CLS Knights harus merasakan kekalahan untuk kedua kalinya di ajang Asean Basketball League (ABL), dari San Miguel Alab Filipina dengan skor akhir 73-80. Meskipun menelan kekalahan, permainan dari anak didik Koko Heru Setyo Nugroho ini cukup baik.
Buktinya mereka berhasil mengejutkan lawannya saat kuarter pertama dimulai. Namun apa daya nyatanya stamina mereka mulai mengendur dikuarter tiga dan empat.
Kendurnya stamina dari Mario Wusyang dkk terlihat ketika tim lawan melakukan fast break beberapa kali dan tak mampu dibendung oleh big man CLS Brian Michael Williams. Pemain bertubuh tinggi besar ini justru tak berdaya ketika kapten San Miguel Alab Bobby Ray Jr Park melakukan fast break.
Di dua kuarter akhir CLS Knights seakan-akan hanya bermain dengan tiga pemain San Miguel Alab. Ketiga pemain itu yakni Renaldo Miguel Balkman, Justin Donta Brownlee dan Bobby Ray Jr Parks. Mereka bertiga berhasil menutup kuarter ketiga dengan skor 60-59, merasa tertekan CLS Knights tak mau kehilangan muka dihadapan publik sendiri.
Mereka susah payah mengejar ketertinggalan dikuarter keempat. Bintang CLS dikuarter terakhir ini Charles Keith Jensen, dikuarter terakhir ini. Keith berhasil menyumbangkan enam poin melalui tembakan dua angka dan enam asist yang berbuah poin.
Tapi apa daya tim tamu yang sudah jauh unggul dikuarter sebelumnya, sudah semakin menjauh alhasil CLS Knights pun tak mampu mengejar ketertinggalan poin hingga kuarter empat selesai. CLS Knights kalah dengan skor akhir 73-80 menghadapi San Miguel Alab Filipina.
Usai kekalahan tersebut, Managing Partner CLS Knights, Christoper Tanuwidjaja, sempat menyebut faktor kekalahan CLS karena kelelahan usai pertandingan tandang melawan Chong Son Kungfu di China.
"Saya menyadari ini murni kesalahan dari saya, jika saya tidak memilih merubah jadwal tanding dari 15 Februari ke 8 Februari. Pasti mereka banyak waktu untuk beristirahat, mengingat China dan Indonesia jaraknya sangat jauh," ujarnya.
Namun pelatih CLS Knight, Koko Heru Setyo Nugroho, punya pendapat yang berbeda. Kekalahan timnya murni karena permainan, yakni mengenai kolektivitas tim.
"Tantangannya ada pada tim, kekurangannya tadi tidak dikerjakan secara bersama-sama dengan tim. Jadi ya mainnya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan," tegasnya.