Ada 'Cucuran Darah' LIB di Balik Suksesnya Liga 1 di Tengah Badai Covid-19
INDOSPORT.COM - Roda kompetisi Liga 1 2021-2022 baru saja berakhir dan Bali United berhasil menjadi kampiun kompetisi strata teratas di Indonesia ini.
Bali United berhasil menjadi kampiun usai finis di posisi pertama dengan mengoleksi 75 poin.
Saat Bali United menjadi kampiun, tiga tim harus rela turun kasta ke Liga 2 musim depan.
Tiga tim tersebut antara lain, Persiraja Banda Aceh, Persela Lamongan dan Persipura Jayapura.
Usainya perhelatan BRI Liga 1 2021/2022 memberikan rasa lega tersendiri bagi PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Seperti diketahui PT LIB selaku operator kompetisi musim ini memang harus memutar otak lebih ekstra untuk dapat menggulirkan Liga 1 musim ini.
Sebab memang Pandemi Covid-19 yang menerjang dunia termasuk juga Indonesia memberikan dampak juga untuk dunia sepak bola.
Untuk itu LIB pun harus merombak berbagai kebijakan. Seperti dengan menggunakan format seris dan semi bubble serta tanpa adanya penonton di stadion.
Selain itu berlangsungnya kick-off Liga 1 2021/2022 sempat menjadi tarik ulur apakah bisa dilanjutkan apa ditunda.
Hal-hal seperti inilah yang menjadi cerita di balik suksesnya perhelatan Liga 1 2021/2022.
1. Perjalanan Sulit
Seperti diutarakan Direktur Utama PT LIB, Akhmad Hadian Lukita bahwa memang dia harus 'berdarah-darah' bisa menggulirkan kompetisi musim ini di masa pandemi.
"Menjalankan kompetisi di tengah badai Pandemi menjadi pengalaman baru dalam hidup saya," buka Lukita ketika berbincang dengan INDOSPORT.
"Meskipun dalam menjalankannya benar ada 'berdarah-darah'-nya juga. Tapi Alhamdulillah selesai juga," tambah Lukita.
"Meski saya harus berbesar hati masih banyak yang harus kita perbaiki," beber pria asal Bandung ini.
Hal senada diutarakan oleh Ketua Umum PSSI, Mochamad Irawan yang mengakui memang sulit menjalankan kompetisi di tengah badai pandemi Covid-19.
"Saya bilang kalau ada ketua PSSI yang menjabat pas Covid saya mau belajar, Alhamdulilah tidak ada, itu mungkin sudah resiko saya," ucap Iriawan.
"Bagaimana saya berdarah darah untuk mempertahankan sepak bola dan menggulirkan kompetisi saat Covid itu susah sekali," tegas Iriawan.
2. Penolakan Izin
Bukan tanpa alasan bagi Iriawan sangat sulit bisa menggulirkan kompetisi di tengah badai pandemi.
Sebab ia harus merasakan penolakan izin dari pemerintah untuk bisa sepak bola bergulir.
"Enam kali saya minta ke pemerintah tapi alhamdulilah setelah ada entri poin di Piala Menpora, ini tidak mudah tapi terimakasih kepada semua yang mendukung, pemerintah kemudian para jurnalis, karena sekali lagi satu tahun tidak kompetisi satu generasi hilang," pungkas Iriawan.
Kini kompetisi Liga 1 2021-2022 telah usai saatnya menantikan Kompetisi untuk musim 2022-2023 yang dikabarkan akan kembali ke format awal.
Dan yang terpenting ada wacana sudah bisa disaksikan oleh penonton.