Pensiunnya Gonzalo Higuain, Mesin Gol Kelas Wahid yang Sering Dinomorduakan
INDOSPORT.COM - Pada Senin (03/10/22), pemain Inter Miami, Gonzalo Higuain, mengumumkan jika musim ini adalah musim terakhirnya bermain sepak bola secara profesional.
Ya, Inter Miami yang berkompetisi di Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat akan jadi klub terakhir bagi bomber Argentina berusia 34 tahun tersebut.
Sejak meninggalkan Eropa tiga tahun lalu, namanya mungkin mulai jarang terdengar namun seorang Gonzalo Higuain tetap punya karier yang pantas untuk dikagumi.
Ia lahir di Brest, Prancis, dari keluarga Argentina berdarah Basque, kemudian dibesarkan di negara leluhurnya dan juga memulai karier sepabagi pesepak bola di sana.
Sejak awal bakat Higuain warisan dari ayahnya yang juga atlet pro sudah terlihat. Sedari muda ia telah bergabung dengan akademi salah satu klub paling elite di seantero Amerika Selatan, River Plate.
Di usia 18 tahun, debut kompetitif sudah ia mainkan bersama River. 2005/2006 yang jadi musim perdananya diwarnai dengan 5 gol dari 12 penampilan.
Pada musim berikutnya Gonzalo Higuain semakin menggila. Sang striker remaja sudah bisa mendulang dua digit gol (10) dari 17 laga saja dan Daniel Passarella, manajer River Plate saat itu, percaya jika pemain mudanya itu punya masa depan cerah.
Benar saja. Di 2006/2007 Higuain kemudian diangkut oleh Real Madrid dengan fee 12 juta euro (Rp180 miliar). Butuh adaptasi, momen debut pun baru bisa ia dapatkan setelah enam bulan di Santiago Bernabeu.
Dua tahun pertamanya di ibu kota Spanyol berjalan kurang mulus dan dinilai tidak cukup tajam setelah hanya mengukir 11 lesakan dari 57 partai.
Barulah di 2008/2009 tiba-tiba Higuain bak mendapat durian runtuh. Cedera Ruud van Nistelrooy membuat Real Madrid menjadikannya mesin gol utama dan kepercayaan itu membuat 24 gol mengalir begitu saja dari kaki dan kepalanya.
1. Terbenam karena Proyek Galactico
Publik pun berekspektasi jika Gonzalo Higuain akan jadi bintang utama Real madrid di 2009/2010 berkaca dari performanya musim lalu namun yang terjadi justru sebaliknya.
Bukan karena pemain berjuluk El Pipita itu tampil jeblok, melainkan El Real berambisi untuk menjalankan lagi proyek skuat bertabur bintang bernama Los Galacticos.
Tidak main-main, Madrid berkali-kali memecahkan rekor transfer dunia saat itu dengan mendatangkan Cristiano Ronaldo, Ricardo Kaka, Karim Benzema, Xabi Alonos, Alvaro Arbeloa, Raul Albiol, Esteban Granero, dan lainnya.
Tidak ketinggalan manajer baru dalam sosok Manuel Pellegrini juga direkrut untuk menggantikan Juande Ramos.
Hebatnya meski kalah pamor dan terbilang masih sangat hijau, namun Higuain seolah enggan tenggelam dan justru menjadi pemain tertajam Los Blancos musim itu dengan total 29 gol di semua ajang.
Hanya saja setelah penampilan luar biasa di 2009/2010 yang juga berbuah konrak baru dari Madrid, Higuain tetap diperlakukan layaknya pemain kelas dua di Santiago bernabeu.
Sorotan serta prioritas menit bermain lebih diberikan pada Ronaldo dan Benzema. Alhasil isu pindah ke klub lain selalu mengitari Higuain yang akhirnya tetap setia dan subur.
Bersama Real Madrid, ia masih bertahan selama tiga musim berikutnya dengan total 57 gol disumbangkan dan menggenapkan koleksi trofinya menjadi enam buah.
Keputusan untuk pergi baru diambil Gonzalo Higuain di 2013/2014 setelah kedatangan Gareth Bale bakal membuatnya makin terpojok. Ia punya opsi untuk bergabung dengan tim-tim yang lebih besar namun Napoli kemudian jadi pilihan.
Meski hanya tiga musim di San Paolo, namun itu sudah cukup bagi Higuain untuk mengharumkan lagi nama I Partenopei sekaligus mengukuhkan statusnya sebagai 'nomor 9' terbaik dunia.
2. Khianati Napoli, Disia-siakan Juventus
Total 91 gol ia lesakkan dari 146 pertandingan berbuah masing-masing satu trofi Coppa Italia dan Piala Super Italia. Di 2015/2016 bahkan ia menjadi top skor Liga Italia dengan 36 gol yang jadi rekor kompetisi hingga hari ini.
Setelah itu Gonzalo Higuain kemudian memutuskan untuk pergi dari Napoli dan menerima pinangan Juventus seharga 90 juta euro (Rp1,35 triliun). Tidak banyak yang tahu jika transfer ini malah membuatnya mengalami penurunan.
Ia memang tetap subur terutama di dua musim perdana di Turin dengan 55 gol dari 105 game plus memenangkan tiga scudetto namun lagi-lagi peran sebagai bintang utama tidak bisa dipertahankannya.
Pada 2018/2019 Higuain harus sampai menjalani dua peminjaman yang tidak sukses ke AC Milan dan Chelsea karena Juventus memutuskan untuk mendatangkan Cristiano Ronaldo.
Begitu kembali ke Allianz Stadium, ia hanya bisa menjadi pelapis bagi CR7 dan jumlah golnya berkurang drastis menjadi 11 dari 44 pertandingan saja.
Higuain semakin terlihat kena karma mengkhianati Napoli usai di 2018 ia juga menjadi 'public enemy' bagi warga Argentina usai penampilan buruknya untuk La Albiceleste di final Piala Dunia.
Sejumlah kans bikin gol ke gawang Jerman ia lewatkan sehingga cibiran pun mengarah padanya karena dianggap menghalangi Lionel Messi menjadi juara. Pada 2019 kemudian keputusan untuk gantung sepatu dari panggung internasional pun diambil.
Higuain kemudian semakin menjauhkan diri dari hingar bingar sepak bola Eropa dengan berlabuh ke Inter Miami dan tidak terasa sudah tiga tahun lamanya ia merumput di MLS.
Kini setelah mengumumkan akan segera pensiun, Gonzalo Higuain punya kans untuk menutup kariernya dengan manis andai mampu mengantarkan Inter Miami ke play-off MLS pertama mereka sejak resmi berkompetisi di 2020.
Jika sukses maka karier Gonzalo Higuai akan berakhir sebagai bintang utama lagi mengingat saat ini ia masih pemain tersubur The Herons dengan 14 gol dari 26 laga musim reguler. Feliz Retiro El Pipita!