INDOSPORT.COM – Stefer 'The Lion' Rahardian, petarung Mixed Martial Arts (MMA) andalan Indonesia mengungkap kengerian teknik kunci mematikan Guillotine Choke.
Dari berbagai jenis teknik kuncian yang ada dalam dunia MMA, Guillotine choke merupakan salah satu yang paling umum. Teknik ini kerap menjadi senjata pamungkas untuk meraih kemenangan.
Teknik kuncian tersebut terinspirasi dari alat eksekusi pancung pada abad pertengahan, cekikan ini menempatkan kepala lawan yang menghadap ke tanah di bawah ketiak, mirip dengan metode eksekusi kepala dari sebuah guillotine.
Guillotine choke menekan pembuluh-pembuluh nadi kepala (carotid arteries) sehingga, jika diterapkan dengan kekuatan penuh, tak memberi ruang bagi lawan untuk lepas dan terpaksa tap out (menyerah). Bagaimanapun, berada dalam cekikan lawan tentu membuat tidak nyaman.
Menurut pemegang sabuk cokelat Brazilian Jiu-Jitsu, menguasai teknik ini membutuhkan latihan rutin, agar muscle memory turut terlatih.
Saat berlaga, kesempatan menyarangkan guillotine choke tidak selalu datang begitu saja, karena jika lawan sedang dalam posisi siap, maka hampir mustahil bisa tiba-tiba meraih leher lawan dan menerapkan kuncian tersebut.
“Saya akan beradaptasi dengan keadaan dan kesempatan di atas cage atau ring. Jika ketika saya menyerang misalnya dengan takedown [menjatuhkan lawan] dan saya melihat kesempatan untuk melakukan guillotine choke dimana leher lawan terbuka, maka saya dapat mencoba untuk mengunci lawan,” urai pemegang rekor profesional 10-4-0 ini.
Guillotine choke bisa memberi pesona serangan balik saat upaya menyerang lawan tidak tepat sasaran.
“Begitu juga dengan defense; ketika lawan menyerang dan saya melihat kesempatan untuk choke, saya akan coba. Kuncian apapun juga dapat dilakukan untuk memancing lawan bergerak dan sebagainya. Langkah penting yang diperhatikan adalah dengan mengunci rapat leher lawan dan block badan lawan agar tidak bisa bergerak.”
Saking berbahayanya teknik ini, maka mejadi wajib bagi setiap petarung untuk membentengi leher mereka agar tidak kena cengkeraman lawan, sebagaimana rilis yang diterima tim redaksi INDOSPORT.
“Untuk menghindari kuncian guillotine choke, salah satuhnya kita harus protect dan aware agar leher tidak terbuka untuk dikunci lawan,” ujarnya.
“Nah, agar bisa lolos yang pasti kita harus melepaskan kuncian di leher dan membebaskan badan kita dari serangan lawan. Setelah lepas, saya akan melakukan serangan balik atau defense yang opsinya sangat banyak; tergantung situasi di atas cage atau ring,” tambah Stefer.
Stefer pun turut membagikan tips bagi para petarung pemula yang ingin mempertajam skil mereka, atau untuk melepaskan diri dari kuncian ini.
“Jangan takut untuk mencoba. Di awal mungkin akan terasa kurang nyaman karena leher terasa tercekik, tapi dengan banyak berlatih maka kita akan terbiasa.”
“Pada saat akan menyerang, kita harus terus belajar untuk membuat kuncian benar-benar rapat agar lawan jangan sampai lepas. Jangan lupa, jika sparring partner menyerah atau tap, maka kita harus lepas kuncian ya. Partner latihan adalah aset perkembangan bersama."
Contoh dari kuncian ini ialah saat mantan Juara Dunia UFC Demetrious "Mighty Mouse" Johnson. Ia menerapkan kuncian tersebut dalam laga debutnya di ONE Championship pada Maret tahun lalu di Tokyo, Jepang, dalam ajang bertajuk ONE: A NEW ERA.
Kuncian guillotine choke kencang memaksa atlet tuan rumah Yuya Wakamatsu menyerah pada menit ke 2:40 ronde kedua.
ONE Championship akan kembali lewat ONE: NO SURRENDER pada 31 Juli mendatang di Bangkok, Thailand. Meski tertutup untuk penonton, ajang ini dapat disaksikan gratis lewat ONE Super App