Profil Krisna Sulistia: Dari Sepatu Rp13 Ribu, Kini Lolos Garuda Select 4

INDOSPORT.COM - Berikut adalah profil Krisna Sulistia Budianto, sosok pesepak bola asal Kudus yang lolos Garuda Select 4.

Garuda Select adalah program pembinaan untuk pemain sepak bola muda Indonesia di Eropa, dikomando oleh dua mantan pemain Timnas Inggris, Dennis Wise dan Des Walker.

Sejatinya, Krisna Sulistia bukanlah nama baru yang diproyeksikan untuk mengikuti Garuda Select. Namanya sudah dipegang oleh Dennis Wise sejak tahun 2020 lalu.

Krisna sempat diminta untuk bergabung ke skuat Garuda Select 2, tapi ditunda karena usianya terlalu muda, dan skuat Indonesia juga pulang lebih cepat akibat pandemi.

Kemudian, Krisna Sulistia resmi tergabung dalam skuat Garuda Select 3. Hanya saja, Krisna yang berposisi sebagai penyerang, kalah saing dengan M. Faiz dan Hokky.

Kali ini, Krisna tentu ingin membuktikan kemampuannya, jika ia layak bersaing di Inggris. Berbekal pengalaman musim lalu, striker 15 tahun itu ingin berkarir di Eropa.

"Ada banyak metode latihan yang saya pelajari musim lalu, masih saya terapkan di Indonesia," ucap Krisna Sulistia, yang juga memperkuat skuat Bhayangkara FC U-16.

"Sekarang saya dapat kesempatan lain untuk pergi ke Inggris dan bergabung lagi dalam program Garuda Select. Dilatih lagi oleh Dennis Wise dan Des Walker, itu adalah kesempatan yang penting untuk karir saya."

Krisna Sulistia juga berharap bisa menyusul seniornya, Bagus Kahfi, Brylian Aldama, dan David Maulana yang kini dikontrak oleh tim Eropa, setelah jadi alumni Garuda Select.

"Saya jadi makin semangat untuk mencapai impian saya bermain di tim Eropa," tuntas pemain jebolan SSB Djarum Kudus tersebut.

1. Dari Sepatu Rp13 Ribu

Menurut orang tua Krisna Sulistia, sang anak sudah menunjukkan minatnya di dunia sepak bola sejak usia dini. Alhasil, saat itu sang ayah membelikannya sepatu murah.

"Memang sudah sejak kecil, senang main sepak bola. Waktu itu saya belikan sepatu harganya Rp13 ribu," ungkap sang ayah.

"Kemudian, kelas 3 SD, Krisna sudah ikut berkompetisi, sampai juara satu di Bali."

"Setelah lulus SD, saya bingung sekolah sepak bola ke mana. Diarahkan teman saya, sekolah di Kudus saja, akhirnya di Kudus," tutup pria yang bekerja sebagai buruh itu.