Berhasil menjadi yang terdepan di nomor 100 m gawang putri, dimana medali emas ini merupakan medali ke-18 yang diperolehnya dalam Kejuaraan Nasional.
“Ini emas Kejurnas yang ke-18, untuk hasil (catatan waktu) belum tahu berapa. Tapi sih inginnya lebih baik dari hasil SEA Games. Tadi juga tidak ada kendala, cuma angina saja, tapi kalau anginkan semuanya juga kena,” jelas Dedeh usai pertandingan.
Dedeh menjadi yang terdepan setlah melewati junior-juniornya seperti Rohani wakil Nusa Tenggara Barat yang mencatatkan waktu, 14.27 detik, dan Agustine Bawele wakil Sulawesi Utara yang mencatatkan waktu 14.75 detik.
Dengan usia yang terbilang tidak muda lagi, Dedeh masih belum berpikiran untuk gantung sepatu. Karena menurutnya, selama Indonesia masih membutuhkan dirinya, dia akan selalu siap untuk mengharumkan nama bangsa.
“Saya tidak pernah ngomongin kapan pertandingan terakhir, selama Indonesia butuh saya, saya ada itu saja,”
beber ia.
Pelari yang saat ini membela DKI Jakarta melihat minimnya regenerasi pada nomor lari gawang, Dedeh menilai bahwa kendala ada di tekniknya yang lumayan sulit. Terlebih, pada nomor teknik seperti ini, latihan dan kerja keraslah yang akan memberikan hasilnya.
“Saya rasa kendalanya cuma kurang berani, ini nomor teknik harus belajar pelan-pelan. Saya ingin lari gawang banyak di Indonesia, tapi saat ini belum banyak masih sangat kurang,” jelas peraih medali emas SEA Games Myanmar 2013 mengomentari regenerasi lari gawang Indonesia saat ini.
“Nomor teknik kita yang mempertahankan diri, tapi tadi juga banyak junior yang lari (tembus limit PON). Atletik termasuk nomor yang tidak dibatasi oleh umur, intinya berlatih keras dan disiplin. Junior saat ini juga sudah mulai banyak, sudah ada larinya yang di bawah 13, lari gawang memang agak susah, harus lebih sosialisasilagi,” jelasnya.