Sederet Julukan Klub Sepak Bola Indonesia yang Berasal dari Cerita Rakyat
INDOSPORT.COM - Indonesia merupakan salah satu negara yang masih menjunjung nilai-nilai kebudayaan. Dan berusaha tetap menjaga warisan yang ditinggalkan para pendahulu, termasuk sepak bola.
Hal itu lantas berdampak signifikan terhadap kehidupan sehari-hari bahkan sampai ke penamaan yang diberikan sebagai simbol rasa syukur sekaligus upaya merawat warisan budaya itu sendiri.
Sisa-sisa warisan masa lalu tak hanya ditemukan pada nama seseorang, gedung bahkan jalan. Lebih dari itu pengaruh budaya itu bahkan sampai persepakbolaan Tanah Air.
Tentu proses akulturasi budaya ini tak berjalan begitu saja, ada latar belakang yang membuat hal ini bisa terjadi. Sehingga dapat menyatu dengan budaya popular, dalam hal ini adalah sepak bola.
Pengaruh kebudayaan itu terwujud dalam julukan yang disematkan kepada klub. Meski demikian, pemberian julukan ke klub Indonesia dengan nama tokoh dari cerita rakyat bukanlah hal yang baru.
Hampir di seluruh tim sepak bola di Indonesia telah memiliki julukannya masing-masing. Mulai dari tokoh dalam cerita rakyat, mitos, hingga nama daerah yang merepresentasikan semangat mereka.
Bahwasanya dengan pemberian julukan yang diambil dari cerita rakyat. Diharapkan dapat membangkitkan semangat klub melalui kisah heroik dan kepahlawanan yang ada dalam tokoh tersebut.
Berbicara mengenai identitas, setiap klub pastinya memilih tokoh yang memang sudah lekat dan mudah diingat oleh orang awam sekali pun, hal ini tentu berkaitan dengan branding klub itu sendiri.
Selain latar belakang dan sejarahnya, sepertinya klub-klub Indonesia lebih dahulu telah melakukan riset yang berkaitan dengan cerita ataupun tokoh yang akan mereka angkat sebagai ikon tim.
Lantas, apa saja julukan klub-klub di Indonesia yang mengambil dari cerita rakyat yang merupakan bagian sejarah dan budaya yang telah turun-menurun ada, berikut telah INDOSPORT rangkum.
1. Laskar Sambernyawa dan Mahesa Jenar
Julukan pertama datang dari klub asal kota Solo yakni Persis Solo yang merupakan salah satu klub tertua dan bersejarah di Indonesia. Klub kebanggan Pasoepati ini juga masuk dalam tujuh klub yang mendirikan PSSI di Yogyakarta.
Selain dengan jersey merahnya, Persis Solo juga terkenal dengan julukan Laskar Sambernyawa. Julukan ini tentu saja diadaptasi dari cerita Pangeran Sambernyawa yang telah melegenda di kota Solo.
Dalam perjalanan sejarah Kota Solo, Raden Mas (RM) Said atau Pangeran Sambernyawa merupakan salah satu sosok melegenda. Dia merupakan penguasa pertama Kadipaten Mangkunegaran.
RM Said dikenal sebagai sosok pemberontak yang ditakuti di era kepemimpinan Paku Buwono (PB) II di Kerajaan Mataram Islam. Bersama pasukannya, Pangeran Sambernyawa bertahun-tahun memerangi Belanda dan Mataram.
Pemberontakan itu berakhir pada 17 Maret 1757 dengan Perjanjian Salatiga antara RM Said dengan PB III yang membagi wilayah Kerajaan Mataram untuk kali kedua setelah Perjanjian Giyanti.
Tokoh Fiktif Mahesa Jenar yang Jadi Julukan PSIS Semarang
Mahesa Jenar merupakan tokoh fiksi yang dibuat dan muncul dalam cerita Nagasasra dan Sabuk Inten atau Agung Sedayu dalam Api di Bukit Menoreh sudah seperti legenda.
Bagi sebagian orang, mereka dianggap sebagai sosok yang pernah ada. Sang pengarang Singgih Hadi Mintardja memang begitu hidup berkisah dalam karya-karyanya yang berjilid-jilid itu yang dimuat setiap hari di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta.
Herry Wibowo, atau disingkat WIB, makin menghidupkan tokoh-tokoh tersebut lewat gambar kulit atau sampul versi buku karya SH Mintardja tersebut. Entah bagaimana ceritanya, Mahesa Jenar dapat menjadi seperti sekarang.
Namun yang jelas melalui gambar-gambar kulit yang dibuatnya, Herry Wibowo secara visual mengomunikasikan teks yang dibuat SH Mintardja. Sehingga banyak orang beranggapan Mahesa Jenar merupakan tokoh asli.
Herry Wibowo sebagai sosok yeng bertanggung jawab atas kesuksesan cerita Mahesa Jenar ternyata merpakan pria asli Semarang. Dia mulai menggarap gambar sampul cerita karya SH Mintardja, Nagasasra dan Sabuk Inten,sejak tahun 1966.
2. Laskar Sultang Agung dan Joko Tingkir Pendiri Kerajaan Pajang
Klub ketiga merupakan Persiba Bantul, tim sepak bola yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tepatnya dari Kabupaten Bantul ini merupakan klub yang pernah berjaya pada medio 2009-2010.
Persiba Bantul, klub yang bermarkas di Stadion Sultan Agung Bantu itu bahkan sangat akrab dengan salah satu sosok dan cerita rakyat yang berasal dari Yogyakarta.
Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang.
Sultan Agung merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Sultan Agung naik takhta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun.
Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627, tepatnya setelah empat belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan Mataram Islam.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung daerah pesisir seperi Surabaya dan Madura berhasil ditaklukkan. Pada kurun waktu 1613 sampai 1645 wilayah kekuasaan Mataram Islam meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat.
Persela Lamongan dengan Julukan Joko Tingkir
Nama Jaka Tingkir atau Joko Tingkir sangat terkenal sebagai salah satu legenda di masyarakat Jawa Tengah. Jaka Tingkir merupakan raja pertama dari Kesultanan Pajang yang berdiri di perbatasan Surakarta dan Sukoharjo.
Ia merupakan putra dari Ki Ageng Butuh (Raden Kebo Kenanga) dari pernikahannya dengan Roro Alit putri Sunan Lawu. Menilik dari silsilahnya, Sunan Lawu adalah putra dari Prabu Brawijaya V.