3 Borok Chelsea hingga Terseok-seok di Liga Inggris, Salah Satunya karena Tuchel!
INDOSPORT.COM – Berikut 3 borok yang dimiiliki Chelsea hingga harus terseok-seok di awal Liga Inggris (Premier League) 2022/23.
Chelsea kembali harus tersungkur usai menelan kekalahan di pekan kelima Liga Inggris 2022/23 kala bertandang ke markas Southampton, Rabu (31/08/22).
Dalam lawatannya ke St Mary’s Stadium tersebut, Chelsea harus menyerah dengan skor 1-2, kendati mampu unggul terlebih dahulu.
Chelsea mampu unggul terlebih dahulu lewat gol Raheem Sterling di menit ke-23. Keunggulan tersebut pun mampu dibalas Southampton lewat Romeo Lavia di menit ke-28 dan Adam Armstrong di menit ke-45+1.
Atas kekalahan tersebut, Chelsea pun harus menerima kenyataan pahit, karena baru mengumpulkan 7 poin dari 15 poin yang tersedia.
Bahkan parahnya lagi, Chelsea hanya mampu mencetak 6 gol dan kebobolan 8 gol dalam lima partai Liga Inggris 2022/23 yang telah dijalani.
Catatan ini menjadi catatan terburuk Chelsea di awal-awal Liga Inggris sejak 2015/16. Sebagai catatan, saat itu Jose Mourinho merupakan pelatih The Blues dan dipecat pada Desember 2015.
Start buruk Chelsea ini pun menjadi perbincangan. Apalagi jika mengingat bahwa The Blues telah jor-joran dalam belanja pemain dengan total pengeluaran 185 juta euro.
Meski telah belanja banyak pemain, Chelsea nampaknya masih memiliki borok yang membuat The Blues harus terseok-seok di awal-awal Liga Inggris 2022/23.
Apa saja borok Chelsea tersebut? Berikut ulasannya.
1. 1. Tak Punya Kreator
Borok pertama di tubuh Chelsea adalah tidak adanya kreator di dalam skuad The Blues saat ini. Ketiadaan kreator ini pun dibarengi dengan minimnya opsi penyerang.
Entah bagaimana, selama bursa transfer musim panas lalu Chelsea tak mendatangkan pemain depan selain Raheem Sterling, terutama pemain yang punya kreativitas mumpuni.
Sebagai bukti bahwa Chelsea tak punya kreator terlihat di 5 laga awal Liga Inggris 2022/23 ini, di mana The Blues berada di peringkat 11 dari 20 tim dalam hal Shot-Creating Actions (SCA) dan di peringkat 15 dari 20 tim dalam SCA per 90 menit.
Catatan Chelsea itu jauh lebih buruk ketimbang tim promosi seperti Fulham dan Nottingham Forest yang memiliki Shot-Creating Actions (SCA) yang lebih baik.
Bahkan, di Liga Inggris musim ini Chelsea baru membuat 6 peluang emas dalam 5 laga, dan membuat The Blues berada di peringkat ke-10 dari 20 tim.
Mason Mount yang didapuk sebagai kreator pun tak cukup membantu. Apalagi dengan Kai Havertz yang diplot sebagai False Nine.
Chelsea sejauh ini hanya mengandalkan Reece James untuk membuat peluang. Kebetulan pemain tersebut absen saat dikalahkan Southampton, sehingga The Blues keteteran dalam menyerang.
2. 2. Barisan Belakang dan Edouard Mendy yang Buruk
Tak bisa ditampik bahwa barisan pertahanan Chelsea tak seapik musim lalu. Bahkan di lima laga Liga Inggris 2022/23, The Blues telah kebobolan 8 gol.
Buruknya pertahanan Chelsea ini tak lepas dari padunya lini belakangnya. Pasalnya, The Blues baru dalam masa transisi di lini pertahanan.
Sayangnya masa transisi di lini pertahanan ini dibarengi dengan menurunnya performa sang penjaga gawang utama, Edouard Mendy.
Entah bagaimana, performa Mendy berada di bawah standar. Hal ini pun terlihat dari 5 laga awal Liga Inggris 2022/23 di mana ia gagal menyelamatkan gol yang sejatinya mudah baginya.
Belum lagi dengan blunder yang kerap ia lakukan, sehingga membuat pertahanan Chelsea tak mempercayainya, seperti saat Cesar Azpilicueta enggan mengopernya sehingga dibobol Southampton.
Hadirnya Wesley Fofana kelak pun tak akan serta merta memperbaiki lini belakang Chelsea yang memang butuh adaptasi.
Sehingga, Tuchel pun harus segera membuat skema yang bisa memperkuat lini belakangnya agar tak muda kebobolan dengan mudah.
3. 3. Kebijakan Tuchel yang Buruk
Bobroknya Chelsea di 5 laga awal Liga Inggris 2022/23 juga tak lepas dari kesalahan sang pelatih, Thomas Tuchel, terutama dalam menyiapkan taktik dan juga dalam urusan transfer.
Dalam urusan transfer, Tuchel yang mendapat suntikan dana besar justru lebih banyak mendatangkan bek ketimbang playmaker dan pemain di lini tengah.
Memang Chelsea membutuhkan bek. Tapi bukan berarti Tuchel harus mengesampingkan lini serang dan lini tengah demi keseimbangan tim.
Hal ini pun terbukti saat Tuchel mengeluh bahwa lini tengahnya mayoritas cedera, dan membuatnya pusing. Andai di bursa transfer lalu dirinya mau mendatangkan pemain tengah baru, keluhan ini tak akan muncul.
Selain itu, Tuchel juga selalu mempercayai pemain yang Underperformed seperti Mason Mount dan Kai Havertz, kendati masih memiliki opsi lain seperti Christian Pulisic dan Armando Broja.
Kesalahan Tuchel ini juga berlanjut saat dirinya mempercayakan Conor Gallagher sebagai Double Pivot, meski sang pemain tak pernah cocok bermain di posisi itu.
Kesalahan ini juga terlihat dalam hal taktik, di mana Tuchel kerap menggonta-ganti skema setiap pertandingan, seperti halnya menggunakan formasi 4-3-3 untuk melawan Southampton.