PSSI Akui Sulit Terapkan Seluruh Aturan FIFA di Sepak Bola Indonesia
INDOSPORT.COM - Wakil Ketua Umum PSSI, Iwan Budianto menilai sepak bola Indonesia mustahil bisa menerapkan seluruh aturan FIFA, meskipun hal tersebut sebelum terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Tragedi kelam memang terjadi di sepak bola Indonesia. Tepatnya di pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 yang mempertemukan Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (01/10/22).
Di mana dalam kejadian tersebut, banyak mengakibatkan jatuh korban jiwa sebanyak 131 orang meninggal dunia.
Tak pelak dengan kejadian ini banyak pihak kini bersama-sama mencari solusi agar permasalahan ini tidak kembali terulang di kancah sepak bola Indonesia.
PSSI bersama pemerintah dan sejumlah pihak terkait akan duduk bersama menyelaraskan aturan yang tepat. Nantinya, aturan akan dibuat khusus mengacu pada FIFA sebagai induk sepak bola dunia.
Iwan Budianto selaku orang lama di PSSI, mengaku telah membuka ruang untuk semakin menyelaraskan dengan FIFA dengan peraturan yang ada di Indonesia.
Iwan mengatakan memang sulit bagi FIFA menerapkan beberapa aturan karena beberapa persoalan.
"Kami bersyukur pemerintah memfasilitasi kami. PSSI adalah organisasi yg menginduk kepada FIFA dan kami terikat aturan FIFA," ucap Iwan Budianto.
"Sebelum ada kejadian ini, adalah hal mustahil menyamakan aturan FIFA dengan aturan negara ini," ia menambahkan.
Iwan Budianto menambahkan ada beberapa hal yang membuat aturan FIFA sulit diterapkan sepenuhnya.
1. Fasilitas Pertandingan Klub Indonesia
Salah satunya terbentur dengan fasilitas pertandingan yang dimiliki oleh klub-klub Indonesia.
"Apa yang diatur oleh FIFA, itu kan susah kita laksanakan 100 persen di sini. Seperti contoh paling sederhan stadion. Di Eropa itu, semua klub mempunyai stadionnya masing-masing sementara klub di sini meminjam," ucap Iwan.
"Eropa keamanan di sana itu pegawai dari klub tersebut, yang digaji setiap bulan yang tugasnya memang untuk mengamankan sebuah pertandingan."
"Tetapi di Indonesia karena keterbatasan kepemilikan tadi, sekaligus keterbatasan personilnya, maka panitia pelaksana pertandingan 18 klub Liga 1 itu meminta kekuatan dan keamanan dari kepolisian."
"Itu yang membedakan, sehingga masing-masing mempunyai peraturannya sendiri-sendiri," ungkapnya.