eSports

Punya Klub e-Sport, Eks Bos Cantik Persijap Akui Lebih Cepat Balik Modal Dibanding Sepak Bola

Jumat, 27 Oktober 2023 10:25 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Isman Fadil
© Ronald Seger Prabowo/INDOSPORT
Mantan bos Persijap, Esti Puji Lestari. Copyright: © Ronald Seger Prabowo/INDOSPORT
Mantan bos Persijap, Esti Puji Lestari.
Awal Tertarik dengan e-Sport

“Saya masih di sepak bola, cuma menambah departement di bidang olahraga lain, yang memang saya support juga,” jelasnya.

“Dulu di Persijap Jepara juga punya tim e-Sport, cuma mainnya FIFA,” tambah istri dari mantan pesepakbola, Carlos Raul Sciucatti.

Esti menjelaskan, awalnya tertarik dengan e-Sport saat bekerja di China sebagai manajer klub Liga 2, Qingdao Red Lions FC. Dari sana, dia bertemu tim dari Tencent yang merupakan salah satu developer game online terbesar. 

“Kebetulan saya ketemu Tencent dan  saat itu mereka meminta saya jadi operator untuk turnamen dunia di Jakarta.  
Lalu saya terinspirasi mau punya tim e-Sport lagi,” ceritanya.

“Kebetulan ada satu tim yang butuh support karena mau tutup, biasa kalau di olahraga ada modal jalan, kalau gak mau tutup. Jadi saya bilang ‘sayang bakat mereka karena bagus’, jadi saya minta izin suami dan dia support dan kita akuisisi tim ini sekarang,” lanjut Esti Lestari. 

Setelah enam bulan berjalan, Esti melihat Team Thorrad punya potensi besar. Mereka kemudian terus berbenah hingga berkembang pesat. 

Bagi Esti Lestari, dia punya misi yang sama, baik sepak bola maupun e-Sport yakni berproses. Dia berharap Team Thorrad sukses saat ikut FFWS 2023 di Thailand.

“Semua sama di bidang olahraga saya selalu ingin ciptakan kesadaran bahwa olahraga itu bukan melulu tentang menang, itu yang misi saya baik di sepak bola ataupun e-Sport. Menang itu bonus, tapi prosesnya harus benar, gimana latihan, gimana uji coba, apa yang kurang diperbaiki, itu yang saya suka,” akunya. 

Wanita 43 tahun itu mengaku, memang lebih menantang mengurus sepak bola. Tapi, e-Sport lebih menjanjikan, lantaran tidak butuh waktu lama untuk bisa balik modal. 

“Jelas sepak bola menantangnya karena gak selesai selesai masalahnya,” ungkap Esti Lestari.

“Tentunya kalau segi banyaknya (dana) yang dikeluarkan) sepak bola lebih besar, tapi masalahnya adalah tidak cepat return atau lama karena hadiahnya juga gak sebanding. Kalau e-Sport, kita keluar biaya, tapi sekali juara itu bisa ketutup semua,” jelasnya.

Esti Lestari mencontohkan, partnernya di Hongkong jadi juara e-Sport dengan hadiah 4 juta dolar dan ada pula yang kantongi Rp21 miliar. Di E-sport, pembagian uang hadiah adalah 70:30 (manajemen : atlet) sehingga lebih menguntungkan. 

“Kalau dibilang untung, tim e-Sport saya sekarang bisa dibilang 50:50 lah ya,” tuntasnya.

Kendari berkecimpung di dunia e-Sport, Esti Lestari menyatakan tidak serta merta tinggalkan sepak bola. Saat ini, dia mengurus dua tim Soeratin yang akan didaftarkan ke Liga 3 pada musim depan.