Ketua Bidang Pembinaan PB PASI, Paulus Lay menjelaskan bahwa absennya Triyaningsih dalam Olimpiade Rio de Janeiro Brasil 2016 nanti adalah masalah cedera yang dialaminya tidak kunjung pulih, walau ada kemajuan dari pengobatan yang dijalaninya.
“Jadi Triyaningsih itu menurut fisioterapi yang menangani, dia itu belum bisa berlomba. Ada perkembangan sembuh, tapi belum tuntas, gitu. Sebabnya, dia tidak bisa ikut lomba yang direncanakan, di Nagoya Marathon,” jelas Paulus Lay saat dihubungi INDOSPORT.
Dengan gambaran yang diberikan fisioterapi yang menangani cedera Triyaningsih, PB PASI mengambil langkah untuk tidak menurunkan Tri dalam kejuaraan yang dilangsungkan pada bulan Maret di Jepang. Walau mengalami kemajuan, tim fisioterapi tidak menyarankan Tri untuk berlomba.
“Karena fisioterapinya itu sudah memberikan gambaran, bahwa perkembangan itu ada, tapi jangan berlomba dulu,” sambung Paulus.
Dengan tidak mengikutinya kejuaran di Jepang bulan Maret nanti, pintu Triyaningsih untuk dapat berkompetisi dalam pesta olahraga paling bergengsi sedunia, Olimpiade 2016 pun musnah.
“Saya kira sudah tidak bisa, itu (Nagoya Marathons) pintu terakhir, satu tahun hanya dua kali (kejuaraan) lari. Jadi dengan adanya penjelasan dari fisioterapi yang menangani Tri, maka tidak bisa ikut Olimpiade,” jelas Paulus.
Gagal turunnya Triyaningsih dalam Olimpiade, membuat PB PASI saat ini fokus pada dua nomor yaitu jalan cepat dan estafet 4x100 putra. Untuk estafet sendiri, PB PASI masih memiliki waktu yang cukup panjang untuk melakukan persiapan.
“Kita masih punya kesempatan (mengirimkan atlet ke Olimpiade) di jalan cepat dan estafet (4x100) putra. Untuk jalan cepat itu tanggal 20 Maret, sedangkan estafet masih ada waktu sampai Juni. Sehingga mereka (estafet) dipersiapkan untuk ikut Grand Prix Asia dan Taiwan Open,” pungkasnya.