Jadi Apa Habis Ketum PSSI? Joko Driyono, Terasing Gara-gara Match Fixing
INDOSPORT.COM - Joko Driyono menambah catatan daftar ketua umum PSSI yang bermasalah dengan hukum setelah Nurdin Halid.
Kongres Tahunan PSSI tahun 2019 kembali diwarnai dengan drama kontroversial. Saat itu Ketua Umum PSSI terpilih, Edy Rahmayadi, memutuskan untuk mundur.
Bertempat di Nusa Dua, Bali, Edy Rahmayadi mengumumkan keputusan mundur sebagai ketua umum PSSI di depan para pengurus. Ia mengklaim langkah itu diambil demi kepentingan PSSI sendiri.
"Demi PSSI berjalan dan maju, makanya saya nyatakan saya mundur dari Ketum PSSI," ujar Edy Rahmayadi saat itu.
"Ini semua saya lakukan dalam kondisi sehat walafiat. Saya mundur, karena saya bertanggung jawab," ucapnya menambahkan.
Sebelum pengunduran diri Edy, PSSI dirundung isu pengaturan skor. Sejumlah pejabat teras PSSI ditangkap karena diduga terlibat dalam kasus suap pertandingan.
Setelah menyatakan mundur, tampuk kepemimpinan PSSI otomatis beralih ke wakil ketua umumnya agar roda organisasi tetap berjalan semestinya bersama programnya.
Oleh sebab itu nama Joko Driyono naik kepermukaan karena ia menerima mandat menjadi ketua umum PSSI selanjutnya hingga masa jabatan era Edy Rahmayadi selesai yakni 2016-2020.
Setelah rezim Edy berakhir, ketua PSSI yang baru diharapkan merupakan sosok yang mampu menerjemahkan kritik publik menjadi program kerja nyata.
Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia, Ignatius Indro, menyebut pengganti Edy sepatutnya orang yang mampu dan berani mengubah wajah persepakbolaan dalam negeri.
"Dia harus profesional, mengerti serta mencintai sepakbola. Tapi yang terpenting harus berani melakukan terobosan untuk mengubah sistem persepakbolaan Indonesia," ujar Indro.
1. Tersangka Match Fixing
Sayangnya harapan Ketua Paguyuban Suporter Timnas Indonesia, Ignatius Indro, dan seluruh publik pecinta sepak bola nasional belum dapat diwujudkan.
Sebab Joko Driyono sebagai ketua umum PSSI yang baru saat itu menggantikan Edy Rahmayadi belum mampu membawa PSSI ke arah perubahan.
Apalagi sebelum Kongres PSSI di Bali itu, sosok pria yang karib disapa Jokdri itu menjadi sorotan karena disebut terlibat dalam kasus pengaturan skor.
Beberapa pekan sebelum kongres PSSI di Bali, Satgas Antimafia Bola yang dibentuk Polri meminta Joko bersaksi dalam kasus pengaturan skor dan dugaan penyimpangan dana PSSI.
Namun Joko tak memenuhi panggilan polisi, dengan alasan kesibukan jelang kongres di Bali. Tetapi hal tersebut ternyata tidak menghentikan polisi untuk tetap menggelar penyidikan terkait kasus ini.
Selepas ia naik menjadi ketua umum, polemik tetap datang menghampirinya. Kali ini penetapan status tersangka yang dijatuhkan oleh Satgas Anti Mafia Bola kepada dirinya.
Joko Driyono ditetapkan sebagai tersangka usai penggeledahan Satgas Anti Mafia Bola di kediamannya, Apartemen Taman Rasuna Tower, Menteng Atas, Setiabudi, tengah pekan ini.
Tetapi lewat pernyataan resmi Exco PSSI, Gusti Randa, status tersangka Jokdri ini tidak ada kaitannya dengan kasus dugaan pengaturan skor.
Setelah melewati masa sidang, Joko Driyono divonis 1,5 tahun penjara karena terbukti menghilangkan barang bukti yang digaris polisi dalam kasus pengaturan skor.
Dalam putusannya, majelis hakim menyatakan Joko Driyono terbukti menyuruh Muhamad Mardani Morgot alias Dani alias Mus Muliadi mengambil barang-barang di kantornya yang dalam penguasaan penyidik Satgas Antimafia Bola.
Sosok Lama di Sepak Bola Indonesia
Walau dinilai sebagai sosok yang cakap dan mengerti soal sepak bola nasional, namun Joko Driyono tak lepas dari kontroversi.
Kontroversi yang diterima Joko Driyono tak jauh-jauh dari persoalan dirinya yang rangkap jabatan di PSSI.
Di bawah rezim Nurdin Halid tahun 2013 lalu, Joko Driyono diangkat sebagai CEO PT Liga Indonesia. Namun, di saat bersamaan ia juga dipilih menjadi Sekjen PSSI.
Ketika itu PSSI beralasan bahwa tidak ada larangan dalam statuta PSSI soal rangkap jabatan yang dilakukan oleh Jokdri.
Selain itu, Joko Driyono pernah menempati semua jabatan tinggi yang ada di lingkungan PSSI, mulai dari Direktur Kompetisi BLI, CEP PT Liga Indonesia, Sekretaris Jenderal PSSI, Wakil Ketua, hingga teranyar Plt. Ketua Umum PSSI.
Kini Joko Driyono telah menghirup udara bebas karena masa tahanannya sudah dijalani. Bahkan namanya sempat masuk dalam tim pemulihan Arema FC bersama Ratu Tisha tahun lalu.
Tim pemulihan itu dibentuk untuk membangun kembali citra Arema FC yang sudah jatuh akibat Tragedi berdarah di Kanjuruhan beberapa waktu lalu, dengan korban jiwa hingga ratusan.