Rotasi Berjalan Mulus, 3 Catatan Unik Graham Potter Usai Bantu Chelsea Gebuk Wolves
INDOSPORT.COM - Berikut tiga catatan menarik Graham Potter usai bantu Chelsea mengalahkan Wolverhampton Wanderers di Liga Inggris (Premier League), Sabtu (8/10/22).
Pada pertandingan yang digelar di Stadion Stamford Bridge, Chelsea kembali meraih kemenangan dalam tiga laga terakhir di Liga Inggris 2022-2023.
Berkat kemenangan ini, Chelsea kini berada di peringkat empat besar dengan total 16 poin, terpaut selisih empat poin dari Tottenham Hotspur di posisi tiga.
Dalam laga kontra Wolves, pendukung The Blues kembali menyaksikan penampilan dari mantan striker andalan mereka, Diego Costa.
Hanya saja, penampilan dari Diego Costa kurang memuaskan karena terus mendapatkan penjagaan ketat dari pemain belakang Chelsea.
Sementara itu, Chelsea tampil begitu cemerlang sejak sepak mula pertandingan. Meskipun gol pembuka baru tercipta di menit ke-48 lewat tandukan Kai Havertz.
Memasuki babak kedua, Wolves sejatinya mampu mendominasi di lima menit pertama, sebelum Christian Pulisic sukses menggandakan keunggulan Chelsea menjadi 2-0.
Kini giliran Armando Broja turut menyumbangkan satu gol, sekaligus mengunci kemenangan Chelsea atas Wolves dengan skor akhir 3-0.
Dengan hasil tersebut, Armando Broja dan Christian Pulisic pada akhirnya mampu mencetak gol perdana mereka di Liga Inggris musim ini.
Berikut INDOSPORT akan mengulas tiga catatan menarik dari taktik Graham Potter, usai bantu kemenangan Chelsea atas Wolves di pertandingan Liga Inggris 2022-2023.
1. Warna Baru untuk Mengisi Lini Serang
- Kombinasi Gallagher dan Mount
Dalam kemenangan melawan Wolves, Graham Potter telah meracik lini depan memainkan Gallagher, Mount, dan Pulisic di belakang Kai Havertz.
Mason Mount memiliki tugas untuk menghubungkan bola dari lini tengah untuk diberikan kepada para penyerang Chelsea, baik Pulisic ataupun Havertz.
Tugas itu pun pada akhirnya mampu di jawab dengan baik, setelah Mason Mount turut menyumbangkan dua assist.
Begitu pula Conor Gallagher, yang begitu aktif menyusuri sisi flank kanan membantu Azpilicueta untuk melakukan penetrasi kepada bek lawan.
Alhasil, Mount dan Gallagher mampu memberikan total delapan umpan kunci dalam kemenangan Chelsea atas Wolverhampton.
- Memiliki Banyak Peluang
Diketahui bahwa keputusan Graham Potter menempatkan Gallagher, Mount, dan Pulisic di belakang Kai Havertz merupakan langkah yang tepat. Ketiganya mampu menghubungkan bola dengan kemampuan individu yang cukup baik.
Seperti saat kombinasi dari Mason Mount dengan Conor Gallagher yang hampir membuahkan gol di babak pertama. Atau ketika link up antara Mount dan Pulisic, yang berakhir dengan gol kedua Chelsea atas Wolves.
Bahkan, dengan kombinasi lini serang seperti itu, Chelsea mampu menghadirkan 17 tembakan dari dalam kotak penalti dan tiga dari luar kotak penalti.
2. Kemampuan Graham Potter Mengelola Pemain
- Formasi yang adaptif dan fleksibel
Graham Potter mengungkapkan bahwa keputusan untuk melakukan rotasi untuk menghadapi jadwal padat yang dimainkan Chelsea dalam tiap pekan.
Bahkan, ia turut mencadangkan Aubameyang yang tampil begitu cemerlang dalam dua pertandingan terakhir.
Juga dengan keputusan memberikan waktu bagi Raheem Sterling untuk bernafas, setelah selalu tampil dalam pertandingan bersama Chelsea.
Menggunakan formasi 4-2-3-1 di atas kertas, ternyata skema permainan Chelsea cukup cair ketika sudah berada di atas lapangan.
Ketika Chelsea bertahan maka akan membentuk empat bek. Sedangkan saat membangun serangan, formasi akan berbentuk tiga bek dengan double pivot di depannya.
Pasalnya, bentuk formasi baru berubah ketika Azpilicueta menjaga kelebaran di sisi kanan, sehingga ia akan meninggalkan Chalobah, Koulibaly, dan Cucurella di belakang.
Tapi, bentuk formasi Chelsea kemudian berubah menjadi 3-4-3 ketika Reece James memasuki lapangan.
Dengan begitu, Azpilicueta yang semula menjadi bek sayap, kini bergeser menjadi bek tengah bersama Chalobah dan Koulibaly.
Sedangkan Marc Cucurella akan menjadi bek sayap kiri bersama Reece James di sayap kanan, sehingga membentuk formasi 3-4-3.
Dampak dari formasi tersebut membuat Chelsea memiliki banyak peluang dengan total 15 tembakan melalui situasi open play.