Kisah Erwin Abdullah: Menangis di Athena, Hadir Pelipur Lara di Tokyo
INDOSPORT.COM - Berikut kisah Erwin Abdullah, sosok lifter legendaris Indonesia yang sempat menangis di tepi panggung Olimpiade Athena 2004, hingga kini hadir sang pelipur lara di Olimpiade Tokyo 2020.
Erwin Abdullah kehabisan kata-kata saat meyaksikan putra semata wayangnya, Rahmat Erwin Abdullah mengalungi diri dengan medali perunggu di Tokyo International Forum, Rabu (28/07/21) malam.
Rahmat Erwin Abdullah berhasil meraih medali perunggu di Olimpiade 2020 Tokyo, yang sekaligus menjadi aksi debutnya di multievent paling bergengsi sedunia.
Erwin mengaku bangga dengan kiprah sang putra. Rahmat membukukan angkatan total 342kg (snatch 152kg dan clean&jerk 190kg) di Grup B kelas 73kg putra, hingga akhirnya sukses mengantarkannya ke podium ketiga.
Hasil ini melampaui catatan yang pernah diraih Rahmat pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi di Uzbekistan, bulan April lalu. Saat itu, Rahmat mencatat Total angkatan 335kg (snatch 148kg dan clean&jerk).
Erwin mengatakan, di balik kegembiraannya melihat kesuksesan sang putra di Tokyo, ia sempat teringat kenangan pahit 17 tahun lalu, saat Rahmat, buah hatinya dengan mantan lifter Ami AB, berusia 4 tahun.
Erwin Abdullah kala itu terpilih memperkuat Kontingen Indonesia di Olimpiade Athena 2004. Namun, rasa bahagia itu langsung buyar karena ia dikonfirmasi mengalami cedera tulang pinggang bagian belakang.
Kala itu, cerita Erwin, dirinya dihadapkan dua pilihan, tampil atau tidak. Ia gelisah bukan kepalang setelah Tim Dokter Olimpiade melarangnya tampil di atas panggung.
Sebab, cedera Erwin dinilai cukup parah dan berpotensi mengakibatkan dirinya lumpuh total seumur hidup jika tetap memaksakan tampil. Akhirnya, dia memilih untuk tidak tampil dengan pertimbangan masa depan.
"Tampil di Olimpiade itu kan impian seluruh atlet karena multi event itu merupakan tujuan akhir yang paling membanggakan bagi semua atlet," ucap Erwin memulai kisahnya.
"Sungguh menyedihkan, saya tidak bisa tampil padahal saya sudah berada di Athena. Makanya, saya menangis dan meneteskan air mata menyesali apa yang terjadi," ujarnya.
Kini, keikhlasan Erwin itu terbalas. Erwin yang menjadi pelatih Tim Nasional Angkat Besi Indonesia menyaksikan langsung anak semata wayangnya naik ke atas panggung.
Bahkan, dia melihat langsung saat Rahmat dikalungkan medali perunggu Olimpiade Tokyo. Perasaan terharu dan bahagia pun menyelimutinya melihat prestasi anaknya.
"Di Olimpiade 2004 Athena, saya tidak bisa naik panggung, tapi di Olimpiade 2020 Tokyo, Rahmat menggantikan saya naik panggung dan menyumbangkan medali perunggu."
"Di Athena, saya menangis. Tetapi, di Tokyo, saya terharu melihat anak saya mewujudkan mimpi saya."
"Kebahagian saya dan istri semakin lengkap karena Rahmat meraih perunggu, di luar ekspetasi saya, karena yang sekadar menargetkan delapan besar," kata Erwin.
1. Diteruskan Sang Anak
Erwin menjelaskan, ia sudah mengenalkan angkat besi kepada Rahmat sejak usia 8 tahun. Respons sang putra juga menyukainya.
Bahkan, Rahmat tetap mau ketika diajak berlatih dengan peralatan seadanya, dibantu dengan temaram lampu nelayan di Stadion Mattoangin, Makassar, Sulawesi Selatan.
"Saya masih teringat Rahmat di saat awal berlatih pernah berkata, Rahmat mau seperti bapak yang bisa bertanding di dalam negeri dan di luar negeri," kenang Erwin lagi.
"Rahmat mau merasakan apa yang pernah Bapak rasakan di angkat Besi, dan Rahmat juga mau merasakan apa yang Bapak tidak pernah merasakan selama menjadi lifter angkat besi. Kata-kata itu kembali teringat."
Rahmat Erwin Abdullah kini telah merasakan apa yang tidak pernah dirasakan Erwin Abdullah. Rahmat tak hanya memperbaiki rekor di semua angkatan, tapi juga meraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 untuk Indonesia.