Liga 2: Musafir dan Ditinggal Sponsor, Sriwijaya FC dalam Kondisi Kritis?
INDOSPORT.COM - Sriwijaya FC terus menapaki jalan terjal menyambut musim baru Liga 2. Kemalangan bertubi-tubi menimpa mereka belakangan ini.
Usai terusir dari Jakabaring, Sriwijaya FC kembali menelan pil pahit lantaran gagal menjalin kerja sama dengan salah satu sponsor, yakni Bahari Sriwijaya Ekakarsa.
Parahnya lagi, pembatalan kerja sama dilakukan mendekati kick-off Liga 2 2022-2023 yang dijadwalkan berlangsung pada Minggu (29/8/22).
Kepastian pembatalan kerja sama ini diungkapkan langsung Dirut Bahari Sriwijaya Ekakarsa, Alvin Reynaldi Setiawan, melalui Presiden Sriwijaya FC, Hendri Zainuddin.
Melalui surat terbukanya, Nomor 043/BSE/JKT/BDV/VIII/2022, klub basket asal Sumatra Selatan ini mengungkapkan tiga alasan membatalkan kerja sama sponsor.
"Menindaklanjuti surat dari PT SOM no. 45/Sp.PT. SOM/VI/2022 tanggal 19 Juni 2022. Kami telah melakukan diskusi internal secara mendalam," tulis Alvin Reynaldi berdasarkan surat yang diterima INDOSPORT, Kamis (25/8/22).
"Terdapat 3 hal yang menjadi perhatian utama, yaitu kondisi keuangan perusahaan, masalah hukum (legalitas kepemilikan dengan kasus hukum berjalan) dan terakhir adalah waktu persiapan yang sangat sempit," lanjutnya.
"Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka dengan segala pertimbangan yang matang kami mengambil keputusan untuk tidak akan mengambil alih operasional maupun kepemilikan PT SOM maupun pengelola Sriwijaya FC," jelas Alvin.
1. Di Ujung Tanduk?
Kendati begitu, pihaknya berharap agar Sriwijaya FC dapat menemukan bisnis partner pengganti yang ke depannya menunjang target promosi ke Liga 1.
"Kami berharap PT SOM (Sriwijaya FC) dapat menemukan strategic partner yang tepat untuk mengembangkan bisnis dan industri sepak bola Sumsel dalam waktu dekat," pungkasnya.
Sebelumnya, Sriwijaya FC sempat digadang-gadang akan dikuisisi oleh Bomba Group, sayang proses akuisisi dinyatakan menemui jalan buntu.
2. Buka Peluang Akuisisi
Belakangan, manajemen Sriwijaya FC mengaku masih membuka peluang jika ada investor yang berminat mengakuisisi klub.
Cukup mengenaskan untuk ukuran klub pemegang gelar juara Liga Indonesia (2007) dan Piala Indonesia (2008, 2009, 2010).