INDOSPORT.COM - Panitia Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020, meluncurkan medali yang ramah untuk atlet tunanetra pada Agustus mendatang.
Mirip dengan medali Olimpiade 2020 yang dirilis pada Juli kemarin, medali Paralimpiade akan dibuat dari logam yang bersumber dari daur ulang elektronik seperti ponsel lama, laptop, dan kamera yang disumbangkan oleh masyarakat.
Dilansir dari laman runners world, Presiden Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020, Yoshiro Mori, menyampaikan bahwa Kota Tokyo mencetak sejarah setelah menjadi tuan rumah untuk kedua kalinya, hingga mendorongnya untuk membuat kesuksesan Paralimpiade sama seperti Olimpiade.
"Games tahun depan akan menjadi yang pertama kalinya dalam sejarah bahwa kota yang sama telah menyelenggarakan Paralimpiade musim panas dua kali," katanya dalam siaran pers.
"Justru karena Tokyo akan menjadi tuan rumah untuk kedua kalinya, kami telah berpegang pada prinsip penting, dan itu adalah untuk mengeluarkan semua kekuatan kami dalam membuat Paralimpiade sama suksesnya dengan Olimpiade," sambungnya.
Meskipun medali dibuat dari bahan yang sama, keduanya memiliki desain yang sangat berbeda. Medali Olimpiade memiliki tampilan tradisional dan sederhana, sementara medali Paralimpiade dirancang seperti motif kipas Jepang, dengan kaname, yang mewakili penyatuan atlet bersama tanpa memandang kebangsaan atau etnis.
Di mana daun kipas adalah penggambaran lingkungan alami Jepang, termasuk batu, bunga, pohon, daun dan air yang dapat diidentifikasi ketika disentuh karena permukaan yang bertekstur. Ini penting untuk atlet tunanetra.
Selain bertekstur, medali juga mencakup serangkaian lekukan melingkar di sisi medali untuk menunjukkan posisi perolehan atlet – satu lekukan mewakili emas, dua lekukan mewakili perak, dan tiga lekukan mewakili perunggu. Huruf braille juga mengeja ‘Tokyo 2020’ di wajah medali.
Sama halnya dengan pita untuk medali yang memliki titik-titik silikon cembung, di mana satu untuk emas, dua untuk perak, dan tiga untuk perunggu sebagai cara lain bagi para atlet yang memiliki gangguan penglihatan untuk mengidentifikasi posisi mereka.
“Saya sangat bersyukur bisa ikut serta dalam Olimpiade bersejarah ini sebagai desainer,” tuturnya dalam siaran pers.
"Saya berharap medali ini membawa atlet dan orang-orang di sekitar mereka lebih dekat bersama dan menggerakkan angin baru yang segar di hati mereka," tutupnya.
Penulis: Karina Kusuma Wijaya