INDOSPORT.COM - Dengan keputusan Presiden Joko Widodo memindahkan ibu kota, segala sektor di Indonesia pasti mengalami perubahan, termasuk olahraga.
Presiden Joko Widodo sempat membuat sejumlah awak media dan orang-orang yang hadir di Istana Negara pada Senin (26/08/19) ini penasaran.
Pasalnya, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut memberikan jeda yang cukup lama sebelum akhirnya menyebut provinsi mana yang ditetapkan sebagai lokasi dari ibu kota baru Indonesia.
“Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur,” ujarnya.
Berawal dari wacana, pemindahan ibu kota pun menjadi ambisi besar Jokowi yang akhirnya terlaksana sebelum memasuki masa pemerintahan periode keduanya.
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro pun turut menyampaikan bahwa pemindahan ibu kota Indonesia ini akan dimulai pada 2024 mendatang.
“Tahun 2020 jadi fase persiapan sampai final. Di situ sudah selesai masterplan building design-nya, sampai dasar peraturan perundang-undangannya. Kita sudah siapkan lahan, jadi pembangunan infrastruktur sudah bisa dimulai tahun 2020 akhir,” jelasnya.
Pemindahan ibu kota tentu saja bakal menjadi medium bagi publik untuk menyoroti nasib sarana dan prasarana yang dimiliki di area baru nanti, terutama untuk sektor olahraga.
Lantas bagaimana sebenarnya kondisi sektor olahraga di Kalimantan Timur? Apakah pemerintah kita cukup siap dalam membangun sektor tersebut di ibu kota yang baru nanti?
Kaltim dan Olahraga
Kalimantan Timur nyatanya memiliki perhatian yang cukup besar bagi dunia olahraga. Hal tersebut tampak dari bagaimana besarnya dana yang digelontorkan oleh pemerintah provinsi setempat.
Berdasarkan laporan Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah 2018, pemprov Kaltim menggelontorkan dana sekitar Rp20 miliar.
Terdapat dua fokus program dalam sektor olahraga di Kaltim, yakni pembudayaan keolahragaan dan peningkatan prestasi olahraga.
Dalam program pembudayaan keolahragaan, pemerintah setempat mampu menempatkan dana sekitar Rp5 miliar untuk pembinaan dan penghargaan atlet berbakat hingga penyelenggaraan kompetisi bagi masyarakat.
Sedangkan untuk peningkatan prestasi olahraga, dana yang diturunkan mampu mencapai angka Rp4 miliar. Fokus program ini terdiri dari penyelenggaraan olahraga multi event hingga penyusunan standarisasi infrastruktur olahraga.
Bicara soal infrastruktur olahraga, Kaltim sebenarnya memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai. Maklum saja, provinsi ini pernah menjadi tuan rumah bagi Pekan Olahraga Nasional 2008 lalu.
Salah satu contoh infrastruktur olahraga Kaltim adalah empat stadion berskala besar seperti Stadion Utama di Palaran, Stadion Segiri, Stadion Aji Imbut, dan Stadion Batakan.
Program-program itu memberikan dampak yang cukup besar bagi peningkatan prestasi dari para atlet kontingen Kaltim, seperti yang tampak dalam pencapaian mereka di PON 2016 lalu di Bandung, Jawa Barat.
Para atlet kontingen Kaltim mampu mencapai target lima besar di ajang olahraga terbesar Indonesia itu usai berhasil memboyong 25 emas, 41 perak, dan 72 perunggu.
Pemerintah Pusat Masih Gagap?
Di balik penetapan lokasi ibu kota yang baru, ada baiknya pemerintah pusat layaknya tak hanya menyentuh sektor social dan politik semata.
Sektor olahraga juga membutuhkan perhatian lebih sebagai salah satu bidang yang menjadi harapan dalam mengembangkan sebuah daerah atau provinsi.
Hal itu tak lepas dari pemerintah pusat dan juga kementerian terkait, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga, untuk turut andil dalam kesiapan untuk sektor olahraga di ibu kota baru.
Namun, Sesmenpora Gatot S. Dewabroto mengakui bahwa belum ada perencanaan lebih terkait infrastruktur olahraga usai status ibu kota berpindah dari Jakarta.
“Belum ada. Kemenpora (saat ini) memanfaatkan yang ada dulu. Jadi kami belum tahu (kedepannya),” ujar Gatot saat dihubungi oleh redaksi berita olahraga INDOSPORT.
Pemanfaatan infrastruktur olahraga yang ada di area Kaltim sendiri dinilai tak begitu menjadi masalah berarti saat ini, berkaca pada negara tetangga, Australia.
“Australia itu kan ibu kotanya Canberra, tapi olimpiadenya tetap di Sydney tahun 2000,” kata Gatot.
Meski belum ada perencanaan yang berarti yang disiapkan oleh Kemenpora terkait infrastruktur olahraga di ibu kota yang baru, namun optimistis tetap tumbuh dari masyarakat Kaltim.
Salah satunya adalah mantan pegulat nasional, Aliansyah yang melihat bahwa pemindahan ibu kota ini sebagai sebuah momen berbenah bagi para pelaku olahraga di Kaltim.
“Jangan sampai kita, warga Kaltim sebagai penonton saja, mari kita bersama-sama berjuang agar lebih siap menatap Ibu Kota Negara,” katanya dikutip laman olahraga Antara.
Melihat kondisi dan optimisme yang ada, siap kah pemerintah memberikan yang terbaik bagi kesejahteraan sektor olahraga Kalimantan Timur yang akan segera naik status nya sebagai ibu kota baru Indonesia? Kita lihat saja nanti.