Virus Berlari Positif ala Indorunners
Dalam wawancara eksklusif dengan INDOSPORT, Reza berbagi kisah ketika mendirikan Indorunners.
"Saya dulu bekerja sebagai orang media dan juga memiliki jam kerja yang panjang. Saya jarang sekali berolahraga dan badan mudah sekali sakit. Dalam sebulan bisa dua kali flu," ujar Reza.
Sering sakit-sakitan, seorang dokter menganjurkan Reza berolahraga. Berlatih di gimnasium jadi pilihan Reza kala itu. Dia mengaku tidak puas berolahraga di gym.
Ide untuk mendirikan komunitas Indorunners mencuat dalam pemikiran Reza ketika sedang berolahraga pada Hari Bebas Kendaraan (Car Free Day) di Jakarta.
"Saat saya melakukan treadmil di gym hanya bisa 30 menit. Saya merasa kurang puas. Sampai akhirnya saat saya berolahraga ketika Car Free Day, saya melihat banyak orang yang bersepeda, namun jarang yang berlari," ungkap Reza. "Akhirnya saya mencoba mencari teman untuk berlari lewat jejaring sosial Facebook dengan nama Indorunners. Responsnya sangat positif. Lewat Facebook kami dapat saling berbagi soal lari."
Respons positif ditunjukkan dengan bergabungnya 500 orang pada grup Indorunners di Facebook saat awal berdiri pada medio 2009.
Menurut Reza, olahraga lari bukan budaya di Indonesia. Masih banyak persepsi negatif di kalangan masyarakat yang menganggap lari adalah sebuah hukuman ketika menjalani pendidikan di sekolah menengah.
"Lewat Facebook sangat mudah untuk menyebarkan virus lari. Apalagi lari bukanlah budaya di Indonesia. Komunikasi dan informasi lewat Facebook sangat berguna sekali bagi kami. Kami ingin menularkan persepsi positif lewat lari," pungkas Reza.