Cerita Pemain Arseto di Kerusuhan 1998: Tas Besar Dikira Hasil Jarahan
INDOSPORT.COM - Kerusuhan tahun 1998 silam memunculkan banyak cerita bagi sepak bola Indonesia. Kompetisi saat itu terpaksa dihentikan tengah jalan karena adanya kerusuhan dan demonstrasi besar-besaran yang berakhir runtuhnya rezim Presiden Soeharto.
Salah satu klub yang terkena dampak langsung adalah Arseto Solo. Maklum, sebagai klub miliki keluarga Soeharto yakni sang putra, Sigit Harjoyudanto, tim Biru Langit tersebut jadi salah satu public enemy perusuh.
Laga pekan ke-14 Divisi Tengah melawan Pelita Jaya di Stadion Sriwedari, 6 Mei 1998 tak berlanjut karena situasi chaos di lapangan dan juga aksi pengrusakan di beberapa titik di Bumi Bengawan.
Banyak cerita yang muncul dari mantan pemain di musim terakhir sebelum bubar, termasuk dari Aris Budi Sulistyo, sang wing back kiri.
Dia menceritakan, setelah laga melawan Pelita Jaya tak berlanjut, Arseto Solo sempat berangkat ke Bandung untuk melawan Persib.
Hanya saja, duel itu tak berlangsung karena kompetisi akhirnya dihentikan. Sebagian besar personel Arseto Solo kembali ke Kota Bengawan dengan menggunakan kereta api.
Kejadian menegangkan nan lucu lantas dialami Aris. Dia sempat diadang polisi setelah keluar dari Stasiun Solo Balapan karena membawa tas besar yang dikira hasil penjarahan.
Maklum, saat kerusuhan berlangsung, banyak pusat perbelanjaan yang jadi lokasi penjarahan.
"Ya namanya pemain kan pasti bawa tas besar. Saat jalan keluar dari stasiun, saya sempat diintrogasi polisi karena dikira bawa barang hasil penjarahan, padahal isinya baju dan sepatu," ungkap Aris saat berbincang dengan INDOSPORT, Rabu (29/04/20).
"Tapi saya jelaskan kalau saya pemain sepak bola dan baru pulang dari Bandung. Akhirnya polisi tahu kalau saya pemain Arseto. Kondisi Solo saat itu memang sudah berantakan," tambahnya.
Mantan pelatih Persik Kediri itu tak menampik jika kondisi mencekam sudah terlihat saat laga melawan Pelita Jaya. Menurutnya, situasi sudah tidak kondusif sejak sebelum pertandingan dengan melubernya penonton hingga ke lintasan lari.
"Kerusuhan langsung pecah saat sebelum jeda karena semua penonton masuk lapangan. Apalagi di luar kabarnya sudah ada aksi pengrusakan pos polisi," kenangnya.
"Semua pemain menyelamatkan diri masing-masing, ada yang ke mes. Termasuk saya juga muter-muter cari tempat aman, karena kebetulan saat itu istri sedang hamil," ujar Aris.