Dinkes Malang Tutup Buku, Total Korban Tragedi Kanjuruhan Mencapai 754 Orang
INDOSPORT.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang mengumumkan data resmi jumlah keseluruhan korban yang terimbas Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10/22) lalu.
Dinkes juga memastikan bahwa Helen Prisella merupakan korban terbaru yang dinyatakan meninggal dunia, Selasa (11/10/22). Dia tidak selamat setelah berjuang dalam kondisi kritis selama 10 hari.
"Beberapa kali mencocokkan data dan diperoleh 131 (korban meninggal dunia). Selasa kemarin ditambah terakhir seorang wanita umur 20 tahun di Dampit," ucap Kepala Dinkes Kabupaten Malang, drg Wiyanto Wijoyo.
Pihaknya sekaligus menyatakan korban dari tragedi yang terjadi seusai Derby Jatim antara Arema FC versus Persebaya Surabaya itu berjumlah total 754 orang.
"Menyampaikan data valid korban yang meninggal dunia sebanyak 132 orang. Yang luka ringan, sedang berjumlah 596 orang, luka berat 26 orang," beber Wiyanto Wijoyo.
"Data-data yang dikumpulkan ini, mengalami banyak validasi. Sehingga data ini sangat valid dengan bantuan Dokkes (Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian) Polda (Jawa Timur)," sambung dia.
Kadinkes Kabupaten Malang itu juga menjelaskan mengapa jumlah korban luka-luka seringkali berubah sepanjang dua pekan sejak terjadinya tragedi.
Situasi inilah yang kemudian membuatnya perlu melakukan pendataan lagi dan kemudian merilis secara valid ratusan korban yang masih terluka itu.
"Karena ada juga yang masih masuk berobat, misalnya yang seperti gangguan mata termasuk luka ringan. Ada juga yang berobat ke rumah sakit kemudian pulang," jelas Wiyanto.
"Tapi dalam 1-2 minggu kondisi matanya kurang enak, sehingga masuk lagi berobat ke rumah sakit. Jadi, data korban luka ringan agak bervariasi," imbuh dia.
1. Penyebab Kematian
Sehubungan dengan itu, Dinkes Kabupaten Malang juga menjawab perihal apa saja penyebab dari kematian yang mencapai 132 orang tersebut.
"Kami hanya bisa menjelaskan di posisi fasilitas pemerintah, yang dilaksanakan pemeriksaan luar oleh dokter forensik gabungan," urai Wiyanto Wijoyo.
Kendati demikian, dia belum bisa menjelaskan secara rinci perihal penyebab kematian dari para korban. Secara umum, penyebabnya tidak lepas dari gejala sesak napas dan kekurangan oksigen.
"Kebanyakan (korban) memang muncul tanda-tanda gejala asomsia (sesak napas), sebagian besar tak ada trauma," beber Kepala Dinkes Kabupaten Malang tersebut.
"Mungkin untuk detailnya bagaimana, bisa ditanyakan langsung ke pihak rumah sakit masing-masing untuk kepastiannya (penyebab kematian)," pungkasnya.
2. Gas Air Mata Harus Diusut
Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Arema FC, Abdul Haris, masih heran dengan upaya pengusutan atas terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10/22) lalu.
Dalam benaknya, masih belum ada upaya nyata untuk menyelidiki pemakaian gas air mata sekaligus motif yang menyertainya. Padahal, itulah faktor penyebab kepanikan suporter di tribun, sehingga mereka saling berebut akses keluar stadion.
Pada akhirnya, ratusan suporter berdesakan dan berhimpitan di pintu. Mereka menjadi korban atas tragedi memilukan yang memakan korban 132 orang meninggal dunia tersebut.
"Itulah yang masih menjadi pertanyaan di otak saya," ucap Abdul Haris ketika mengunjungi Gate 13 untuk berdoa kepada korban Tragedi Kanjuruhan, Rabu (12/10/22).
"Apa benar gas air mata ini berbeda, beracun (karena) kadaluwarsa? Apa yang sebenarnya terjadi? Kalau soal itu (dugaan konspirasi), kami belum mengarah ke sana," sambung dia.