, gelimang gelar Liga Inggris milik Manchester United baru hadir sejak musim 1992/93 bertepatan dengan gelar juara Serie A Italia yang ketiga belas untuk AC Milan. Setelah itu, gelar Liga Inggris terus hingga akhirnya terhenti di angka 13.

Gelar Liga Inggris ke-13 Manchester United sejak 1992/93 itu didapatkan pada musim 2012/13, tepat 2 tahun setelah AC Milan memenangi Serie A Italia terakhirnya juga. Di pentas Eropa, duo ‘pengabdi setan’ ini juga masih tetap kompak.

Gelar terakhir Liga Champions datang untuk Manchester United pada musim 2006/07, tepat setahun setelah AC Milan memenangi gelar yang sama untuk ke-7 kalinya.

Singkatnya, AC Milan dan Manchester United tetap terlihat kompak di saat suka maupun duka.

Maksudnya, AC Milan dan memiliki Manchester United memiliki era kejayaan dan masa kelam yang saling beririsan. Padahal AC Milan dan Manchester United sejatinya berasal dari kasta yang berbeda, tapi mengapa nasibnya tetap kompak?


2. Sama Nasib Tapi Beda Kasta

Logo AC Milan

Beda kasta di sini maksudnya adalah mengenai kekuatan finansial yang berbeda antara AC Milan dengan Manchester United.

AC Milan merupakan tim yang sempat terlibat masalah finansial, sedangkan Manchester United malah disebut sebagai salah satu klub terkaya di dunia.

AC Milan sejatinya sempat mendapatkan sokongan dana besar dari pengusaha asal China yang membuat mereka mampu jor-joran pada bursa transfer musim 2017/18. Belasan pemain pun didatangkan oleh AC Milan pada saat itu.

Namun sayang hanya satu pemain saja yang boleh dikatakan termasuk dalam pembelian sukses yaitu Hakan Calhanoglu. Tak berapa lama setelah itu, AC Milan pun mengalami krisis finansial hingga akhirnya diselamatkan oleh Elliot Advisors.

Hakan Calhanoglu (AC Milan) pertandingan antara Tottenham Hotspur vs AC Milan pada ICC 2018 di Stadion Bank AS (31/07/18) di Minneapolis, Minnesota.

Meski telah diselamatkan, nyatanya AC Milan tetap masih belum terlalu sehat secara keuangan sehingga mereka pun jarang membeli pemain mahal. Status AC Milan sebagai tim ‘kere’ sejatinya sangat berbanding terbalik dengan Manchester United.

Tak bisa dipungkiri kalau Manchester United telah menjadi salah satu dari tiga tim terkaya di dunia bersama Real Madrid dan Barcelona. Meski telah puasa gelar Liga Inggris sejak 2013, tetap saja pendapatan Manchester United tetaplah positif.

Namun sayang kekayaan Manchester United tidak mampu dimanfaatkan untuk menyelamatkan kejatuhan tim usai ditinggal oleh Sir Alex Ferguson.

Baca Juga

Mulai dari David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, hingga Ole Gunnar Solskjaer terbukti belum mampu mengembalikan kejayaan Manchester United.

Dari sini dapat kita lihat bahwa kasta atau status AC Milan dan Manchester United berbeda tapi mengapa tetap senasib?

Miss Management

Benang merahnya adalah miss management yang terjadi pada AC Milan dan Manchester United yang menjadi penyebab kekacauan.

Di AC Milan, miss management sangat jelas terlihat saat mereka menghabiskan uang ratusan juta euro hanya untuk belasan pemain medioker.

Alangkah lebih cerdasnya, andai limpahan uang banyak itu diakomodir untuk membeli pemain bintang sebanyak 3 atau 4 saja. Tak hanya itu, si konsorsium asal China itu juga justru telah membawa AC Milan pada masalah keuangan yang makin pelik.

Pemain AC Milan tengah menyesali timnya yang kebobolan.

Sempat ada harapan baru bersama sang pelatih Marco Giampaolo pada awal musim ini untuk AC Milan. Tapi ternyata di laga perdana, AC Milan tampil begitu buruk dengan kalah 0-1 dari Udinese dengan tanpa ada satupun shots on target.

Sedangkan Manchester United, miss management yang mereka alami adalah ketidakmampuan mereka untuk mencari sosok pengganti Sir Alex Ferguson. Sejatinya penunjukan David Moyes sejak hari pertama saja sudah menjadi sebuah kesalahan.

Tapi pemecatan David Moyes dalam waktu kurang dari setahun justru semakin menjatuhkan Manchester United. Setelah Moyes dipecat, kultur dan identitas Manchester United yang dibangun Ferguson, seketika itu menjadi luntur.

Penunjukan Jose Mourinho juga menjadi cacat lain bagi seorang Ed Woodward selaku CEO Manchester United karena pelatih Portugal itu justru membawa Setan Merah menuju jurang terdalam. Memang si ‘mesias’ Ole Gunnar Solskjaer sempat mengangkat peforma tim.

Ole Gunnar Solskjaer saat menemani Manchester United di laga melawan Wolverhampton, Selasa (20/08/19) dini hari WIB.

Tapi catatan hanya tiga kali menang dalam 12 laga terakhir Manchester United di Liga Inggris tentu menunjukan kalau Solskjaer pun belum bisa menjadi mesias sesungguhnya. Pada akhirnya kedua tim memang beda kasta tapi tetap senasib akibat miss management.

Mungkin bagi pendukung Manchester United perlu berharap agar AC Milan dapat bangkit kembali sehingga The Reds Devils bisa berjaya lagi, begitupun sebaliknya untuk fans I Rossoneri untuk berharap pada skuat asuhan Solskjaer.

Manchester UnitedSerie A ItaliaLiga ChampionsAC MilanOle Gunnar SolskjaerIn Depth SportsLiga InggrisMarco Giampaolo

Berita Terkini