Kusuma wardhani telah menorehkan sejarah buat namanya dan Indonesia di ajang Olimpiade. Dia berhasil mempersembahkan medali pertama Indonesia dalam pesta olahraga empat tahunan terbesar di dunia tersebut.
Ia berhasil meraih medali perak pada Olimpiade Seoul 1988 melalui cabang olahraga Panahan kategori beregu bersama Nurfitriyana Saiman dan Lilies Handayani.
Kusuma Wardani, Nurfitriyana Saiman, dan Lilies Handayani saat meraih perak Olimpiade Seoul 1988.
28 tahun berlalu, Kusuma tak bisa melupakan kenangan indah tersebut. Ia tetap mengingat peristiwa yang membawa namanya menggema di Indonesia.
Ia mengabadikan medali perak Olimpiade Seoul 1988 dalam sebuah lemari di rumahnya yang berada dalam Kompleks Perumahan Toddopuli 22, Panankkukang, Makassar. Selain itu, sejumlah dinding rumah tamu dihiasi dengan foto–foto saat dia meraih prestasi tersebut.
Kusuma Wardani saat pembukaan Olimpiade Seoul 1988.
Saat ini, Kusuma diberi amanah menjadi Pelatih Panahan PON Sulsel. Pengalaman dan ilmu yang dimiliki wanita ini memang sangat diperlukan bagi para atlet panah Tanah Air.
“Saya memiliki harapan ada pemanah Sulawesi Selatan yang bisa melebihi prestasi saya, makanya ketika saya diberi amanah sebagai pelatih sunggu saya bersyukur,” ungkap Kusuma kepada INDOSPORT.
Kusuma Wardani saat mendapat penghargaan dari Presiden Republik Indonesia saat itu, Soeharto.
Lebih lanjut, ia juga turut menceritakan kesibukannya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan menjabat sebagai kepala sub bagian kemasyarakatan di Kantor Gubernur Sulsel.
“Pagi saya latih Atlet PON Sulsel, siang saya berkantor jadi sebagai PNS. Setiap hari selalu telat, tapi posisi saya beda dengan yang lain karena ada dispensasi khusus buat saya”. katanya.
Kusuma Wardani saat ini.
Sebagai informasi tambahan, Kusuma Wardani bersuamikan almarhum Adam adjidji, yang tak lain seorang mantan atlit panahan Tanah Air dan sempat menjadi pelatihnya di Pelatnas. Ia dikarunia satu orang putri bernama Amanda Fajriana yang kini turut menekuni sebagai atlet panahan.
Kisah sukses Kusuma Wardani dan rekan-rekannya di Olimpiade Seuol 1988 akhirnya diabadaikan dalam sebuah film berjudul Tiga Srikandi.