Facundo Pellistri dan Amad Diallo, Pembelian 'Gegabah' yang Malah Buat MU Pusing Sembari Tersenyum
INDOSPORT.COM - Ada yang aneh dari keputusan Manchester United membeli Facundo Pellistri dan Amad Diallo pada musim 2020/2021 lalu.
Keduanya didatangkan seolah tanpa perhitungan matang dan sepertinya bakal menjadi bumerang untuk rakasasa Liga Inggris berjuluk Setan Merah tersebut.
Pellistri digaet dari klub asal Uruguay, Penarol, dengan banderol 8,5 juta Euro saat usianya baru 18 tahun.
Sedangkan Diallo lebih mahal lagi. Kala itu sang wonderkid Pantai Gading baru berusia 17 tahun namun Atalanta sudah sukses menjualnya seharga 21,3 juta Euro!.
Posisi keduanya sama-sama penyerang sayap kanan, posisi yang pada masa itu memang opsinya tidak banyak di Old Trafford. Paling banter hanya Mason Greenwood dan Daniel James yang masih muda (U-23) dan belum kaya akan pengalaman.
Publik menduga jika Manchester United telah melakukan panic buying alias pembelian karena terdesak usai kegagalan mereka mendapatkan Jadon Sancho dari Borussia Dortmund.
Sancho adalah right wing ideal yang Ole Gunnar Solskjaer, manajer The Red Devils kala itu, idamkan namun meski dengan tawaran 75 juta Euro sekalipun Die Borussen belum mau melepasnya.
Jadilah Pellistri dan Diallo ditawari untuk bergabung. Sayangnya kedua pemain ini malah tidak benar-benar dilibatkan dalam musim mereka.
Amad Diallo yang baru datang di pertengahan musim hanya menjalani dengan dua kali kesempatan menjadi starter dalam ajang Liga Inggris dan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama tim akademi.
Penampilan paling berkesan dari winger muslim kidal tersebut adalah kala ia menyumbang satu gol sundulan ke gawang AC Milan yang membantu timnya lolos ke perempat final Liga Europa 2020/2021 namun setelahnya tidak ada lagi.
1. Dua Tahun Pertama yang Sia-sia
Toh itu masih lebih baik ketimbang Facundo Pellistri yang benar-benar terasing dari aktivitas tim utama. Pemain-pemain di skuad U-21 menjadi rekannya alih-alih Marcus Rashford dan Bruno Fernandes.
Akhirnya ia diputuskan untuk menjalani masa peminjaman ke Spanyol bersama Derpotivo Alaves begitu Diallo tiba. Sayangnya proyek ini pun dianggap tidak sukses.
Dalam enam penampilan pertamanya untuk Alaves, Pellistri selalu bermain selama leih dari 30 menit namun tidak satupun kemenangan yang ia dapatkan.
Setelahnya ia diganggu sejumlah cedera dan anehnya Alaves perlahan mengumpukan tiga poin demi tiga poin. Peminjamannya berakhir tanpa satupun gol maupun assist.
Ketidakjelasan niat Manchester United membeli Facundo Pellistri dan Amad Diallo tetap berlanjut di musim selanjutnya. Justru semakin parah karena di 2021/2022 mereka akhirnya sukses mengamankan servis Jadon Sancho.
Dengan cepat dua pemain muda yang awalnya dianggap menjanjikan tadi 'ditendang' kembali ke bursa transfer untuk dipinjamkan. Pellistri lagi-lagi ditampung oleh Deportivo Alaves sementara Diallo terbang ke Skotlandia menuju Rangers FC.
Pellistri lagi-lagi gagal menjadi starter reguler di sana dengan tidak satupun dari 21 penampilannya di Liga Spanyol ada yang berumur 90 menit.
Tanpa gol dan assist darinya, Alaves kemudian terdegradasi sebagai juru kunci. Fans Manchester United pun mulai meragukan kualitas pemain belia yang awalnya digadang-gadang bakal jadi bintang masa depan timnas Uruguay tersebut.
Diallo sama saja. Memang pada awalnya sempat menebar aura positif dengan gol debut di Liga Skotlandia namun sampai akhir kontraknya bersama Rangers hanya ada lima penampilan saja di ajang yang sama.
Isunya konflik dengan pelatih yang berpadu dengan cedera jadi alasan kenapa pemilik tiga caps timnas senior Pantai Gading itu kesulitan di Ibrox Stadium namun yang jelas ia pulang ke Old Trafford dengan alis fans Manchester United yang terangkat sebelah di musim 2022/2023.
2. Buktikan Diri dengan Cara Berbeda
Namun justru musim ini jadi musim redemption Facundo Pellistri dan Amad Diallo di Manchester United dengan cara mereka masing-masing. Semua berkat keputusan tepat yang diambil pelatih baru, Erik ten Hag.
Ten Hag memutuskan Diallo butuh jam terbang tinggi dan mengirimnya ke kasta kedua Liga Inggris untuk berkostum Sunderland. Hasilnya? Tidak disangka justru brilian.
Diallo jadi nyawa permainan The Black Cats. Meski tidak sampai bersaing demi promosi, namun statistik pemain kelahiran Abidjan itu sangat meyakinkan.
FBref menunjukkan jika Diallo masuk dalam tiga besar dalam semua kategori positif ini termasuk gol (8), xG (4,4), non-penalti xG (3,6), progressive carries (72), progressive pass (110), dan progressive pass diterima (158).
Beberapa kali ia menerima penghargaan individu dari Championship maupun Sunderland sehingga ada isu jika Ten Hag tertarik memulangkannya pada Januari lalu ke Manchester United namun sang juru taktik Belanda ingin agar youngster-nya tetap fokus di tempatnya berada.
Sementara itu Pellistri sedikit lebih unik. Ia tidak Ten Hag pinjamkan, namun tidak juga diberikan menit signifikan di tim senior. Padahal Alejandro Garnacho yang baru berusia 18 tahun kini meledak di bawah asuhannya.
Pellistri pun kembali bermain di tim cadangan namun anehnya ia tetap dipanggil Uruguay ke Piala Dunia 2022 dan memainkan ketiga laga La Celeste di Qatar. Setelah itu barulah Manchester United perlahan memberinya kesempatan meliuk-liuk di level klub.
Menurut Ten Hag, rupanya sayap setinggi 174 cm itu lebih ulet dalam mengatasi situasi tidak dimainkan sehingga begitu diturunkan ia malah bisa berjuang keras demi menarik perhatian tim pelatih.
Terbukti dari 86 menit yang sudah diberikan sejauh ini dalam lima pertandingan terpisah, Pellistri selalu bisa membuat fans berdecak kagum entah itu dengan dribel maupun kegigihannya dalam merebut bola. Cek saja reakis loyalis Manchester Merah saat ia terlibat dalam proses gol Wout Weghorst kontra Real Betis di 16 besar Liga Europa tempo hari.
Di musim 2023/2024 mendatang, baik Amad Diallo maupun Facundo Pellistri akan meminta lebih pada Erik ten Hag. Mengingat saat ini persaingan di sayap kanan juga dihuni Jadon Sancho dan Antony Santos, maka dipastikan Manchester United akan punya surplus pemain yang membuat mereka pusing setengah mati.