Kekalahan Manny Pacquiao di Pilpres dan Bangkitnya Keluarga Diktator Filipina
INDOSPORT.COM - Mantan petinju dunia, Manny Pacquiao, kalah dalam pemilu Presiden Filipina. Pemenangnya adalah anak dari mantan diktator Filipina.
Dunia tinju internasional dibuat heboh dengan kabar pensiunnya salah satu petinju terbaik dunia, Manny Pacquiao pada 2021 lalu.
Hal tersebut terindikasi setelah dirinya memposting ucapan 'terima kasih' dalam sebuah video yang ia bagikan di akun Twitternya.
Sontak cuitan itu membuat penggemar kaget kalau pria berusia 42 tahun itu berniat gantung sarung tinju.
"Ini mungkin mengakhiri karier saya (dalam) tinju,
"Tetapi ini adalah pernyataan saya kepada semua penggemar tinju, orang-orang di seluruh dunia: kami menghibur orang-orang, kami menghibur di atas ring," kata Manny Pacquiao dalam video tersebut (24/08/22).
"Tetapi yang terpenting adalah apa yang telah kita lakukan kepada orang lain, bagaimana kita dapat membantu mereka. Tidak hanya untuk orang Filipina, tetapi untuk semua saudara dan saudari kita di seluruh dunia," tuturnya.
Postingan tersebut muncul setelah Manny Pacquiao kalah di pertandingan terakhirnya baru-baru ini melawan Yordenis Ugas pada Sabtu (21/08/21) lalu.
Petinju Filipina itu kalah angka mutlak dalam pertarungan 12 ronde di T-Mobile Arena, Las Vegas, Amerika Serikat.
Namun Pacquiao akan memutuskan masa depannya bulan depan menjelang pemilihan presiden Filipina.
Setelah memutuskan pensiun, Manny Pacquiao kemudian bersiap untuk maju sebagai calon presiden dalam pemilihan umum (pemilu) Filipina tahun 2022 ini yang digelar pada bulan Mei.
Fokus di dunia politik membuat Manny Pacquiao harus rela melepas salah satu karier yang membesarkan namanya yaitu olahraga tinju.
Seperti diketahui Manny Pacquiao pensiun dari dunia tinju internasional pada Rabu (29/09/21) lalu. PacMan, julukan Pacquiao, mengakhiri karier tinju sensasionalnya setelah berlangsung selama 26 tahun.
"Sulit bagiku menerima kenyataan bahwa waktuku sebagai petinju telah usai. Hari ini, aku mengumumkan pensiun," ujar PacMan dalam video di media sosial resminya, seperti dikutipESPN.
"Aku tak pernah berpikir hari ini akan tiba. Saat aku menggantung sarung tinjuku, aku ingin berterima kasih kepada seluruh dunia, terutama rakyat Filipina yang telah mendukung Manny Pacquiao," sambungnya.
Sebelum akhirnya fokus ke dunia politik, Manny Pacquiao sudah terlebih dahulu terjun sewaktu ia masih menjadi petinju pada tahun 2010.
Kala itu ia terpilih menjadi anggota kongres, dan kemudian menjadi anggota senat. Kini, ia naik satu tingkat lagi memberanikan diri mencalonkan sebagai presiden Filipina.
Tahun 2022 akan menjadi pertarungan Pacquiao, untuk menggulingkan presiden Rodrigo Duterte. Sebab orang nomor satu di Filipina itu tak bisa lagi mencalonkan diri untuk mempertahankan kekuasaannya.
Karena amanat konstitusi di Filipina membatasi masa jabatan presiden hanya satu periode, sehingga ia tak bisa maju dalam pemilu pada 09 Maret 2022 mendatang.
1. Kalah di Pilpres
Ketenaran dan kehebatan Manny Pacquiao di dunia tinju rupanya tidak cukup menjadi modal untuk dirinya memenangkan pemilu presiden Filipina.
Ia dianggap gagal memberikan pukulan KO (knockout) di ajang Pilpres Filipina, setelah dia kalah dalam selisih suara dari dua rival utamanya dengan jarak yang besar.
Penghitungan awal Pilpres Filipina menunjukkan, Manny Pacquiao memperoleh kurang dari 4 juta suara, atau 6,8 persen suara dihitung.
Itu membuatnya tertinggal jauh di belakang kandidat terkuat Ferdinand Marcos Jr, yang mendapat lebih dari setengah suara, dan runner-up Leni Robredo.
Kekalahan itu tidak mengejutkan, survei pra-pemilihan menunjukkan bahwa Manny Pacquiao hampir tidak memiliki peluang untuk menang di Pilpres Filipina.
Meski belum diumumkan secara resmi hasil pemungutan suara Pemilu Presiden Filipina dari lembaga terkait, namun Manny Pacquiao sudah mengakui kekalahannya atas duet Ferdinand Marcos Jr dan Sara Duterte Carpio.
"Sebagai petinju dan atlet, saya tahu bagaimana menerima kekalahan," kata Pacquiao, 43, dalam sebuah video yang diposting di Facebook Selasa (10/05/22).
"Saya hanya berharap saat saya kalah dalam pertarungan ini, rekan-rekan Filipina saya, mereka yang berjuang, akan menang," ungkap dia, dilansir dari AFP.
Manny Pacquiao pun berdoa untuk keberhasilan pemerintahan Marcos, salah satunya bisa mengangkat kehidupan dan membantu banyak orang miskin.
Manny Pacquiao sendiri mempunyai program memerangi korupsi, memberantas narkoba dan meningkatkan kehidupan orang miskin, jika ia terpilih menjadi pemimpin Filipina.
2. Bangkitnya Pemimpin Diktator
Calon Presiden terpilih Filipina, Ferdinand Marcos Jr dan wakilnya Sara Duterte Caprio dikenal sebagai dua anak pemimpin otoriter.
Ferdinand Marcos Jr adalah anak dari mendiang diktator Filipina, Ferdinand Marcos, sedangkan Sara Duterte adalah anak dari mantan Presiden Filipina terakhir, Rodrigo Duterte.
Dilansir AFP, berdasarkan penghitungan awal, jumlah suara untuk Marcos Jr jauh di atas saingan terdekatnya, Wakil Presiden Leni Robredo.
Dengan lebih dari 90 persen surat suara diproses, Marcos Jr telah mengantongi hampir 30 juta suara, lebih dari dua kali lipat dari jumlah suara untuk Robredo yang merupakan mantan pengacara HAM.
Hasil lengkap diperkirakan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk disahkan.
Marcos Jr berterima kasih kepada sukarelawan atas "pengorbanan dan pekerjaan" mereka selama berbulan-bulan. Namun, dia belum mengklaim kemenangan dan memperingatkan bahwa "penghitungan belum selesai".
"Mari kita tunggu sampai sangat jelas, sampai hitungannya mencapai seratus persen baru kita bisa merayakannya," ujarnya saat menyampaikan pidato larut malam dari markas kampanyenya di Manila.
Latar belakang Ferdinan Marcos Jr yang lahir dair keluarga diktator, membuat banyak pihak mengkhawatirkan gaya kepemimpinannya.
Beberapa aktivis hak asasi manusia, pemimpin gereja Katolik, dan analis politik takut kemenangan Marcos Jr ini bakal memimpin dengan tinju yang lebih keras.
"Kami pikir itu (kemenangan Marcos Jr) bakal memperburuk krisis kemanusiaan di negara ini," kata sekretaris jenderal dari aliansi hak asasi manusia Karapatan, Cristina Palabay.
Sementara itu, analis politik Richard Heydarian memperingatkan kemenangan Marcos Jr dapat membuat pria itu mengganti dasar hukum untuk memperkuat kekuasaan dan melemahkan demokrasi.
"(Rodrigo) Duterte tidak pernah menghukum orang dan menggunakan uang untuk menjalankan agenda otoriternya ke logika yang ekstrem," kata Heydarian.
Marcos Jr merupakan anak dari mantan diktator Filipina yang menjabat lebih dari 50 tahun lalu. Ia dan calon wakilnya, Sara Duterte, menegaskan mereka adalah orang yang paling sesuai untuk "menyatukan" Filipina.