Alasan Pihak Medis Tak Bisa Simpulkan Korban Tragedi Kanjuruhan Karena Gas Air Mata
INDOSPORT.COM - Tragedi Kanjuruhan menjadi bencana memilukan dalam sepak bola nasional, selepas Derby Jatim Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya pada Sabtu (01/10/22) lalu.
Sudah terjadi hampir satu bulan, pihak medis telah merilis bahwa korban meninggal dunia mencapai 135 orang. Akan tetapi, penyebab korban jiwa pada Tragedi Kanjuruhan belum bisa dipastikan.
Kendati sejauh ini, indikasinya mengarah kepada gas air mata, pihak medis pun juga setali tiga uang. Salah satunya yaitu Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, yang menangani ratusan korban dari Tragedi Kanjuruhan.
Belum dipastikannya penyebab kematian, lantaran fokus utama pihak medis ketika para korban datang ke rumah sakit adalah memprioritaskan penanganan.
"Yang kami lakukan ketika pasien pertama kali datang adalah melihat dan menangani (kondisi) kegawatannya," ujar Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Perawatan RSSA Kota Malang, Syaifullah Asmiragani Senin (24/10/22).
Sementara tindakan lebih lanjut untuk mencari penyebab dalam kasus kematian para korban tragedi, pihaknya mengistilahkan sebagai toksikologi.
"Kami belum sampai kepada pemeriksaan toksikologi. Karena yang mengerjakan biasanya teman-teman dari forensik," beber Syaifullah.
"Toksikologi tidak kami lakukan penelitian, tapi kami mengambil kesimpulan tidak langsung dari laboratorium dari yang diperiksakan di ICU," sambung dia.
Hal itu lah yang menjadi alasan pihak medis dalam hal ini RSSA Kota Malang, yang tak bisa menyimpulkan bahwa penyebab kematian korban Tragedi Kanjuruhan karena gas air mata.
1. Soal Kandungan Racun di Gas Air Mata, Ini Kata RSSA Kota Malang
RSSA konsisten merilis akibat dari gejala yang dialami para korban, seperti trauma di paru-paru maupun bagian tubuh yang lain.
Perihal kandungan racun, pihak RSSA Kota Malang juga belum bisa mengambil kesimpulan perihal bagaimana kandungan pada gas air mata.
Sejumlah pihak sempat berasumsi, bahwa gas air mata sudah kadaluarsa dan terindikasi beracun hingga menyebabkan banyak orang bertumbangan.
"Memang perlu dilakukan penelitian untuk kandungan zat yang ada didalam gas air mata," ungkap salah satu dokter di ruang ICU RSSA, dr. M. Akbar Sidiq.
"Juga tidak dilakukan penelitian soal apa efeknya (dari gas air mata dalam tragedi tersebut)," pungkas dia.