Azrul Ananda Sebut Perbaikan Sepak Bola Indonesia Harus Dimulai dari Level Klub
INDOSPORT.COM - Petinggi Persebaya Surabaya, Azrul Ananda, berbicara pentingnya peran klub profesional dalam memperbaiki sepak bola Indonesia.
Perbaikan bisa dimulai dari level klub.
Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI banyak disebut-sebut sebagai solusi untuk memperbaiki sepak bola Indonesia. Hal ini bahkan turut direkomendasikan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF).
PSSI sudah membuat sikap terkait rekomendasi dari TGIPF. Melalui salah satu anggota Exco PSSI, Ahmad Riyadh, yang berhak meminta KLB adalah anggota PSSI, khususnya para voters.
Pernyataan Ahmad Riyadh pun langsung direspons pemilik Persis Solo, Kaesang Pangarep.
Melalui akun Twitter-nya, ia mengunggah tangkapan layar berita tersebut dan meminta diajari cara meminta KLB.
Sikap Kaesang langsung direspons positif pada warganet. Bahkan, banyak warganet yang usul agar Kaesang mencalonkan diri sebagai ketua umum PSSI.
Ternyata, gertakan Kaesang tak dilakukan di dunia maya saja. Kaesang bersama Azrul Ananda mengadakan pertemuan di Balai Kota Solo, Senin (24/10/22). Pertemuan itu turut dihadiri Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming.
Kaesang memastikan Persis Solo, sebagai salah satu voters, secara resmi akan melayangkan surat sebagai pernyataan sikap untuk memajukan sepak bola Indonesia.
Dua poin yang disebut-sebut sebagai inti surat adalah permintaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan Kongres Luar Biasa PSSI.
1. Kesamaan Visi Persebaya dan Persis Solo
Kehadiran Azrul Ananda ke Kota Solo menemui Kaesang Pangarep serta Gibran Rakabuming jelas menjadi pertanda bahwa Persebaya siap memberikan dukungan. Ia menilai bahwa Persis Solo memiliki kesamaan dengan Persebaya.
Makanya, Azrul senang ketika bisa bertemu Persis Solo, dalam hal ini diwakili Kaesang Pangarep serta Kevin Nugroho sebagai pemilik saham, untuk saling berdiskusi.
Menurut Azrul, Persis Solo dan Persebaya sama-sama klub yang sudah berorientasi profesional. Azrul menilai klub-klub seperti inilah yang bisa mengubah sepak bola Indonesia ke arah lebih baik.
Perubahan bukan sekadar dalam menyediakan fasilitas terbaik untuk tim, namun juga penentu sikap ketika ada Kongres Luar Biasa (KLB). Figur PSSI bisa terpilih karena ada para voters.
"Yang perlu saya tekankan, dan saya konsisten bertahun-tahun di sepak bola, semakin banyak klub yang orientasinya profesional, maka akan semakin banyak,
"Dalam hal ini konteksnya voters, atau stakeholder yang profesional, kalau ini sudah mendominasi, otomatis ke atasnya akan profesionalnya juga," ucap Azrul, Senin (24/10/22).
Azrul pun menggunakan istilah terkenal di Amerika Serikat, "Garbage In Garbage Out", dalam proses pemilihan kepengurusan sepak bola di Indonesia.
"Maaf mungkin ini bahasanya kasar, tapi sebenarnya ini relevan, kalau komedinya di Amerika itu garbage in, garbage out, (artinya) kalau yang memilih sampah, maka keluarnya juga sampah. Jadi, yang dilakukan adalah klub-klub harus baik, supaya nanti hasilnya juga baik," jelas Azrul.
Beberapa tahun terakhir, ada banyak pelaku profesional yang mulai masuk ke sepak bola Indonesia. Terbaru, ada gerbong Kaesang Pangarep serta Raffi Ahmad yang ikut meramaikan Liga 1.
Azrul menilai hal ini sangat positif untuk sepak bola Indonesia. Dengan begitu, perbaikan sepak bola Indonesia bisa dimulai dari level klub.
"Semakin banyak profesional muda, orang muda, orang yang berpengaruh muda yang orientasinya profesional, misinya profesional, maka akan baik kedepannya," tegas Azrul.
Kaesang Pangarep sendiri menyuarakan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI, salah satunya agar para petinggi klub keluar dari federasi. Menurutnya, terlalu riskan ketika bos klub ada di PSSI.
"Kita tidak ada masalah dengan pak ketum, yang kita masalahkan itu adalah di tubuh PSSI sendiri ada juga pemilik tim. Itu sebenarnya kan sudah conflict of interest, itu saja," kata Kaesang di Balai Kota Solo, Senin (24/10/22).