INDOSPORT.COM - Perhelatan multi-event SEA Games 2019 akhirnya resmi dibuka pada 30 November 2019 kemarin. Pesta olahraga Asia Tenggara edisi ke-30 ini dijadwalkan bergulir pada 30 November-11 Desember 2019 di Filipina.
Belum juga resmi dibuka, sudah beredar kabar yang cukup menghebohkan dari kontingen Indonesia. Atlet senam SEA Games 2019 dari cabang olahraga senam lantai, Shalfa Avrila Siani, dikabarkan dipulangkan paksa usai dituding sudah tidak perawan oleh pelatihnya sendiri yang bernama Irma.
Kejadian ini bermula pada 13 November 2019 yang lalu, Shalfa, atlet asal Kediri, Jawa Timur, tiba-tiba dicoret dan tidak jadi berangkat ke Filipina karena dianggap sang pelatih tidak perawan.
Mengetahui dirinya dicoret dengan alasan karena tak perawan, Shalfa yang masih duduk di bangku XII SMA diketahui langsung terpukul.
Pihak keluarga termasuk ibunda Shalfa, Ayu Kurniawati, pun tak tinggal diam dan langsung memeriksa kebenarannya di Rumah Sakit Bhayangkara, Rabu (20/11/19). Usai diperiksa, hasilnya tuduhan terhadap Shalfa tak terbukti. Kabar ini pun lantas menyebar di media online.
Keluarga Laporkan
Usai menerima hasil ini, pihak keluarga Shalfa beserta kuasa hukum, Imam Muklas, langsung menuju KONI Jatim dan ke tempat pemusatan latihan untuk mengklarifikasi.
"Langsung Senin (25/11/19) kami bergerak ke KONI Jatim dan dilanjutkan ke pusat latihannya dan bertemu dengan Pak Indra (untuk klarifikasi)," kata Imam saat dihubungi INDOSPORT.
Saat dikonfirmasi, ternyata tuduhan berupa sudah tak virgin tidaklah benar. "Ya jangan begitu karena ini membawa dampak trauma yang sangat fatal untuk atletnya," ujar Imam.
Mendengar hal seperti ini pihak keluarga melalui kuasa hukum pun meluapkan kekecewaannya.
"Kalau memang seperti yang dikatakan dari KONI bahwa pencoretan Shalfa karena tindakan indisipliner ya tidak masalah, tapi ini soal virginitas," tegasnya.
Imam pun mempertanyakan bagaimana mungkin atlet yang sudah dipastikan berangkat ke SEA Games 2019 kemudian dibatalkan.
"Dia sudah disuntik vaksin. Logikanya kan sudah tinggal berangkat saja, tentu hancur sekali masa depan atlet ini. Semoga ada penanganan yang baik," kata Imam.
Tanggapan Kemenpora dan PB Persani
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pun memberikan tanggapan terkait kasus yang menyangkut pemulangan paksa atlet senam SEA Games 2019, Shalfa Avrila Siani.
Dalam keterangan persnya, pihak Kemenpora melalui Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto menyatakan bahwa pencoretan Shalfa karena alasan tidak perawan tidaklah benar.
"Setelah itu kami langsung konfirmasi kepada Bu Ita (Ketua Persani) langsung. dan saya mendapatkan jawaban bahwa tidak betul. Tidak betul ada keputusan untuk kemudian mencoret yang bersangkutan karena alasan tidak perawan," ujar Gatot di kantor Kemenpora, Jakarta, Jumat (29/11/19).
Menurut Gatot, dalam olahraga tidak dikenal peraturan terkait status keperawanan seseorang. "Itu bukan standar. Baik standar nasional maupun standar internasional. AOC (Olympic Councill of Asia) juga tidak mengenal," katanya.
PB Persani (Persatuan Senam Indonesia) melalui ketua umumnya, Ita Yualita Irawan, menyebut bahwa pencoretan Shalfa dari kontingen SEA Games adalah murni karena faktor prestasi.
Dalam konferensi pers yang didampingi Sesmenpora, Persani menegaskan bahwa status keperawanan bukan merupakan syarat menjadi seorang atlet senam lantai.
"Kami yakin itu tidak ada. karena ada beberapa atlet juga di gymnastic yamg sudah menikah," kata Ita di kantor Sesmenpora, Jumat (29/11/19).
Kronologi Pencoretan Shalfa
Menurut keterangan versi Ita Yualita, pada awalnya Shalfa merupakan atlet yang masuk daftar long list. Namun, salah satu dari empat atlet senam lantai yakni Tazsa Miranda mengalami cedera saat mengikuti kejuaraan dunia di Doha.
Shalfa pun masuk menggantikan Tazsa mengingat keduanya sama-sama atlet dari Jawa Timur. Selain itu Shalfa juga masih muda dan dipersiapkan sebagai bagian dalam regenerasi atlet nasional.
Namun, saat mengikuti kejuaraan nasional (kejurnas) awal November lalu, prestasi Shilfa diketahui menurun drastis dengan turun ke ranking 37 (dari 42 nama).
Persani pun menemukan sosok lain yang dianggap lebih tepat mengisi posisi Shalfa, yakni Yogi Novia Laila Ramadhani. "Jadi dengan demikian, kami dari PB melihat bahwa potensi Yogi untuk dimasukkan ke dalam tim SEA Games itu lebih memungkinkan, karena kami terus terang dari PB sangat mempertimbangkan terhadap prestasi atlet," ujar Ita.
Ita sendiri langsung berkoordinasi dengan tim pelatih terkait polemik yang terjadi hanya beberapa hari sebelum bertanding di SEA Games 2019 ini.
"Kami saat ini tidak ingin terlalu mengganggu para pelatih yang sudah ada di Manila. Yang sudah bersiap untuk bertanding," ujar Ita.
Bukan Pelatih SEA Games?
Menariknya, dalam keterangan persnya, Ita mengaku tidak mengenal nama Irma (pelatih yang menuding Shalfa tidak perawan) di jajaran pelatih SEA Games 2019.
"Karena yang berangkat ke Filipina (pelatihnya) Zahari. Pelatih Pelatnas (SEA Games) itu adalah Zahari, kalau Irma saya belum tahu mungkin pelatih Pelatda," katanya.
Zahari merupakan sosok pelatih yang selama ini melatih Shalfa dalam pemusatan latihan nasional di GOR Petrokimia, Gresik.
Persani pun memastikan pihaknya akan membuat data kronologis tertulis terkait hal ini dan mencari tahu kebenarannya dari pelatih yang bernama Irma.
Shalfa Bersikap Indisipliner?
Persani mengonfirmasi bahwa pencoretan Shalfa dari kontingen SEA Games adalah disebabkan oleh prestasi sang atlet yang menurun. Namun, terungkap ternyata prestasi bukan satu-satunya penyebab pencoretan.
Saat menerima rekomendasi pelatih, Persani menerbitkan surat pergantian atlet (Shalfa ke Yogi). Dalam surat itu tercantum sejumlah poin alasan yang mendasari pencoretan Shalfa.
Dalam poin-poin alasan tersebut terungkap bahwa Shalfa bersikap indisipliner. Shalfa diketahui tidak mematuhi peraturan asrama.
Sementara itu, dalam surat yang diterbitkan Persani tersebut tidak tercantum sama sekali poin alasan terkait keperawanan.
Akan tetapi, apa yang diterima oleh keluarga Shalfa berbeda. Ibunda Shalfa, Ayu Kurniawati, mengungkapkan bahwa tim pelatih tidak memberikan surat pemberitahuan terlebih dahulu dan hanya sebatas memberikan informasi kepada keluarga agar anaknya dibawa pulang.
"Ya kaget. Tidak nyangka dibuat sama pelatihnya, terus dilempar begitu saja. Tidak ada surat tidak pemberitahuan. Langsung disuruh ambil saja," kata Ayu Kurniawati, dilansir dari laman Antara.
Menurut Ayu, salah satu alasan pelatih memulangkan atletnya itu dari SEA Games 2019 adalah Shalfa sering keluar malam dan selaput daranya sudah robek.
Hal inilah yang melatari keinginan Ayu untuk memeriksakan anaknya di RS Bhayangkara. Hasil tes menyimpulkan hymen intak, yang artinya selaput dara atlet masih utuh.
"Saya merasa lega karena hasilnya masih virgin kata dokternya. Tetapi pihak pelatih meragukan hasil itu. Katanya harus dites lagi di Rumah Sakit Petro," tambahnya.
Shalfa Avrila sendiri termasuk atlet berprestasi. Selain puluhan medali, beragam pertandingan baik di dalam negeri hingga luar negeri juga sering diikutinya dan belum lama ini menyabet medali perunggu dari ASEAN School Games di Singapura.
Siap Hukum Pelatih
Persani sendiri masih melakukan penyelidikan terhadap oknum pelatih yang menuding Shalfa sudah tidak perawan sehingga harus dicoret dari kontingen.
Jika terbukti benar ada jajaran pelatihnya yang melakukan hal tersebut, maka Ita Yualita mengancam akan mengambil langkah tegas dengan memberikan sanksi terhadap pelatih yang bersangkutan.
Menurut Ita, aturan terkait perilaku pelatih terhadap atlet sangat ketat. Jika ada pelatih yang melakukan pelecehan atau dinyatakan abusif, maka atlet berhak melaporkan pelatih tersebut.
“Sekarang itu sudah mulai diatur masalah perilaku pelatih kepada atlet. Jadi kalau saja atlet itu merasa pelatih itu harras (melecehkan) mereka, meng-abuse, itu mereka boleh melaporkan dan itu harus kena sanksi," ujar Ita.
Apa Kata Medis?
Di Indonesia keperawanan sering dianggap sebagai simbol kesucian. Keperawanan acapkali dipakai sebagai penyebutan perempuan yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Maka dari itu ketika selaput dara wanita rusak, wanita itu dianggap pernah berhubungan seksual.
Akan tetapi, dalam dunia medis keperawanan seseorang bisa saja hilang bukan karena hubungan seksual saja (penetrasi penis), melainkan bisa karena trauma pada kemaluan (kecelakaan, dsb).
Hal ini diungkapkan langsung oleh dokter ahli kandungan dari RSU Al Fauzan, dr. Prita Kusumaningsih, SpOG, ketika dihubungi INDOSPORT, Minggu (01/12/19) melalui pesan singkat.
"Namun, selaput dara bisa robek karena hubungan seksual, persalinan normal, trauma pada kemaluan," ujarnya.
Terkait dengan hubungan kondisi keperawanan dengan kelayakan seseorang berolahraga, dr. Prita Kusumaningsih, SpOG memastikan bahwa tidak ada kaitan sama sekali antara dua hal tersebut,
“Tidak (tak ada hubungan). Buktinya atlet wanita yang sudah menikah dan bahkan punya anak masih dapat berprestasi dengan baik," ujar dr. Prita.