Standar Ganda soal Rusia, FIFA Dikecam karena Tidak Hukum Israel
INDOSPORT.COM - Slogan "olahraga tidak ada hubungannya dengan politik", telah diadaptasi jadi sebuah aturan dan selalu diterapkan dalam ajang olahraga internasional. FIFA yang merupakan induk organisasi sepak bola dunia telah menerapkan sanksi, jika ditemukan unsur politis dalam kepengurusan sepak bola suatu negara.
Indonesia pernah jadi contoh dalam kasus ini ketika PSSI disanksi oleh FIFA karena dinilai ada intervensi dari Pemerintah. Sanksi itu membuat Indonesia tidak boleh mengikuti ajang apapun yang berada di naungan FIFA dan AFC.
Paling dekat adalah sanksi dari FIFA dan UEFA yang memboikot seluruh keikutsertaan Rusia dalam sepak bola Internasional. Mencoret klub dan timnas Rusia dari seluruh ajang naungan FIFA dan UEFA merupakan hukuman bagi Negara Beruang Merah kerena invasinya terhadap Ukraina belum lama ini.
Sejak pecahnya krisis Ukraina-Rusia pada 24 Februari, masyarakat internasional telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia, yang juga mempengaruhi dunia olahraga mereka.
Namun slogan dan peraturan itu dinilai buta jika menengok apa yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama bertahun-tahun. Tak heran jika memunculkan opini publik yang menilai FIFA dan UEFA meiliki standar ganda dalam menerapkan aturannya.
FIFA dan UEFA seakan tutup mata mengenai peristiwa itu karena tak ada sanksi apapun terhadap Israel selama ini. Ironisnya lagi beberapa waktu lalu ketika fans Celtic mengibarkan bendera Palestina UEFA bergegas mengeluarkan sanksi untuk klub dengan alasan “anti-politik” dalam dunia sepak bola.
Konflik Rusia-Ukraina ini seakan makin membuktikan bahwa standar ganda itu memang ada ditubuh beberapa induk organisasi keolahragaan dunia, termasuk FIFA dan UEFA.
FIFA dan UEFA selama ini banyak menciptakan slogan dan pesan kepada penimat sepak bola. Hal itulah yang menyebabkan banyak pro dan kontra dari masyarakat.
1. Sanksi Cabang Olahraga Lain
FIFA dan UEFA sebagai induk sepak bola Internasional telah menghukum Rusia dengan menangguhkan keanggotaaan dan keikutsertaannya dalam ajang sepakbola internasional, termasuk Piala Dunia Qatar 2022.
Beberapa Induk organisasi lainnya juga tak ketinggalan memberikan sanksi terhadap atlet-atlet Rusia mulai dari BWF yang melarang atlet Rusia untuk mentas dalam event internasional, termasuk membatalkan seluruh agenda yang akan digelar di Rusia.
Selain itu ada atlet Paralimpiade Rusia dan Belarus yang dipaksa angkat koper dari Paralimpiade Beijing 2022. Kedua negara juga tak diizinkan bertanding sebagai imbas dari konflik ini. Sabuk hitam Vladimir Putin juga ikut dicabut oleh Federasi Taekwondo Dunia.
Dari arena Formula1 juga ada Nikita Mazepin yang baru saja dipecat oleh HAAS F1 Team, padahal pada 2021 lalu Mazepin mendapatkan kontrak jangka panjang.
2. Atlet Yang Pernah Kena Sanksi karena Dukung Palestina
Ketika FIFA dan Organisasi Dunia ramai menghukum Rusia karena invasinya terhadap Ukraina hal sebaliknya terjadi kepada Israel yang sudah lama bekonflik dengan Palestina.
Yang terbaru adalah judoka Aljazair Fathi Noureen, yang diskors 10 tahun, setelah menolak untuk menghadapi atlet Israel selama Olimpiade terakhir. Sang atlet mengaku sebagai bentuk dukungannya terhadap Palestina.
Pada tahun 2009, Federasi Sepak Bola Spanyol menghukum pemain Mali, Frederic Kanoute, setelah ia mengekspos kemeja bertuliskan nama "Palestina" di bawah seragam klubnya, Sevilla dalam bentuk solidaritasnya terhadap rakyat Palestina.
Pada tahun 2016, UEFA melakukan penyelidikan ketika fans Celtic mengibarkan bendera Palestina di tribun selama pertandingan melawan klub Israel, Hapoel Beersheba di Liga Champions.
Komentator bahasa Arab asal Tunisia, Issam Shawali, juga mengkritik standar ganda yang diadopsi oleh FIFA dalam kompetisi olahraga, ia mengkritik ada larangan untuk bersimpati sekaligus menunjukkan solidaritas terhadap Palestina, namun tidak untuk Ukraina.
Shawali mengatakan kepada Wafa: "Mereka mengatakan bahwa politik tidak boleh dicampur dengan olahraga, tetapi kenyataannya adalah bahwa keduanya adalah dua sisi dari koin yang sama. Skala yang tidak seimbang memungkinkan apa yang mereka inginkan dan mencegah apa yang mereka benci."