Pengurus Besar (PB) Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) bakal menindaklanjuti skandal pengaturan skor atau match fixing di Indonesian Basketball League (IBL) 2017 kepada kepolisian. Pelakunya juga akan dihukum seumur hidup tidak boleh berkompetisi di Liga Bola Basket Indonesia tersebut.
Ketua Umum PB Perbasi, Danny Kosasih beserta Kabid Hukum, George Fernando Dendeng menggelar konferensi pers terkait match fixing IBL 2017 di GOR Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (22/11/17). Mereka berdua membongkar borok yang selama ini dilakukan oleh delapan pemain serta satu staf pada kompetisi musim lalu.
Mereka yang terlibat adalah delapan pebasket klub JNE Siliwangi Bandung. Yaitu, Ferdinand Damanik (lima tahun), Tri Wilopo, Gian Gumilar, Haritsa Herlusdityo, Untung Gendro Maryono (masing-masing empat tahun), Fredy, Vinton Nolan Surawi, Robertus Riza Raharjo (tiga tahun).
"Mereka yang terlibat seumur hidup semua tidak boleh bermain di IBL. Tapi saya sebagai komisaris di IBL, harus sanksinya yang itu," ujar Danny.
Delapan pebasket itu, kata Danny, masih bisa berkarier di kompetisi dalam lingkungan Perbasi setelah hukumannya selesai. Namun, tidak untuk bermain di IBL. Danny juga tidak melarang pelaku match fixing untuk mengajukan banding.
"Silakan dibanding. Kalau mereka keberatan, tulis surat aja. Sebelum surat ini keluar kami sudah berbicara sangat panjang dengan mereka," tegasnya.
Sementara itu, PB Perbasi melalui George, rencananya akan melaporkan kasus ini ke kepolisian. Tidak hanya itu, juga kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
"Pasti ke depannya akan bekerja sama dengan kepolisian. Saya juga sampaikan laporan ke Kemenpora. Saya terbuka soal kasus ini. Kalau batas waktu tidak ada. Selama masih bisa jalan terus," tutup George.