Sebut Iwan Bule Jadi Korban Tabrak Aturan, Dali Taher Endus Kejanggalan
INDOSPORT.COM - Mantan Komite Etik FIFA, Dali Tahir merasa prihatin dengan berbagai manuver yang dilakukan dalam upaya menggoyang posisi Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan.
Terlihat ada upaya politisasi Tragedi Kanjuruhan untuk mendorong Kongres Luar Biasa (KLB). Padahal, Iriawan sudah menunjukkan keberhasilan dalam menjalankan tugas memimpin organisasi dengan mengukir prestasi.
"Sebenarnya tidak ada alasan untuk menggiring PSSI untuk menggelar KLB. Ukuran keberhasilan dalam olahraga adalah prestasi dan telah dihasilkan PSSI di bawah kepemimpinan Iwan Bule," kata Dali Tahir.
"Makanya, saya prihatin dengan adanya manuver-manuver dari pihak di luar sepakbola untuk menggiring terjadinya KLB yang sebenarnya tak sesuai statuta FIFA. Kalau sampai terjadi, boleh dibilang Iwan Bule jelas jadi korban tabrak aturan," tambahnya.
"Saya sih tidak alergi dengan Kongres Luar Biasa atau penggantian posisi Iwan Bule sebagai Ketum PSSI. Ada yang berambisi menggantikan, tapi tunggulah saat kepengurusan berakhir atau dilakukan dengan mengikuti statuta," beber dia.
Apa yang diutarakan Dali Tahir bukannya tanpa alasan mengingat prestasi sepak bola Indonesia menunjukkan perkembangan signifikan.
Di bawah kepemimpinan Iwan Bule, timnas U-16 menjuarai Piala AFF 2022, timnas U-20 dan senior mampu lolos ke putaran final Piala Asia 2023. Bahkan, timnas putri melaju ke perempat final Piala Asia 2022 sebelum dikalahkan Jepang.
"Sebuah fakta yang tidak terbantahkan dan harus diakui. Belum pernah dicapai kepengurusan PSSI sebelumnya karena tolok ukur keberhasilan memimpin induk organisasi olahraga itu adalah prestasi," cetusnya.
"Soal tragedi Kanjuruhan itu kan musibah dan penyebab kematian suporter Arema FC jelas disebutkan gas air mata. Memangnya PSSI punya gas air mata?" tanya Dali Tahir.
"Saya tidak menolak adanya transformasi sepak bola yang direkomendasikan TGIPF pimpinan Menkopolhukam, Mahfud MD, dalam upaya perbaikan pengelolaan kompetisi sepak bola Tanah Air," jelasnya.
"Apalagi, Indonesia telah ditunjuk FIFA menggelar Piala Dunia U 20 tahun 2023. Ayolah kita sama-sama bergandengan tangan demi nama baik bangsa dan negara," imbuh Dali Tahir.
1. Kejanggalan
Dali yang sukses menjadi Exco AFC setelah melahirkan statuta PSSI ini menjelaskan secara rinci adanya kejanggalan sejak Tragedi Kanjuruhan. Salah satunya kehadiran Presiden FIFA, Gianni Infantino, untuk menghadap Presiden Joko Widodo tanpa didampingi PSSI.
Padahal, PSSI merupakan perpanjangan tangan dari FIFA yang bebas dari urusan politik, apalagi berbicara menyangkut pelaksanaan Piala Dunia U-20 yang menjadi ranah federasi.
"Saya paham benar dengan statuta FIFA yang tidak diperkenankan terlibat dalam politik demi kepentingan individu. Contohnya, saat Presiden FIFA Sepp Blatter memberikan bantuan dana kepada korban tragedi Tsunami di Aceh 2004," kisahnya.
"Saya mendengar Sepp Blatter dengan hati-hati menolak tawaran Gubernur Aceh untuk mendampinginya selama di sana. Takut apa yang dilakukannya dianggap untuk kepentingan pribadi," jelas Dali Tahir.
Lebih jauh, Dali Tahir juga mengungkapkan adanya kejanggalan dalam surat dari FIFA yang dikirimkan kepada PSSI pada Kamis (10/11/2022).
Surat yang ditandatangani Chief Member Association Officer, Kenny Jean Marie itu menyatakan, FIFA meminta Kongres Biasa untuk pemilihan Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan dilakukan pada 14 Januari 2023.
Selain itu, PSSI juga diminta menetapkan 16 Februari 2023 Kongres Luar Biasa untuk Pemilihan Eksekutif Komite (Ketua, Waketum, anggota Komite Eksekutif).
"PSSI mengirimkan surat permintaan KLB itu langsung ke Sekjen FIFA yang bermarkas di Zurich, eh kok malah Chief Member Association yang bermarkas di Paris yang bukan wewenangnya membalas surat PSSI tersebut," ungkapnya
"Seharusnya Sekjen PSSI menanyakan kejelasan surat dari Chief Member Association itu dengan mengirimkan surat resmi ke Sekjen FIFA. Kejanggalan ini harus dicermati. Jangan langsung dijadikan bahan untuk memaksa KLB dengan melanggar statuta FIFA," tandas Dali Tahir.
"Perlu diketahui dari Kongres Biasa itu persiapan tiga bulan untuk menggelar KLB untuk pemilihan Ketum, Waketum dan juga anggota Komite Eksekutif. Tidak seperti yang disebut dalam surat dari Chief Member Association itu," pungkasnya.