Mengenal Morten Hjulmand, Wonderkid Tanpa Gol yang Justru Bikin AS Roma dan Juventus Tergila-gila
INDOSPORT.COM - Ia hanya memperkuat tim gurem Liga Italia (Serie A), Lecce, namun Morten Hjulmand bisa jadi salah satu properti paling diburu bursa transfer musim panas 2023.
Banyak klub-klub besar yang kabarnya sudah mengantre untuk mendapatkan goresan penanya di atas kertas kontrak. Sebut saja dua raksasa negeri pasta, Juventus dan AS Roma.
Pesona pemain 23 tahun berkebangsaan Denmark itu bahkan sudah terdengar sampai ke seluruh penjuru Eropa sehingga ketertarikan dari Lees United, Tottenham Hotspur, Arsenal, hingga Southampton dan Atletico Madrid pun berminat padanya.
Hjulmand diisukan sudah mendapatkan proposal lamaran dari Southampton pada bursa transfer musim dingin tahun ini namun Lecce menolaknya.
I Salentini menginginkan setidaknya 20 juta Euro sebelum melepas sang gelandang namun pihak The Saints hanya mampu menawarkan 14 juta Euro saja.
Di masa depan sepertinya Southampton akan menyesali keputusan mereka untuk mundur karena margin 6 juta Euro tadi karena talenta Morten Hjulmand.
Laporan dari La Gazzetta dello Sport menunjukkan bahwa Jose Mourinho selaku manajer AS Roma sudah memperintahkan klubnya untuk mempercepat negosiasi dengan sang wonderkid Skandinavia.
Begitu pula dengan Leeds. Sementara itu Juventus yang masih dalam krisis finansial memilih untuk bermain aman. Mengawasi dari jauh sembari mengintip peluang sebelum menikung para rival di bursa transfer.
Memangnya sehebat apa sih Hjulmand di Lecce sampai-sampai bisa menjadi bahan rebutan?. Padahal ia belum pernah mencetak satupun gol sejak meniti karier di liga top Eropa.
Untuk itu mari kita bedah bersama-sama kelebihan apa saja yang dimiliki calon jenderal lapangan tengah Liga Italia dan tim nasional Denmark tersebut.
1. Titi Karier dari Bawah
Jalan Morten Hjulmand sebelum dikenal seperti sekarang sebagai rising star Liga Italia cukup unik.
Ia dibesarkan oleh akademi klub rakasasa Denmark, FC Copenhagen, dan di sana namanya sudah cukup punya pamor sehingga mulai dipercaya untuk memperkuat timnas level junior dari U-18 hingga U-21.
Demi mencari lebih banyak pengalaman dan mempercepat kedatangan debut profesionalnya, Hjulmand pada bursa transfer musim panas 2018 silam memilih untuk meninggalkan Copenhagen.
Klub barunya sangat jauh dari kata mentereng. 'Hanya' sebuah kesebelasan kasta teratas liga Austria bernama Admira Wacker.
Hanya saja di sana justru bakat dan potensinya kian terasah. Menit bermain yang melimpah di Motion Invest Arena membuatnya cepat matang sebagai pemain.
Sejak musim pertama sejak kedatangannya di Admira, Hjulmand sudah menjadi pemain inti. Total 74 laga bisa ia kumpulkan di sana dengan torehan 1 gol dan enam assist.
Bukan statistik kesuburan yang menakjubkan namun itu bukan masalah karena ia adalah seorang gelandang bertahan. Tugas Hjulmand adalah menjaga agar lini tengah timnya tidak didominasi oleh lawan serta menjadi konduktor pertama saat membangun serangan.
Dengan Hjulmand dalam skuad mereka, Admira bisa dua kali beruntun bisa menghindari relegasi meski selalu berkutat di papan bawah. Begitu Lecce membelinya di bursa transfer musim dingin 2021, mereka mengalami penurunan tajam dan akhirnya turun kasta pada akhir musim 2021/2022.
Lecce yang kala itu masih berkompetisi di Serie B yang merupakan kompetisi level dua Liga Italia beruntung bisa mendapatkan Morten Hjulmand dengan harga yang teramat murah. Hanya 170.000 Euro dan tidak ada yang menyangka jika ia akan jadi kepingan berharga dalam sukses mereka ke depannya.
Pada paruh musim perdananya, Hjulmand bisa membuat Lecce bersaing di papan atas dan mengamankan finis di urutan keempat. FBref mencatat jika ia bermain 19 kali dengan 34 kali potongan dan 20 tekel sukses.
2. Naik Kasta, Naik Performa
Lecce begitu terkesima dengan penampilannya dan memutuskan untuk menunjuk Morten Hjulmand sebagai kapten untuk musim baru Serie B 2021/2022.
Bukan sembarangan karena ia masih masuk dalam kategori pemain U-23 dan belum sepenuhnya memahami kultur klub serta negara barunya namun dipastikan keputusan tersebut diambil bukan atas pertimbangan pendek.
Hjulmand langsung bisa membuktikan jika Lecce tidak salah memberinya ban lengan. Di musim yang sama tiket promosi menuju Serie A dapat diantarkannya.
Lecce berhak naik kasta usai menjadi juara Serie B. Hjulmand tidak menyumbang satupun gol melainkan tiga assist namun itu sudah cukup untuk mengungguli Cremonese, Pisa, Monza, dan Brescia yang menjadi kompetitor.
Saat bermain di kompetisi yang lebih sengit di Serie A, performa Hjulmand tidak menunjukkan penurunan. Malahan sepertinya target untuk membawa Lecce bertahan di pucuk piramida Liga Italia bisa ia penuhi pula.
Saat ini kesebelasan asuhan Marco Baroni itu ada di peringkat 15 setelah melalui 24 pertandingan. Ada gap 10 poin dengan para rival di zona merah.
Hjulmand, yang masih belum bisa pecah telur soal gol di Liga Italia, lagi-lagi jadi kunci berkat 2,9 tekel, 1,28 blok, 2,38 potongan, 7,84 ball recoveries, serta 1,38 duel udara sukses. Statistik bak pemain veteran.
Tidak heran jika ia kemudian jadi incaran banyak klub yang lebih mapan. Andai dikelilingi pemain yang lebih baik bisa saja kehebatannya akan semakin terasah.
AS Roma butuh gelandang bertahan belia yang bisa menggantikan Nemanja Matic apabila lengser nanti. Begitu juga Juventus yang memang senang mengumpulkan talenta binaan rival untuk memperkuat diri.
Menarik untuk menanti manuver Morten Hjulmand selanjutnya. Tetap bertahan di Lecce yang mengikatnya hingga Juni 2024 atau mencari tantangan baru bersama klub besar baik di Liga Italia ataupun kompetisi top lainnya.