Larry Bird: Tukang Sampah yang Jadi Legenda NBA
Saat berprofesi sebagai tukang sampah, Larry Bird mengaku bahagia dan menganggap pekerjaan tersebut menyenangkan, tak seperti pandangan orang lain.
“Saya senang pekerjaan itu (tukang sampah). Itu ada di luar ruangan, Anda berada di sekitar teman Anda. Mengambil sikat dan membersikannya. Saya merasa saya benar-benar mencapai sesuatu,” tuturnya dikutip dari laman Fade Away World.
Bekerja sebagai tukang sampah membuat Larry pun menyerah akan kariernya di dunia basket. Hingga suatu saat, sosok bernama Bill Hodges datang dan menyelamatkan hidupnya dari jurang kemiskinan.
Bill Hodges menjadi pria berjasa dalam hidup Larry di mana pria yang merupakan pelatih basket Universitas Negeri Indiana mengajaknya bergabung tim basketnya.
Hingga akhirnya pada tahun 1975, Larry pun resmi menjadi mahasiswa Universita Negeri Indiana di mana ia langsung bermain untuk tim kampus bernaa Sycamores.
Selama 3 tahun di bangku kuliahan, Larry menorehkan catatan apik dengan rata-rata 30,3 poin, 13,3 Rebound dan 4,6 assist per gim yang membuatnya menjadi pebasket terbaik di tingkat perguruan tinggi pada 1979.
Pada 1978, Larry terpilih oleh Boston Celtics di mana ia berada di urutan draft keenam pada saat itu. Namun, karena ia belum lulus, ia belum menandatangani kontrak hingga 1979.
Pasca lulus dengan gelar sarjana sains di bidang pendidikan jasmani, Larry pun meneken kontrak berdurasi 5 tahun dengan bayaran 3,25 juta dolar yang membuatnya menjadi Rookie termahal saat itu.
Setelahnya, Larry pun menandai tinta emasnya di NBA. Bersama dengan Magic Johnson, Larry menjadi ikon NBA kala itu dengan menjuarai titel NBA 3 kali di tahun 1981, 1984 dan 1986 serta 3 kalin menjadi MVP NBA di tahun 1984, 1985, dan 1986 serta masuk 12 kali NBA-All Star.
Ia juga turut membawa Amerika Serikat meraih 3 medali emas di ajang Olimpiade dan masuk dalam daftar Hall of Fame baik di tingkat perguruan tinggi maupun NBA.