Trent Alexander-Arnold dan Paul Scholes, Dua Berlian yang Timnas Inggris Sia-siakan
INDOSPORT.COM - Trent Alexander-Arnold tengah melewati masa dimana ia dikritik dari berbagai arah. Tidak hanya kala bersama klubnya, Liverpool, bahkan kualitasnya di timnas Inggris pun tengah gencar-gencarnya dipertanyakan.
Di usianya yang baru 23 tahun, Trent kerap kali dijuluki sebagai bek kana terbaik dunia saat ini.
Suksesnya bersama Liverpool menjuarai masing-masing satu Piala Liga Inggris, Piala FA, Liga Inggris, Liga Champions, Piala Super Eropa, hingga Piala Dunia Antar Klub jadi salah satu alasan kenapa ia digelari demikian.
Belum lagi statistik ofesifnya yang sangat luar biasa untuk ukuran pemain belakang. Dari 236 laga untuk The Reds, sebanyak 14 gol plus 62 assist sudah ia sumbangkan.
Dalam membantu penyerangan, Trent nyaris tidak ada duanya. Ia pandai mencari ruang dan punya kecepatan yang cukup untuk membongkar pertahanan lawan-lawan Liverpool.
Belum lagi Trent juga dianugerahi kemmapuan menghadapi bola mati yang di atas rata-rata sehingga sepak pojok maupun tendangan bebas adalah makanananya dalam setiap pertandingan.
Hanya satu kekuarangan dari jebolan akademi Liverpool tersebut dan itu adalah kemampuan bertahan yang buruk.
Pada awalnya klaim tersebut tidak banyak yang menseriusi namun lama kelamaan banyak juga yang kemudian menyadari bahwa Trent Alexander-Arnold memang kurang piawai dalam menjalankan tugasnya sebagai bek.
Performanya sepanjang 2022/2023 jadi perhatian utama setelah berulang kali ia kerap diincar lawan-lawan Liverpool dalam duel.
Partai pekan pertama vs Fulham dan pekan ketujuh vs Brighton & Hove Albion jadi contoh paling nyata kenapa dirinya dianggap sebagai titik lemah dalam pertahanan tim asuhan Jurgen Klopp.
1. Diperlakukan Mirip Scholes?
Berkali-kali Trent Alexander-Arnold terlihat kebingungan saat harus menghentikan pergerakan Aleksandar Mitrovic ataupun Leandro Trossard yang kemudian berujung gol bagi lawan.
Bukan sebuah kebetulan jika Liverpool pun gagal menang di dua pertandingan tersebut (imbang 2-2 dan 3-3) dan semua mata tertuju pada kambing hitam yang sama, Trent.
Semakin tereksposnya kelemahan Trent membuat pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate, kini tidak lagi mengandalkannya.
Southgate bukan tidak memberinya panggilan, namun mencadangkannya demi menempatkan Kyle Walker atau Reece James untuk mengisi pos bek kanan.
James dan Walker sama-sama juga berstatus sebagai fullback elite di klub masing-masing, Chelsea dan Manchester City, dan punya kemampuan sama baiknya saat maju ataupun mundur.
Southgate, sebagai manajer yang memberi Trent debut di Inggris senior, sebenarnya tahu jika mencadangkannya adalah sebuah kemubaziran dan sempat mencoba untuk memberinya posisi baru sebagai gelandang.
Diharapkan visi bermain yang apik bisa menjadikannya pemain tengah mumpuni namun eksperimen ini tidak begitu memuaskan dan bahkan dikecam oleh Klopp karena Southgate dianggap mensia-siakan pemain kelas dunia di posisi yang salah.
Situasi yang dialami Trent Alexander-Arnold di Inggris saat ini mirip dengan apa yang terjadi pada Paul Scholes nyaris satu dekade silam.
Scholes yang merupakan salah satu gelandang tengah terbaik pada masanya dipaksa menjadi sayap hanya karena Inggris saat itu tidak mau mengorbankan salah satu dari Steven Gerrard atau Frank Lampard.
Karena merasa dianaktirikan, Scholes kemudian memilih untuk pensiun dari The Three Lions pada 2004. Sempat ada isu jika legenda Manchester United itu akan melakukan comeback namun pada akhirnya hal itu tidak pernah terjadi.
2. Butuh Sistem Khusus
Andaikan pelatih Inggris saat itu mau merotasi formasi atau personel lini tengahnya leih sering dan adil maka mungkin Paul Scholes tidak akan meninggalkan negaranya terlalu dini.
Gareth Southgate bisa mengambil pelajaran dari cerita tersebut dengan coba meracik taktik yang lebih cocok untuk Trent Alexander-Arnold.
Di masa pucak Liverpool bersama Jurgen Klopp, Trent tampak tidak bisa dihentikan karena ia bermain dalam skema yang tepat.
Untuk meng-cover kebiasaannya melakukan overlap, Klopp menempatkan gelandang tengah di posisi yang agak melebar untuk berjaga-jaga apabila ada serangan balik.
Peran tersebut biasanya dimainkan oleh Jordan Henderson. Bukan suatu kebetulan jika ketika sang kapten cedera di awal musim ini, penampilan Trent juga menurun.
Namun pada dasarnya persaingan untuk posisi bek kanan di Inggris memang sangatlah ketat.
Kieran Trippier sampai seringkali dipasang di sisi yang berlawanan. Tariq Lamptey dan Aaron Wan-Bissaka bahkan harus berganti kewarganegaraan.
Benar Southgate harus pintar-pintar dalam menentukan strateginya namun Trent pun juga harus berbenah agar pertahanannya bisalebih solid.
Jika tidak maka di Piala Dunia 2022 nanti ia hanya akan duduk di bangku cadangan saat Inggris berusaha kembali menjadi juara lagi sejak 1966.
Trent Alexander-Arnold masih berusia 23 tahun. Masih cukup banyak waktu baginya memperbaiki diri demi kebaikan dirinya sendiri, Inggris, dan Liverpool.