Tiga Srikandi dan Seorang Empu Pengharum Bangsa di Olimpiade Seoul 1988 (Part I)
Tumbuh di lingkungan stadion, membuat Kusuma Wardhani Kasaming mencintai olahraga. Perempuan yang lahir di Makassar 20 Februari 1964 ini menghabiskan masa kecilnya di sebuah ruangan sempit di Stadion Andi Matalatta.
Suma mengawali perkenalannya dengan busur panah pada tahun 1983, lewat Abdul Hamid. Kala itu, pelatih panah tersebut, tengah mencari atlet panah untuk mewakili Sulawesi Selatan di ajang Kejuaraan Nasional.
Suma kemudian mulai unjuk prestasi setelah dijanjikan bisa bepergian keluar Makassar. Hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh Suma.
Tekad kerasnya dibuktikan dengan berlatih tekun dibawah bimbingan pelatih yang pertama kali mengenalkan panah kepadanya. Rata-rata, Suma menghabiskan waktu enam jam dalam sehari untuk berlatih panah.
Enam bulan kemudian, Abdul Hamid membuktikan janjinya untuk mengajak Suma ke Kejurnas Panah yang berlangsung di Jakarta. Suma pun membuktikan diri dengan menyabet emas pada ajang ini.
Prestasi ini membawanya masuk ke Pelatnas panahan. Begitu masuk ke Pelatnas, Suma langsung membuat impian baru, tampil di ajang dunia.
Suma bertekad untuk mengunjungi sejumlah negara dengan modal busur panahnya. Sebuah impian yang akhirnya menjadi nyata saat berhasil melengkapi ambisi pribadi dengan mengharumkan nama bangsa di Olimpiade 1988.