Ironi PSG Pati, Klub Baru Liga 2 yang Layu Sebelum Berkembang
INDOSPORT.COM - Pengakuisisian klub PSG Pati oleh youtuber ternama, Atta Halilintar, memang memberikan kesan kemeriahan tersendiri, tetapi di balik itu ada keprihatinan yang muncul.
Jagat sepak bola nasional akhir-akhir ini tengah dikejutkan dengan fenomena 'Klub Sultan'. Satu per satu para pesohor Tanah Air mengakuisisi klub-klub Liga Indonesia.
Diawali dengan Raffi Ahmad yang membeli klub Cilegon United FC, youtuber ternama, Atta Haliintar, pun ikutan dengan mengakuisisi salah satu klub peserta Liga 2, PSG Pati.
Lalu, aktor terkenal Gading Marten juga belum lama resmi menjadi pemilik klub legendaris Kota Tangerang, Persikota. Entah siapa lagi yang akan mengikuti jejak mereka di tahun ini.
Salah satu yang paling menyita perhatian tentu saja adalah Atta Halilintar yang mengakuisisi klub Liga 2, PSG Pati. Berbeda dengan dua klub lainnya, proses akuisisi PSG Pati oleh Atta memang cukup mengejutkan.
Pasalnya, tak banyak yang menyangka klub PSG Pati yang terlihat ambisius di Liga 2 harus menyerahkan tampuk kepemilikan kepada Atta Halilintar dan berganti nama menjadi AHHA PS Pati FC.
Klub PSG Pati muncul di tengah masa pandemi sebagai tim baru 'jelmaan' dari Putra Sinar Giri (PSG) Gresik. Adalah sosok Wakil Bupati Pati, Saiful Arifin, yang berperan dalam pengakuisisian klub PSG Gresik hingga menjadi klub yang bermarkas di Pati.
Setelah berhasil promosi, klub PSG Gresik mengalami keterbatasan dana setelah Liga 2 terpaksa dihentikan karena pandemi COVID-19. Akibatnya, pemilik PSG Gresik saat itu, Bisri Afandi, memutuskan untuk bekerja sama dengan Wakil Bupati Pati, Saiful Arifin.
Dengan berganti nama kepanjangan menjadi Putra Safin Group (PSG), PSG Pati ingin membangun ulang kekuatan klub untuk mengarungi Liga 2 yang baru di musim 2021/22 mendatang dengan home base di Kota Pati.
Manajemen tim pun bergerak cepat untuk meningkatkan brand klub. Proses pemolesan klub dilakukan satu persatu mulai dari penamaan klub, logo klub, warna jersey, sampai penguatan media sosial.
Klub PSG Pati bahkan sampai mengejutkan dunia maya lewat terobosan-terobosannya. Nama PSG yang identik dengan klub raksasa Prancis, Paris Saint-Germain, semakin menambah kesan catchy klub satu ini.
Tak cuma itu, mereka juga membuat logo baru dengan desain lebih modern. Pengenalan pemain pun dipoles seperti layaknya klub-klub Eropa.
Setidaknya sampai bulan Mei hal tersebut masih berjalan lancar. Namun, sensasi PSG Pati rupanya hanya bertahan seumur jagung.
Bagaimana tidak, kurang dari dua bulan Liga 2 bergulir, PSG Pati kembali berganti kepemilikan. Seorang youtuber terkenal dengan subscriber puluhan juta, Atta Halilintar, melakukan pendekatan untuk bisa mengakuisisi PSG Pati.
Hal itu diketahui dari postingan Atta Halilintar di media sosial Instagram yang diunggah pada, Jumat (04/06/21). Dalam postingan tersebut terlihat sebuah video singkat yang menjadi teaser dari klub AHHA PS Pati FC.
Berdasarkan penelusuran INDOSPORT, Atta memang sudah melakukan pendekatan kepada klub PSG Pati. "Waktu saya kirim foto ini bro (Putra Siregar) yang menurut saya salah satu tim yang keren yaitu PSG Pati," ujar Atta Halilintar dalam salah satu video youtube-nya awal Juni lalu.
Atta menilai PSG Pati memiliki prospek bagus dengan pengelolaan yang modern dan memiliki program pemain muda yang baik. Sebelum PSG, Atta pernah menjajaki klub Liga 2 lain seperti Sriwijaya FC dan PSPS Pekanbaru.
Prosesnya berjalan cukup cepat. Dalam hitungan hari, logo klub baru PSG Pati sudah dirilis dengan nama baru AHHA PS Pati FC. Sang pemegang saham mayoritas, Atta Halilintar, bahkan sudah meminta dukungan kepada para fans-nya.
Terkait hal ini, belakangan diketahui bahwa pihak PSSI selaku federasi sepak bola Tanah Air belum menerima surat resmi dari klub AHHA PS Pati FC milik Atta Halilintar.
Hal ini menimbulkan tanda tanya, apakah mengganti nama klub bisa dilakukan sebegitu mudah? Penggantian nama klub seharusnya mesti disahkan terlebih dahulu melalui Kongres PSSI.
Sorotan tajam sebetulnya mesti diarahkan kepada PSG Pati itu sendiri. Mengapa klub ini bisa dengan mudahnya layu sebelum 'berkembang' di kompetisi Tanah Air.
1. Ironi PSG Pati
Bagi banyak orang situasi ini memang cukup ironis sekaligus mengejutkan. Bagaimana tidak, belum juga berpartisipasi di kompetisi resmi, klub PSG Pati yang baru dibentuk pada 2020 sudah harus kembali berganti kepemilikan dan nama klub.
Unsur-unsur utama dari klub PSG Pati yang ingin dibangun wakil Bupati Pati pun lenyap begitu saja setelah kedatangan investor. Bicara level profesional, hal seperti ini memang terkesan tidak umum. Apalagi jika menganut pada negara-negara dengan sepak bola maju.
Yang menyedihkan, tak ada yang bisa menjamin fenomena 'Klub Sultan' ini langgeng dalam waktu lama. Bisa jadi tren ini hanya berlanjut 2-3 tahun atau lebih cepat.
Ketika hari tiba di mana para pesohor menarik investasinya di klub, maka klub tersebut pun akan kembali dioper-oper layaknya mobil bekas yang nantinya siap dipermak menjadi mobil dengan tampilan baru yang sama sekali berbeda.
Mungkin bagi manajemen klub, hal ini tidak merugikan. Pemilik PSG Pati sebelumnya tidak mengalami kerugian karena klub bisa diakuisisi oleh pihak dengan uang yang lebih banyak. Namun, sepak bola bukan hanya soal uang belaka.
Di dalam sepak bola, nilai sejarah dan fanatisme suporter telah menyatu bak satu bagian tubuh. Maka bisa dibayangkan betapa 'kacau' nya tatanan sepak bola Tanah Air jika tiap 2-3 tahun sekali klub-klub kasta bawah tersebut harus berganti nama dan home base tergantung siapa pemilik saham terbesar. PSSI dituntut untuk bisa memberikan aturan yang tegas untuk hal-hal semacam ini karena yang rugi nantinya adalah pemain, pelatih, dan suporter.