Bintang NBA, Kevin Durant, melontarkan kata-kata kontroversial yang dinilai menghina masyarakat India. Pemain Golden State Warriors ini pun langsung mengutarakan permintaan maafnya usai menuai kecaman.
Komentar kontroversial dari pemain 28 tahun itu sendiri keluar saat dirinya diwawancarai oleh media The Athletic. Ia mengaku terkejut dengan kondisi India saat melakukan kunjungan ke negara yang terkenal dengan olahraga kriketnya itu.
"Itu (India) adalah negara yang 20 tahun terbelakang dari segi pengetahuan dan pengalaman. Anda dapat melihat sapi-sapi di jalanan, monyet-monyet yang berkeliaran di mana-mana, ratusan orang di pinggir jalan, ada sejuta mobil dan tidak ada pelanggaran lalu lintas," jawab Durant saat ditanya mengenai kesannya tentang India, dikutip dari The Athletic (10/08/17).
"Hanya sekelompok orang yang serba kekurangan di sana dan mereka ingin belajar bagaimana bermain basket. Itu benar-benar sangat, sangat luar biasa bagi saya," lanjutnya.
Tak pelak, komentarnya ini pun mendapat kecaman dari masyarakat India. Sebagaimana dilansir dari Sportskeeda (11/08/17), mereka meluapkan kekecewaan mereka lewat Twitter.
It is Kevin Durant who is 200 years behind in his knowledge and experience of India.
— Don Toxique (@DonToxique) August 11, 2017
Menyadari pernyataannya yang menyinggung perasaan masyarakat di negara asal pebulutangkis Pusarla V. Sindhu tersebut, Durant pun mengungkapkan permintaan maafnya melalui akun Twitter dan YouTube.
— Kevin Durant (@KDTrey5) August 11, 2017
"Maaf tentang komentar saya tentang India yang di luar konteks, saya bersyukur atas waktu yang saya habiskan di sana dan saya benar-benar kesal dengan bagaimana komentar saya keluar jalur, itu kesalahan saya, seharusnya saya menyusun kata-kata dengan lebih baik," tutur Durant yang berjanji akan kembali ke India lagi.
Sebagai informasi, pemain yang berposisi sebagai small forwards ini melakukan kunjungan ke Akademi NBA India pada 27 Juli lalu. Ia bahkan sempat ambil bagian dalam acara pemecahan Rekor Dunia Guinness untuk latihan basket terbesar di dunia yang melibatkan 3.459 partisipan.